Surat Untuk Kak Agam

79 5 0
                                    

     Sampai detik ini aku tidak menyangka dengan hidupku yang berubah sangat drastis. Aku yang dirasa jauh dari Agama, merasa tak akan lagi dekat dengan Tuhan, tak disangka semua berubah diluar ekspetasiku. Tuhan adalah pemilik cara yang selalu berhasil dalam tindakannya, Ia mampu membuatku mengambil keputusan untuk hijrah mendekat pada-Nya. Tanpa kusadari Allah masih sayang padaku, Ia ingin aku berubah menjadi lebih baik. Namun dipertengahan jalanku dalam hijrah, sempat ku tersesat dalam belajar ilmu agama, pernah terpikirkan untuk menyerah. Sayangnya, semua gagal saat Allah turunkan kamu sebagai perantara hijrah ku, membuatku gencar memperdalam ilmu Agama.

    Tiada hari yang kutinggalkan untuk beribadah karena doaku ingin mendapatkan kamu maka aku harus merayu Sang Pemilik Hati.  Hadirmu berhasil membuka gerbang kebahagiaan untuk aku yang kelabu, lama bergelut dengan prasangka sedih lantaran jauh dari Allah, dengan mudahnya hatiku terpikat padamu yang lebih paham akan Agama. Pria yang masih berjuang dengan pendidikannya. Saat itu mataku tersesat dalam bingkai hatimu, aku tidak bisa berlari karena kamu sendiri yang membuatku terkurung dalam cinta.  Dengan bersungguh-sungguh aku mengejar cinta Allah, meyakinkan hati agar niat hijrah ku, ibadah yang aku kerjakan bukan berlandaskan untuk mendapatkan kamu tapi untuk mendapat ridho Allah disepanjang hidupku.

     Tapi lagi-lagi itu semua karena cinta, terkadang tersemat dalam doaku untuk disandingkan dengan pria yang paham akan ilmu agamanya, agar mampu melanjut kan hijrah ku, agar bisa mengajari ku lebih dalam tentang agama, agar bisa membimbingku sehingga tak ada celah bagiku untuk keluar jalur kembali bermaksiat. Dan doa itu aku tujukan untuk dirimu.

     Setiap hari aku merasakan cemburu. Aku cemburu pada sepasang mata yang dengan mudahnya melihat dirimu, aku cemburu pada orang yang beruntungnya bisa melihat senyummu, aku cemburu pada orang yang selalu bisa berpapasan denganmu, bahkan aku begitu cemburu pada orang yang beruntung bisa berjalan beriringan tepat di samping mu sedangkan aku tidak bisa. Aku terhalang akan jarak yang aku sendiri tak mampu menyusuri nya, aku begitu sulit untuk bisa bertemu denganmu, aku tak seberuntung mereka yang bisa bertemu denganmu.

     Ujian hijrah ku adalah kamu, ujian sabar ku adalah merelakan kamu. Terpisah jarak terlampau jauh, membuat pertemuan kita terasa mustahil terwujud, harapan yang kian hari bertambah diiringi rasa sakit menunggu kamu memberi kabar. Satu kabar darimu adalah salah satu cahaya penenangku, kepastian darimu adalah mahligai bahagia ku. Sempat aku ingin menyudahi semua penantian ku, tapi semuanya tak semudah yang aku pikirkan, semakin aku ingin melupa, kamu selalu hadir dalam bayangan pikiran dan selalu memenuhi dua bola mata ini, bahkan kamu hadir dalam mimpiku membuat kesedihan ini semakin bertambah.

     Kerap aku berdoa untuk mencabut rasa cinta ini yang membawa diriku pada kubangan dosa meragukan kuasa Allah. Tapi semuanya gagal. Semuanya selalu tidak berjalan dengan semestinya. Kenapa kamu begitu erat dalam hatiku? Mengapa kamu yang harus hadir dalam kehidupanku, memberikan aku bahagia seperti senja. Hanya sesaat namun meninggalkan sedih  mendalam. Ketahuilah aku tak seberani Sayyidatina Khadijah untuk mengutarakan rasa, aku selalu dihantui rasa takut akan tak diterima karena aku faqir akan segalanya. Seolah aku adalah wanita yang tak pantas untuk dicintai dan dimiliki lelaki siapapun, apalagi sampai berharap pria paham agama seperti mu. Aku yang terlalu kurang ajar dalam menginginkan sedangkan aku tak pandai memantaskan diri.

    Aku ucapkan terimakasih dengan kehadiranmu aku bisa merasakan bahagia bisa bertemu pria seperti dirimu, terimakasih berkat kehadiranmu hijrah ku terus berlanjut sampai hari ini, terimakasih kehadiranmu pernah mewarnai hari kelamku. Meskipun hati ini tak bersatu, kamu tersimpan dalam kaset pribadiku, kisahku dengan mu tertulis dalam buku cintaku.

     Dengan ini kunyatakan cintaku gugur, baik hidupku dan hidupmu semoga selalu dalam perlindungan Allah. Selamat tinggal, Agam Al-Walif.

- Humeyra Iftinah Pakeejah

MELEPAS HARAP | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang