Setelah pulang, Humeyra langsung bersih-bersih diri, dirasa semua sudah beres Humeyra langsung menghampiri dapur. Semua keluarganya kini sedang berkumpul di dapur, membantu Bunda memasak untuk makan malam. Humeyra pun pasti ikut andil membantu, letih bekerja dari pagi hingga sore hatinya perlu dicharge dengan keharmonisan keluarga. Sebelum ikut nimbrung, Humeyra meneliti keadaan sekitar, suasana seperti ini seolah pernah Humeyra rasakan. Ayah sibuk membuat kerajinan kayu, Kak Aisyah fokus membantu Bunda masak, sedangkan Farid hanya ikut duduk sambil bermain handphone milik Ayah. Cuman kali ini Bang Tama hadir di sini, ikut membantu Ayah membuat kerajinan kayu.
Humeyra tersenyum, bersyukur keluarganya masih lengkap. Pandangan Humeyra terbagi pada rumah besar di samping rumah nya alias kost-an, keadaan rumah itu sudah sepi, tidak lagi berpenghuni bahkan sebagian penerangan kost-an itu padam. Napasnya terhembus berat, lalu Humeyra memilih menghampiri Kak Aisyah.
"Bikin apa Kak Aisyah?" Tanya Humeyra, ia mengintip dibalik bahu Sang Kakak.
"Tempe mendoan." jawab Kak Aisyah singkat.
Gerak bola mata Humeyra beralih ke sisi lain, "itu kangkung nggak dimasak?"
"Ya ini lagi masak tempe dulu toh, kalau bisa kamu tolong masakin,"
Humeyra menggeleng keras lantas beranjak berdiri di samping Kak Aisyah mengambil alih adonan tempe mendoan lantas mengaduknya, "Aku goreng tempe ini aja, kakak masak. Kan masakan Kak Aisyah selalu enak," ucap Humeyra seraya tersenyum penuh makna pada Kakaknya.
Sedangkan Kak Aisyah membalas tatapan Humeyra sinis, "belajar makanya."
Humeyra hanya nyengir, setelah itu melanjutkan bagiannya menggoreng tempe mendoan. Kalau masalah gorengan Humeyra juga bisa membuatnya, hal yang mudah. Segala jenis gorengan Humeyra jago nya, karena memang Humeyra pecinta gorengan apalagi sudah disandingkan dengan yang pedas, pasti Humeyra akan lahap makan. Sama seperti Ayahnya, lebih condong pada gorengan bercita rasa gurih pedas dibanding makanan manis. Bunda dan Kak Aisyah ratu nya makanan manis, tak salah kalau Bunda membuat kolak pisang, pasti rasanya manis nggak ketulung. Terkadang Ayah saat mencicipi pun sampai mengerutkan dahi saking manisnya, tapi kalau sudah Kak Aisyah yang santap, bakal habis satu panci kolak pisang.
Selera makan keluarganya memang berbeda-beda, tak aneh bila di meja makan akan beragam jenis makanan dan masakan. Dimulai dari yang gurih, pedas, lantas mulutnya akan dimanjakan dengan makanan penutup yang bercita rasa manis juga segar. Seimbang namun tidak berlebihan.
Berhasil menggoreng semua tempe, Humeyra langsung membawa sepiring tempe mendoan menuju meja makan, menyusun nya sangat rapi beserta peralatan makannya. Satu per satu masakan Bunda mulai terpajang di atas meja, begitupun keluarganya, satu per satu mulai menghampiri meja makan untuk makan malam bersama.
Humeyra dan Farid adalah yang pertama menghampiri meja makan lantas mengambil piring masing-masing.
"Sedaap masakannya sudah jadi semua, ayok makan, makan," ujar Ayah mulai mendahului mengambil nasi, melihat itu Humeyra dan Farid pun mengikuti Sang Ayah.
"Loh, ini yang masak tempe mendoan siapa?" seru Ayah menarik perhatian keluarga yang lain terutama Kak Aisyah.
"Humeyra, Yah. Kenapa? Enak ya buatan Humey?" jawab Humeyra penuh percaya diri.
"Aneh rasanya toh Mey,"
Mata Humeyra terbuka lebar tidak percaya dengan apa yang Ayahnya ucapkan.
"Aneh gimana toh?"
"Nggak ada rasanya, kamu sudah kasih bumbu belum nak?" Tanya Ayah.
"Humeyra nggak tahu, Humey sangka tadi adonan nya sudah Kak Aisyah kasih bumbu, jadi langsung Humey goreng deh,"
Di seberang sana Bunda menggelengkan kepala seraya ikut mencicipi tempe goreng, "pikiranmu ingat terus Agam, sampai-sampai tempe pun nggak dikasih bumbu Mey," Bunda mulai bersuara, meskipun tidak ada rasanya, Bunda tetap mengambil beberapa tempe mendoan yang digoreng nya.
"Agam terus yang dipikirin, memangnya kamu masak, bumbunya kamu taburi rindu pada Agam Mey?" Ayah menambahkan membuat Humeyra malu.
"Nggak lah, Humey sudah melupakan Kak Agam, buat apa Humey pikirin terus Kak Agam?" bohong Humeyra, padahal jauh dilubuk hatinya rindu sudah menggunung.
"Makanya kalau masak harus dicicipi lagi, jangan tangan bergerak pikiran melayang." celetuk Kak Aisyah.
"Ya salah Kak Aisyah, kenapa ndak kasih tau aku kalau adonan tempe nya belum dikasih bumbu?" elak Humeyra membela dirinya.
"Harusnya kamu peka sebagai chef nya! Cicipin lagi dong adonan nya, diperiksa lagi."
Humeyra mendelikkan matanya malas, "diperiksa, emang lagi meriksa soal ulangan apa?"
"Nggak tertarik Kak Agam ke kamu Kak Humey, masak tempe doang lupa dibumbui." kali ini Farid yang berbicara membuat Humeyra melirik sinis lantas memukul bahu Sang Adik.
"Mulutmu asal mangap Rid!" amuk Humeyra.
"Sudah, sudah. Nggak boleh bertengkar di depan rezeki, ayok makan. Kasihan sudah nunggu dimakan nih lauk pauk," lerai Bang Tama sambil berusaha mengalihkan amarah Kak Aisyah.
Sedangkan Humeyra memeletkan lidahnya pada Kak Aisyah, ia tidak peduli dengan amukan Kakaknya, toh Ayah dan Bundanya juga tidak merespon berlebihan seperti Kak Aisyah, apapun kesalahannya langsung disemprot habis-habisan.
"Sudah tidak ada kabar lagi dari Agam?" bisik Ayah membuat Humeyra menghela napas frustasi.
"Ndak ada, Yah." jawab Humeyra.
"Nggak harus berkabar, yang penting hati keduanya bertaut karena Allah."
"Aamiin Ya Rabb,"
___________________________________________________
Happy Reading ✨🌙
In Memoriam
10 Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
MELEPAS HARAP | Complete
Teen FictionMencintai bukan berati harus memiliki, terkadang mencintai harus bisa mengikhlaskan nya. Berharap padanya yang jauh dari kata gapai. Wanita yang dihadapkan dengan kata tunggu, menunggu pria yang ia cintai nya datang untuk meminang. Namun, semuanya r...