Harap 24

66 9 0
                                    

Sinar oranye tersebar indah di langit, terangnya membiaskan mata. Warnanya memang cantik, namun diantara sinarnya mampu membuat mata buta kala menatapnya terlalu lama. Kali ini teriakan histeris bukan berasal dari kost-an melainkan dari teriakan anak kecil yang sedang bermain bersama para santri di halaman kost-an. Saking ramainya Farid pun mengajak teman-temannya untuk bermain bola bersama para santri di halaman kost, benar saja diantara mereka ikut bermain.

Keringat nyaris membuat Farid basah kuyup, bajunya sudah berubah cokelat lantaran sering mencium tanah kala berusaha menangkap bola agar tidak memasuki gawang. Kecil-kecil gini Farid adalah pawang bola di sekolahnya, ia menjadi kiper andalan ditim sepak bola nya, maka jangan ditanya alasan baju Farid selalu kotor. Hampir setiap hari Farid terkena amukan Bunda kala melihat Farid pulang dengan noda tanah di baju seragam nya.

Beberapa kali Bunda memberi pelajaran padanya, mengurangi uang jajan bahkan sampai tidak memberinya uang jajan dan memilih membawa bekal dari rumah. Memang dasarnya keras kepala, Farid tetap mengulangi kesalahan, pulang sekolah dalam keadaan kotor. Bahkan sore ini pun baju nya sudah kotor oleh bercak bola ketika mengenai badannya, pulang nanti Farid harus menyiapkan mental telinga untuk mendengar amukan Bunda.

"Farid! Farid sini!" panggil Kak Agam menitahnya agar menghampiri pria itu yang sedang berkumpul bersama teman-temannya.

Farid menghampiri dengan nafas tersengal, "kenapa Kak?"

"Salam untuk Kak Humeyra," lama-kelamaan menjadi perantara komunikasi antara Kak Humeyra dan Kak Agam membuat Farid bosan, saat dipanggil yang dibicarakan adalah salam kalau tidak keberadaan Kak Humeyra.

"YA SSAALLAAM!"

"Aku juga mau deh kasih salam buat kakak kamu Rid, boleh nggak Gam?" Tanya pria berambut kribo menatap raut Agam dengan tatapan jahil.

"Ya boleh saja, bebas." ucap Agam singkat mengundang kekehan dari teman-temannya.

"Kasih salam juga dari Firman, inget dari Firman bukan dari Agam yah," jelas pria berambut kribo yang diduga beranama Firman.

Agam yang mendengar penuturan Firman hanya menggeleng kepala dan memberi isyarat pada Farid untuk tidak mendengar celotehan temannya.

"Ulah dibejakeun Rid! Henteu penting ieuh salam ti si Firman mah!" ujar Agam menggunakan bahasa Sunda, sontak membuat Firman mengerutkan kening tidak paham dengan apa yang Agam ucapkan tadi.

(Translate : nggak usah dikasih tahu! Nggak penting salam dari Firman)

Firman menepuk bahu Agam, "Apa? Kamu bicara apa? Aku nggak pahamlah Gam, apa artinya?" Tanya Firman sedikit merengut.

"Matakge diajar bahasa sunda atuh!" Agam malah semakin menjadi menjahili balik Firman, sontak tingkahnya disambut gelakan tawa dari teman-temannya karena lucu melihat ekspresi Firman kebingungan. Bahkan saat Firman sering dijahili oleh Agam pun, pria itu selalu sabar hanya bisa mengelus-elus dadanya.

(Translate : makanya belajar bahasa Sunda dong!)

Firman berdecak kesal, "jangan begitulah Gam, bersembunyi dibalik bahasa. Apa artinya?" Tanya Firman mendesak Agam.

Mendengar permintaan Firman terdengar putus asa, Agam beranjak dari duduknya untuk menyamakan tingginya dengan Firman yang sedang berdiri, lantas Agam merangkul bahu Firman.

"Nanti aku ajarkan kalau ada waktu ya Man." ucap Agam sambil tersenyum sinis, setelah nya Agam pergi masuk ke dalam kost-an.

"Bukan minta diajarkan tapi kasih tahu artinya Walif Agam! Hooy! Kau dengar aku tidak?!" pekik Firman hendak menyusul Agam namun terhenti berbalik ke arah Farid.

MELEPAS HARAP | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang