Tidak biasanya Hans masih ada di rumah ketika Naleah bangun keesokan harinya. Dulu lelaki itu tidak pernah di rumah jam segini karena sudah berangkat pagi-pagi sekali ke rumah sakit saat matahari masih belum keluar dari peraduannya.
Sekarang matahari sudah tinggi di langit, kenapa lelaki ini masih ada di rumah ini jam segini?
Tumben banget.
Si kembar sudah pergi kuliah kata Mbak Dina sementara Jenaka masih tidur karena kurang enak badan.
Naleah pikir dia akan sendiri di ruang makan pagi ini menikmati waktu sarapannya yang tenang. Namun tebakannya salah. Di meja makan nampak Hans tengah duduk sendirian sambil menikmati kopi dengan sebuah iPad di depannya. Tampak sangat fokus.
Melihat lelaki itu lebih dulu di sana, dia memilih mundur lalu kembali ke kamar. Lebih baik dia sarapan di luar saja. Lagi pula sudah lama sekali dia tidak makan di luar.
"Eggak jadi sarapan, Non?" Tanya Dina yang kebetulan ada di belakangnya. Sedang memegangi baki berisi piring kosong yang baru di ambil dari kamar Jenaka.
Perempuan itu tidak enak badan bukan karena dia kembali ke rumah ini kan?
Semoga saja.
"Enggak Mbak. Saya buru-buru mau ke luar ketemu temen"
"Saya sudah siapin banyak sarapan, Non. Makan dulu aja. Bapak juga lagi sarapan."
"Makasih, Mbak. Tapi saya ada urusan dan buru-buru. Kalo sarapan dulu bisa bisa teman saya ngamuk" Ujar Naleah sambil terkekeh pelan.
Dia mengambil tas dan jaket dari lemari sebelum memilih untuk keluar rumah. Di garasi ada dua mobil terparkir dan mungkin bisa dia pakai namun dia malah memesan ojek online. Dia sudah menumpang tidur dan makan setidaknya dia tahu diri untuk tidak memakai barang mereka lagi. Seperti kata Josh. Tahu diri itu penting.
"Mbak Naleah ya?" Ujar supir ojek online ketika melihat Naleah datang dari balik pintu pagar yang tinggi.
"Ia, Pak" Naleah memakai helm dan naik ke boncengan.
"Sesuai lokasi ya Mbak"
"Ok, Pak."
Jam masih menunjukkan pukul delapan namun cafe yang dia tuju sudah ramai. Hanya membutuhkan waktu lima belas menit dia sampai di tempat itu. Jalanan padat sekali namun supir ojeknya keren. Bisa nyelip dengan gesit sehingga sampai dengan selamat.
"Gimana?"
Baru saja Naleah duduk di bangku, Josh sudah membombardir dirinya dengan pertanyaan.
Kenapa sih buru-buru sekali seperti itu?
Naleah singgah ke sebuah restoran Italia yang kecil. Saat dia masuk ke restoran, Josh sudah melambaikan tangan. Lelaki itu duduk di sudut restoran yang tersembunyi dengan kopi juga sandwich daging di depannya. Sudah di makan setengah.
Berarti dia sudah lama datang. Atau dia orang yang makan dengan cepat.
"Baru juga nyampe" Desis Naleah kesal sambil meletakkan ranselnya di lantai. Bangku cuma ada dua dan kecil pula jadi terpaksa dia taruh di lantai.
Josh menyodorkan sebuah air mineral yang baru saja di buka ke depan Naleah. Tanpa pikir panjang Naleah langsung meneguknya.
Segar sekali.
"Halo, Mbak, selamat pagi. Silahkan mbak menunya" Ujar pelayan yang datang membawa buku hitam berbahan kulit.
"Samain aja, Mbak" Ujar Naleah. "Tapi kopinya ganti cappucino ya"
"Baik, Mbak."
Pelayan itu pergi membawa buku menunya. Josh sedang menggigit sandwich dagingnya dengan semangat.