73

1K 95 8
                                    

Hans melirik ponselnya.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan dan dia baru saja selesai makan malam dengan temannya. Tadinya meeting itu berjalan lancar sampai pukul tujuh, namun karena jam makan malam sudah datang, sekalian saja mereka mengajak makan malam sehingga waktu pulangnya tertunda.

Percakapan bisnis pun masih menyerempet masuk ke dalam meja makan sehingga berakhir jauh lebih lama dari perkiraannya.

Ini saja dia memaksa pulang duluan, saat mereka mengajak ronde kedua untuk melepaskan kepenatan ke club malam. Namun karena tidak enak pada Naleah yang sudah dia janjikan pulang jam enam sore, dia memaksa pulang duluan.

Lagian kalau dia turuti ke Club, pasti pulangnya sampai subuh atau singgah ke hotel lain. Jadi dia berkeras pulang duluan meskipun di iming-imingi perempuan cantik. Untuk apa dia di tawari perempuan kalau dia punya satu. Dan semoga saja perempuannya itu tidak mengamuk ditinggal lama.

Mana dia belum membeli es krim pula.

Sebelum pulang, dia sempatkan pergi ke Pepito. Toh dirinya sudah telat, mau di gas bagaimanapun dia akan tetap melanggar janji. Jadi dia putuskan belanja dulu mengisi kulkas di villa. Kalau makan makanan di villa, harganya tidak masuk akal.

Jadi dia membeli es krim matcha kesukaan Naleah dengan ukuran besar, sebotol wine, beberapa bungkus roti dengan berbagai rasa untuk sarapan besok, dua kotak anggur tanpa biji, sebungkus apel dan es krim coklat untuk dirinya sendiri.

Setelah memastikan apa yang dia butuh ada di dalam keranjang belanjaan, Hans membayar. Lalu naik ke mobil dan pulang mengikuti peta online.

Sesampainya di villa, dia memasukkan kunci ke dalam pintu yang tertutup rapat. Meletakkan belanjaan ke meja dapur, memasukkan es krim ke dalam kulkas lalu meletakkan tas kerjanya ke sofa.

"Li... Papa pulang"

Dia melangkah masuk ke dalam kamar mandi namun tidak ada Naleah di dalam. Kasur pun masih rapih seperti tidak pernah di sentuh sementara tas Naleah masih di samping kopernya. Bathup masih penuh dengan bunga indah di dalamnya.

Di rogohnya saku celana dan mencari nomor Naleah, menghubungi perempuan itu namun ponselnya di taruh di nakas, sedang di charge.

Kemana anak itu pergi tanpa membawa ponselnya? Apa jalan-jalan keluar? Mau dia cari kemana jam segini?

Hans mutuskan untuk keluar dan membawa kunci mobilnya. Bertanya ke resepsionis siapa tau Naleah ada meninggalkan pesan. Namun saat dia akan mengunci pintu, terdengar suara Naleah.

"Papa udah pulang? Kok lama banget? Katanya jam enam"

Mendengar suara perempuan itu, Hans menoleh. Naleah hanya memakai atasan rajutan berwarna krim, rok panjang dehgan belahan di sisi kiri yang cukup tinggi sedang memakan es krim jalan ke arahnya. Ketika dia melangkah, kulit pahanya mengintip tak tahu malu.

Perempuan itu berdiri di bawah sinar lampu temaram, tampak bercahaya dengan kulit coklat yang berkilau, rambut panjangnya di gerai indah, dan ketika dia menyisipkan rambutnya ke telinga, tampak begitu cantik dan memesona. Seperti dewi yang turun dari khanyangan.

"Kamu dari mana?"

"Beli gelato, panas banget." Jawabnya sambil menjilat es krimnya.

"Papa pikir kamu keluar. Yuk masuk"

"Papa dari mana aja sampai pulang jam segini? Memangnya rapat apa sih sampai semalaman? Lili pikir pulangnya besok."

Naleah masuk ke dalam villa dan tangannya di tarik tiba-tiba sampai es krimnya jatuh. Belum sempat Naleah protes gelato rasa matcha dan rasa kelapa yang dia sukai itu jatuh, semua protesnya hilang karena Hans menciumnya. Tubuhnya di tekan ke pintu yang tertutup sementara Hans mencium bibirnya kuat-kuat.

BELUM SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang