MESKIPUN sudah pernah mendengar kalimat itu dari orang lain Naleah tetap saja masih terkejut.
Dia kaget ketika mendengar pengakuan Hans yang benar-benar di luar dugaannya.
Hans mengakui kalau dirinya mandul.
Jadi Jenaka benar ketika mengatakan Hans mandul.
Ketika Naleah tersadar dari ingatannya yang melanglang buana, dia terenyuh oleh belas kasihan ketika melihat Hans yang nampak menyedihkan.
Seperti seekor anjing tua yang sakit dan tidak di inginkan siapapun di pinggir jalan.
Wajahnya nampak sedih ketika mengatakan hal itu sehingga Naleah ingin mengutuk dirinya sendiri yang membuat Hans mengungkapkan rahasia terburuknya.
"Papa mandul, Li."
"Papa serius mandul?" Naleah bukannya diam malah terus bertanya.
Mereka saling menatap melalui cermin dan Hans nampak seperti lelaki pecundang yang kalah sebelum berperang.
Kebanggaan lelaki adalah menghamili istrinya namun hal itu tidak bisa dia berikan karena dia sakit.
"Dokter bilang sperma ayah lemah. Jangankan membuahi sel telur, mengejar sel telur saja sudah mati duluan di tengah jalan"
Naleah membalikkan badan untuk memeluk dan mencium dada Hans dimana terdapat bekas luka operasinya berada.
"Lili enggak peduli Papa mandul atau enggak. Lili cinta sama Papa."
"Kamu enggak pengen punya anak?"
"Kan bisa adopsi"
Hans terkekeh pelan. "Takutnya anak yang kamu adopsi cinta sama kamu"
Naleah tertawa ketika sadar kalau Hans sedang mengejeknya.
"Yang masih bayi merah aku enggak keberatan. Salah Papa sih kenapa mengadopsi anak remaja yang lagi akil balik"
Hans sudah biasa selalu di salahkan oleh Naleah dan dia menerima takdirnya.
Berhubungan dengan perempuan yang jauh lebih muda akan menguras tenaga dan kesabaran jadi dia musti banyak latihan.
Lebih mengayomi dan lebih banyak mengalah. Seperti saat ini.
"Kamu kok bisa suka sama Papa? Papa sudah tua, gila kerja dan mandul lagi. Ada banyak laki-laki lain yang bisa bikin kamu puas dan hamil, Li."
Mendengar itu Naleah hanya menggeleng pelan dia memeluk leher Hans dan menariknya untuk mendekat.
Kening mereka bertemu "Sebelum Papa mengadopsi, Lili sudah beberapa kali di adopsi tapi enggak ada yang bertahan"
Kening Hans mengerut. "Bukannya sekali ya?"
Tatapan mereka kembali bertemu dan Hans menarik wajahnya untuk bisa memerhatikan mimik wajah Naleah. Mencari kebohongan disana.
"Berkali-kali sampai Lili enggak bisa hitung."
"Ibu Panti bilang cuma sekali."