58

899 107 9
                                    

Ada nomor asing yang masuk ke dalam ponselnya dan tengah menghubungi dirinya. Naleah tidak pernah memesan apapun dan memberikan nomornya pada sembarang orang. Tapi kenapa ponselnya berdering terus ya? Apa mungkin orang restoran? Entahlah.

Dia angkat telepon itu dan ternyata itu dari petugas resepsionis di lobby, katanya ada kiriman bunga untuk dirinya.

Sepagi ini?

Ya memang tidak sepagi itu sih. Ini sudah jam delapan dan Naleah terbangun karena suara dering ponselnya. Padahal dia ingin tidur lebih lama karena hari ini dia masuk sore.

Terpaksa dia bangkit dari kasur, mencuci muka dan memakai bra sebelum turun ke bawah untuk mengambil paketnya. Dia tidak pernah memesan paket apapun. Dari siapa ya?

Bunga lagi.

Kali ini dia dapat buket bunga matahari yang begitu indah dengan daun hijau, bunga Lili dan Anyelir putih. Sungguh perpaduan warna yang indah, segar dan cantik di mata. Dan kali ini bunganya begitu segar, wangi dan sepertinya baru di petik langsung dari sumbernya. 

Aroma bunga itu begitu wangi ketika Naleah menciumnya, hanya dengan mendapatkan buket bunga sepagi ini, bisa membuat perasaan Naleah menjadi lebih senang dan bahagia. Apakah ini yang namanya perasaan berbunga-bunga? Mungkin saja. 

Hanya dalam beberapa detik perasaannya berubah begitu cepat seperti cuaca. Kalau tadi dia turun dengan malas-malasan karena jam tidurnya di ganggu, kini dia naik dengan perasaan berbunga-bunga memeluk buket itu sambil terus tersenyum. 

Ukuran buket bunga itu pun cukup besar dan sangat indah. Tidak bisa di gambarkan dengan kata-kata seperti apa perasaannya saat ini. 

Rasanya sayang sekali kalau bunga itu di bongkar lalu di taruh di vas bunga. Namun kalau tidak di bongkar, akan cepat layu. Enaknya diapakan ini bunga ya?

Sesampainya di apartemen, Naleah membawa masuk bunganya dan menaruh di samping tempat tidur. Ternyata ada suratnya disana dan dengan cepat dia ambil.

Dia tertawa melihat isi suratnya itu. Lagi-lagi Hans mengajaknya untuk makan. Mau makan bersama, terserah jam berapa, dia ikut saja. Yang pasti bukan malam ini karena dia kan kerja shift malam sampai jam sebelas. Poor Hans.

Naleah kembali tidur setelah memastikan alaramnya hidup dan suaranya paling keras. 

Pukul dua belas siang, alaram Naleah berdering. Kencang sekali sampai dia bangun hanya untuk mematikan alaram itu. Bangkit dari kasur, ke kamar mandi untuk mengosongkan kantung kemih lalu keluar dari kamar. Mengambil air putih dari kulkas lalu kembali ke kamar mandi.

Hari ini dia akan keramas, jadi sekalian saja luluran supaya dengkul kaki dan lengannya tidak burik. Namanya luluran pasti lama sekali di kamar mandi. Jadi sembari menunggu lulurnya setengah kering dan di gosok,  dia menonton film di ponsel.

Dia belum mengucapkan terimakasih pada Hans untuk bunga yang indah itu. Bunga yang sangat indah dan jauh melebihi dari apa yang dia bayangkan. Biarkan saja lah. Palingan juga lelaki itu sedang sibuk bekerja sekarang atau lagi makan siang.

Satu jam di kamar mandi, Naleah keluar dengan badan yang lebih segar. Menggunakan skincare wajah dan juga lotion di kulit sebelum memakai baju.

Masih ada waktu makan sebentar sebelum berangkat kerja. Dia hanya makan buah, minum jus juga sandwich daging eksra daging untuk makan pertamanya hari ini.

Kadang di dapur tempatnya bekerja ada banyak makanan yang lebih, jadi demi membatasi kalori makanan yang masuk tiap hati, di rumah dia makan banyak protein supaya nanti di dapur bisa makan yang berlemak. Yang penting tabungan kalori hariannya masih banyak.

BELUM SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang