68

942 100 10
                                    

"Li, apa kabar lo? Makin cantik aja."

Merasakan tepukan di pundaknya, Naleah menoleh pada orang yang memanggil namanya dan mengajak ngobrol. Ternyata Dhani. 

"Dhani... Aku sehat. Kamu gimana?"

Mereka berpelukan sejenak melepas rindu. Tadi di belakang mereka tidak sempat ngobrol karena asik briefing dan foto bersama keluarga besar. 

Lagi pula ada rasa tidak enak pada lelaki ini karena Dhani adalah anak kandung Jenaka. Setelah semua yang terjadi pada pernikahan Jenaka, Naleah ada menjadi orang ketiga disana. Makanya dia tidak mau dekat dengan lelaki itu karena tidak mau membuat Jenaka marah dan terusik.

Namun  Dhani yang sedari awal dia perhatikan dari jauh, nampak baik-baik saja dan kelihatan bahagia. Lelaki itu juga mau menghampiri lebih dulu, maka Naleah beranikan diri membalas sapaannya. Sepertinya dia juga tidak ada dendam padanya. Tidak seperti Dhanu yang melihatnya seperti kotoran dan tidak sudi dekat-dekat.

"Sehat. Temenin gue dansa yok"

"Memangnya kamu bisa?"

"Lo bisa?"

"Karena aku enggak bisa makanya aku nanya kamu"

"Gue juga enggak bisa. Bodo amat lah, yang penting enggak sendirian gini. Ngenes banget."

"Kamu kan ada pacar dulu. Udah kemana? Enggak ikut sama kamu?"

"Putus."

"Oh.."

Dhani meminta  tangannya dan disambut Naleah dengan senang hati.  Lelaki itu menariknya ke tempat dimana sudah banyak orang sedang senang menari mengikuti alunan lagu karena ini sudah acara bebas. 

Seperti ada di pesta delapan puluhan dimana musiknya jazz dan semua orang menari  dengan semangat.

"Gue denger lo dilabrak nyokap."

"Kok tau?"

"Tau lah. Gimana lo sama Hans?"

"Biasa aja, backstreet"

"Lo seneng ama Hans begitu?"

"Senang banget, segini aja udah beruntung."

"Terkabul juga impian lo"

"Belum semuanya sih."

"Nyokap gue udah pacaran lagi, sudah move on dan mau menikah. Masa lo kalah sih?"

"Serius? Sama siapa?"

"Enggak tau ketemu dari mana itu berondong."

"Hebat juga mama mu. Kamu setuju dapat bapak baru?"

"Lo ama brondongnya seumuran anjir, enggak banget. Gue malah geli manggil dia bokap."

"Ya namanya jodoh mau gimana lagi?"

"Halah bacot, itu cowok mokondo. Ngeliat mukanya aja gue tau itu anak enggak lebih baik dari gue."

BELUM SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang