"Naleah, ke kantor saya sekarang. Minta yang lain kerjakan kerjaan kamu." Kata Ben ketika semua sedang bersih-bersih setelah jam makan siang berakhir di dapur.
Siang itu, dapur lebih santai karena jam makan siang dan jam sibuk sudah berlalu beberapa menit yang lalu. Saat Ben datang memanggil dirinya, dia sedang menggosok panini grill dengan sabut besi sehingga semua kotoran hitam karena gosong akibat memanggang makanan tadi pada rontok semua.
"Baik, Chef"
Naleah mengoper pekerjaannya kepada rekan kerjanya yang lain dan mencuci tangan. Karena sudah jadi kebiasaan, dia lap tangannya yang basah ke lapnya sampai kering juga bersih.
"Rapikan diri kamu dulu. Topinya di lepas" ujar Ben lagi padanya.
Memang dia saat ini bau bawang, karena sibuk memasak dan kena asap masakan. Diperintah seperti itu, Naleah pergi ke loker sebentar lalu merapikan diri.
Saat dia bercermin, wajahnya berkilau karena minyak saat memasak di dapur tadi. Dia lap dengan tisu basah sebelum menyisir rambut dan menguncirnya rapi. Menyemprotkan parfum mahal hadiah Hans semalam ke badannya supaya tidak bau bawang.
Dia lakukan dengan cepat meskipun dia heran kenapa tumben sekali Ben memanggil dirinya ke kantor dan di suruh bersih-bersih dulu.
Dia takut kalau karena ini nanti desas-desus kalau dia memiliki hubungan dengan Ben akan terembus sebab sering sekali mereka bersama. Apalagi saat ini dia meminta dirinya ke kantor secara terang-terangan di depan orang. Ngapain ya?
Setelah dirasa sudah bersih dan wangi, Naleah memutuskan untuk ke kantor sekarang. Karena takut kalau lelaki itu menunggu terlalu lama di tempat kerja seperti ini.
Naleah mengetuk pintu kantor Ben dimana lelaki itu memintanya masuk. Di dalam ternyata ada Oma yang sedang menunggu. Lah, tumben banget ada Oma disini. Mau ngapain ya?
Wajahnya nampak kusut, berbanding terbalik dengan penampilannya memukau. Pakaiannya indah dan tasnya juga cantik. Namun murung, kenapa ya?
"Eh, ada Oma?" Tanyanya berusaha ceria dan tidak terpengaruh dengan wajah murung Oma. "Apa kabar Oma?"
"Datang juga kamu" kata Oma tegas. Tidak mau membagi senyum atau membalas sapaannya.
"Kalau begitu saya tinggal sebentar ya. Silahkan ngobrol saja" kata Ben dan beranjak pergi.
Lelaki itu sudah pergi menutup pintu beberapa menit yang lalu sehingga mereka berdua bisa mengobrol. Namun Oma masih diam saja dan Naleah merasa kikuk.
"Oma sehat? Tumben kesini siang-siang? Udah makan siang kan?" Sebagai cucu yang baik, Naleah menanyakan Oma terlebih dahulu.
Dia mengharapkan kalau respon perempuan tua itu akan lembut dan senyumnya yang cerah seperti biasanya, namun wajahnya tetap tidak baik. Ketat seperti sempak baru. Oma memanggil dirinya kesini bukan untuk mendiamkan dirinya kan?
Baru saja Naleah berdiri di depan Oma, sebuah tamparan keras melayang ke pipi kiri Naleah. Rasanya sakit sekali sampai telinganya pengang dan pipinya panas.
"Berani-beraninya perempuan rendahan seperti kamu menggoda anak saya"
Tidak mungkin.
"Oma..."
"Jangan panggil saya dengan mulut kotor mu itu. Saya bukan nenek mu. Kamu hanya manusia kotor yang tidak pantas dihadapan saya"
Naleah menggigit bibir. Sifat Oma yang dulu telah kembali. Apa yang terjadi di rumah sampai Oma mengamuk seperti ini?
"Kamu bulan Juni kemana?" Tanya Oma langsung tanpa menanyakan kaadaannya. Perempuan itu menjudingnya dengan jemari.
"Cuti" Tidak perlu waktu untuk berpikir soal kemana dia saat Juni kemarin, karena itu adalah waktu terbaik yang dia miliki sampai saat ini. Jadi dengan cepat dia menjawab karena Oma seperti ada di mode senggol bacok.