Untung Naleah sudah membuat alaram sehingga jam setengah enam pagi dia bisa bangun. Meskipun bangun dengan mata merah karena kurang tidur, namun dia merasa beruntung. Lebih baik kurang tidur karena bangun cepat dari pada ketiduran lalu terlambat.
Setidaknya dia bisa minum kopi dua gelas nanti untuk membuat dirinya tetap terjaga sepanjang hari di dapur.
Dia menoleh ke samping, dimana Hans sedang tidur lelap sekali memeluk selimut. Lengan lelaki itu nampak bagus.
Membangunkan lelaki itu rasanya tidak enak hanya karena ingin berangkat bersama untuk bekerja. Naleah yang sedari kemarin ingin berangkat bersama tiba-tiba berubah pikiran karena dia kerja jam tujuh sementara Hans jam sembilan. Kasihan kalau di bangunkan.
Mungkin ini yang Hans rasakan kemarin makanya tidak mau membangunkan dirinya. Dan dia juga melakukan hal yang sama kepada lelaki itu.
Biarlah dia tidur lebih lama.
Naleah keluar dari kamar mandi dengan handuk di kepala, sementara tubuhnya polos karena lupa bawa baju ke kamar mandi.
Saat dia grasak grusuk mencari dalaman di dalam tasnya, Naleah mendengar lelaki itu menyapanya.
"Udah siap-siap aja, Li?"
Mendengar suara Hans, Naleah menoleh dan melihat Hans tengah menatapnya. "Iya, Papa kebangun ya?"
Melihat lelaki itu baru saja bangun, lucu juga. Rambutnya berantakan dan masih menguap sesekali.
"Katanya berangkat bareng"
"Lili kerja jam tujuh. Sementara Papa jam sembilan. Enggak enak nyusahin" Naleah memakai celana dalamnya dan bra dengan santai. Lalu duduk di depan meja rias untuk memakai skincare.
Hans sudah bangun, namun lelaki itu tetap berbaring memerhatikan Naleah sibuk kesana kemari untuk siap-siap. Pukul enam lewat sepuluh, barulah dia pergi.
"Nanti Papa jangan lembur ya, ketemu disini jam lima"
"Jam enam."
Hans memeluknya erat ketika Naleah duduk di sisi ranjang untuk mencium bibirnya.
"Lili duluan"
"Ini, ongkos taksi"
Melihat Hans memberikan uang cash padanya, Naleah tertawa pelan. "Kayak baru open bo aja, Pa"
"Papa mau kasih lebih tapi cash cuma segitu"
"Thankyou, daddy" Setelah mencium Hans sekali lagi, dia masukkan uang itu ke dalam saku celana kerjanya lalu bangkit dari tempat tidur. Sementara Hans terkekeh saja sambil meletakkan dompetnya di nakas.
"Hati-hati"
"I love you"
"I love you more, Sayang "
Naleah keluar dari kamar dan berlari menuju halaman karena ojek online yang dia pesan dari tadi sudah memberikan pesan kepadanya.
Pergi berangkat jam enam lewat dua puluh dengan naik motor selama hampir setengah jam ternyata tidak enak. Meskipun dia pakai jaket tapi dia kedinginan, belum lagi ojeknya ngebut. Dari tadi dia nyebut terus dalam hati karena dia masih ingin hidup lebih lama.
Kalau supir ojeknya begini mendingan dia berangkat sama Hans. Bikin jantungan aja.
Untungnya pekerjaan hari ini terasa jauh lebih ringan dan menyenangkan. Di dapur yang panas dan ramai, meskipun seberat yang biasa namun rasanya pekerjaan itu kecil sekali. Dia hanya minum secangkir kopi namun rasanya luar biasa bertenaga seperti kuda liar di landasan pacu.