"Pa... Lili masuk kerja jam tujuh" Protes Naleah untuk kedua kalinya.
Dia dorong tubuh Hans menjauh supaya melepaskan pelukannya namun lelaki itu malah menekan punggungnya, hingga dia terdorong ke dinding kamar mandi yang licin lalu mengunci pergerakannya dengan pelukan lelaki itu yang posesif.
"Sebentar, Sayang." Bujuk lelaki itu lembut di telinga kanannya lalu menggigit pelan.
Sebentar mata mu.
Telat ini.
Dari tadi juga sebentar sebentar mulu malah kagak kelar sampai sekarang.
Tumben sekali tadi Hans mengajaknya mandi berdua supaya menghemat air namun lelaki itu malah membuang waktu mandinya menjadi lama sekali.
Biasanya dia hanya mandi sepuluh menit kalau tidak mencuci rambut, namun kini entah berapa menit sudah berlalu.
Jangankan mencuci rambut, mencuci wajahnya saja belum rampung.
Baru di guyur air hangat sedikit malah langsung di terkam. Dan ini sudah untuk yang kedua kalinya. Tadi lelaki itu berjanji kalau hanya sekali di depan wastafel saat dia selesai gosok gigi, sekarang yang kedua kalinya saat dia mau mandi.
Kalau dia terlambat lalu di marahi Ben dan gajinya di potong maka Naleah akan mencincang Hans menjadi seratus bagian sebelum melemparkan ke kandang buaya.
Karena mulut manis lelaki itu sama seperti buaya darat.
Seperti polisi yang sedang menyudutkan seorang pengendara mabuk ke dinding lalu memeriksa tubuhnya apakah membawa senjata tajam atau obat terlarang, begitulah Hans menyudutkan tubuhnya.
Tangan kiri Hans menangkup dada kanannya sementara tangan kanannya yang kekar di selipkan ke tungkai kanannya untuk di angkat.
"Tahan kakimu, Li" Pinta Hans.
Perintah lelaki itu seperti komando bagi tubuhnya. Kakinya yang bergetar dia angkat untuk menginjak dinding kamar mandi yang ada di sampingnya sementara Hans membimbing dirinya sendiri untuk menyelip ke dalam tubuh Naleah.
Naleah memejamkan matanya dan menolak dinding marmer itu dengan kedua tangan supaya dia bisa bernafas.
Sekuat apapun dia menahan tangannya di dinding supaya tidak terjepit, namun kalah dengan kekuatan Hans yang terus mendorongnya seperti kuda liar.
Tubuhnya melayang karena sensasi ajaib yang terus di berikan Hans padanya, Hans sampai harus menahan kakinya untuk tetap terangkat karena dia sudah berhalusinasi.
Mulutnya yang tadi protes karena takut terlambat kini meracau ketika Hans menyentuh titik terbaiknya.
Hans menunduk untuk mencium bibirnya dan Naleah menyalurkan rasa frustasinya dengan mencium lelaki itu dengan intensitas yang sama gilanya.
Tubuhnya bergetar akan meledak namun Hans tetap bergerak cepat.
"Pa... "
Hans melepaskan bibirnya untuk berpindah ke punggung, Naleah menjerit ketika merasakan sakit di punggungnya akibat di gigit lelaki itu berpadu nikmat di pahanya.