"Halo, tumben mampir jam segini?"
Tante Bulan mengajak Naleah masuk ke dalam rumah bersama Sandria setelah mereka berpelukan sejenak.
Saat ini Naleah mengajak Sandria ke rumah Oma dan pasti Bulan juga Joko ada di dalam.
Namun yang tidak dia sangka kalau Hans juga ada di rumah itu, tengah bercengkerama dengan Oma yang wajahnya nampak kusut.
Mereka baru ngobrol apa saja sebelum dia datang tadi?
"Omaaa....."
Setelah Oma dan Naleah ngobrol di restoran, mereka berdua semakin dekat dan kini sedang bepelukan erat. "Cucu OMA tumben datang jam segini? sama siapa?"
"Kenalin dong, Na" goda tante Bulan yang duduk di samping Joko suaminya.
"Sandria, tante" Ujar lelaki itu sambil menyalami Oma yang tersenyum kecil.
"Lagi deket sama Lili, Oma" ujar Joko pelan yang membuat Naleah dan Sandria tersenyum.
"Yang bener? kapan menikahnya?" tanya Oma sambil berkenalan dengan Sandria.
"Ih, Oma. Baru juga kencan pertama" Sanggah Naleah. "Kenapa sih musti buru-buru banget?"
"Lagian ngapain di lama-lamain, kalau cocok ya lamar"
"Emangnya beli permen?"
"Duduk... duduk"
Mereka semua duduk di ruang keluarga dan mbok datang membawa minuman untuk mereka berdua yang baru saja bergabung. Naleah menatap Hans yang sedari tadi diam saja di samping Joko.
"Papa tumben disini?"
Tidak enak membiarkan Hans sendirian diam dan bagaimanapun dia adalah ayahnya, jadi harus di sapa. Karena sebesar apa pun rasa sebal itu, tetap saja terlupakan karena rasa sayang.
"Namanya mau liat mama, Li. Kamu ini gimana sih?" jawab tante Bulan sambil memberikan dirinya secangkir teh hangat yang langsung di terimanya.
"Bukan gitu, tante. Anak papa di rumah kan masih kecil, apa ngakk di jagain?"
Mendengar itu Oma mendelik tajam. "Jangan ngobrolin itu disini"
Sorry. Mana dia tahu kalau Oma anti sekali sama kejadian itu.
"Kalau gitu Hans pulang dulu, Mi. Duluan ya semua." Hans bangkit dari tempat duduknya lalu pamitan pada Bulan dan Oma.
Lah kok malah pulang.
"Hati-hati di jalan, Hans" Kata Bulan sambil melambaikan tangan.
Bukan maksudnya ingin mengusir Hans dari perkumpulan ini. Dirinya memang penasaran kenapa manusia sebaik Hans bisa disini sementara istri dan anaknya yang baru lahir di rumah mewahnya sendirian saja. Ya meskipun ada Dhanu dan para pekerja. Sementara Dhani tidak mungkin menemani mamanya.
"Oma masuk dulu ya. Kalian ngobrol aja"
"Aku anterin ya Oma" Naleah bangkit dari duduknya lalu menemani Oma ke kamar. Karena sudah tua dia tinggal di kamar belakang saja yang dekat dengan taman mawar kesukaannya. Supaya tidak lelah naik turun tangga dan tiap sore, Oma pasti duduk di teras kamarnya memandangi bunga sambil merajut atau membaca buku.
"Hans dan perempuan itu mau cerai"
Naleah yang memapah Oma ke kamar lansung berhenti, lalu menatapnya tidak percaya.
"Masa?"
"Oma udah paksa dia menceraikan perempuan itu. Sampai kapanpun Oma tidak sudi dia menjadi menantu disini."