"Mau pindah tempat?" Bisik Josh ke telinganya ketika lelaki itu juga melihat Jenaka dan keluarganya disana.
Naleah merasa lelaki ini terlalu dekat ke wajahnya sehingga dia bisa mencium aroma parfumnya yang menenangkan.
Aroma rempah-rempah yang menyenangkan penciuman.
"Kenapa kita musti pindah?" Desis Naleah kesal lalu mengangkat dagunya tinggi. "Yuk, aku lapar" Lengan Josh dia bawa ke pelukan supaya bisa menarik lelaki itu pergi dari sana.
Kalau kelamaan disana, pemandangan tidak mengenakkan di depan mata akan merusak malam mereka yang indah.
"Ya sudah kalau kamu tidak keberatan." Josh hanya menyetujui apa yang Naleah pilih. Toh dia juga malas pindah ke tempat lain ketika dia baru saja dapat kupon potongan harga untuk makan disini. Lagipula tidak setiap hari mereka bisa makan disini karena harga yang menguras kantong.
Naleah sudah membayangkan daging Steik yang lembut dengan saus gurih lengkap dengan kentang goreng yang renyah semenjak lelaki ini bercerita kalau mereka akan makan disini.
Jadi keinginannya untuk makan malam nikmat dan bergizi malam ini tidak akan hancur hanya karena melihat sebuah keluarga cemara yang nampak asik makan malam sambil bercengkrama manja. Tertawa bersama sambil menutupi mulut dengan tangan.
"Silahkan, Mas, Mbak. Mejanya di sebelah sini ya"
"Terimakasih, Mbak"
Sebuah meja persegi dengan dua bangku yang ada di dekat dinding kaca dengan pemandangan kota Metropolitan bermandikan cahaya lampu berwarna warni.
Sebagai seorang gentleman, Josh menarik bangku untuk Naleah lalu mempersilahkan duduk sebelum dirinya mengambil duduk di depannya. Memenuhi meja kosong itu sehingga nampak lebih hidup.
Pelayan mulai mencatat pesanan mereka dan pergi seperti angin. Lalu sedetik kemudian kembali membawa gelas kristal dan sebotol anggur.
Menuang cairan itu sampai berbuih dengan gelembung-gelembung cantik naik lalu hilang.Mereka berdua bersulang sebelum berbincang-bincang mengenai keseharian mereka yang terlalu mainstream. Kerja, istirahat dan kerja. Berusaha untuk tidak membahas sebuah keluarga cemara yang saat ini ada di ruangan yang sama.
Topik itu berbahaya.Pelayan mulai menyiapkan alat makan dan makanan pembuka pun datang.
Namanya perempuan jadi setiap makanan yang datang pastilah dia ambil gambarnya. Begitupun Josh yang dia minta untuk mengambil fotonya karena ini kali pertamanya dia makan di restoran mewah dengan laki-laki.
Dulu sering dia makan fine dining saat sekolah dan itu hanya untuk keperluan praktek saja jadi itu beda cerita.
Sekarang anggap saja dia kencan ala-ala.
"Jadi kamu masih bekerja di restoran nenek mu sampai sekarang? Aku pikir pindah. Kan pernah di pecat kamu bilang?"
"Seminggu pernah di pecat. Setelah tau kalau Oma juga punya saham disana aku di suruh masuk lagi. Tapi bos ku galak sekali. Bikin pusing"
"Mantan suami Jenaka itu?"
"Namanya Ben. Orangnya memang tampan tapi mulutnya seperti cabai rawit ektra pedas. Mulut mu kalah jauh."
Josh terkekeh pelan. "Bukannya kamu suka dia?" Tanya lelaki itu dengan melengkungkan alisnya yang tebal. Dengan memamerkan senyum licik di wajahnya.
"Aku ini memang bukan perempuan baik-baik. Tapi tidak semua laki-laki yang tampan itu aku sukai. Apalagi cerewet. Dia itu menyebalkan sekali. Kalau orang lain salah, marahnya sebentar, kalau sama aku marahnya sampai besok"