Setelah membeli kue dan donat, akhirnya Naleah memutuskan untuk pulang.
Sebenarnya dia ingin jalan lagi sendirian ke tempat nongkrong yang bagus, mumpung lagi cantik, lagi semangat, dan lagi di luar rumah.
Manusia memang seperti itu ya, kalau keluar rumah malas. Sekalinya di luar, malas pulang.
Namun karena kedua tangannya penuh dengan belanjaan yang cukup berat jadi dia memutuskan untuk pulang saja.
Bisa repot kalau kemana-mana bawa belanjaan, bisa-bisa tangannya keseleo.
Seperti biasa, dia naik taksi seorang diri untuk pulang ke apartemennya. Untunglah mendapatkan taksi jam segini cukup mudah, jadi dia cepat dapat.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas kurang lima menit sehingga gedung apartemen sudah sepi. Dia seorang diri melewati lorong itu lalu menempelkan kartu aksesnya ke pintu.
Saat membuka pintu dia heran melihat ada sepatu terletak rapi dengan kaus kaki disana.
Diletakkan semua kantung belanjaannya di lantai lalu masuk ke dalam.
Pasti Hans ada disini karena hanya lelaki itu yang tau kalau dia pindah kesini. Dan hanya lelaki itu yang memiliki kartu akses ke tempat ini. Sama seperti dirinya.
"Papa...."
Seperti anak kecil di dalam hutan, Naleah berteriak memanggil Hans dan semenit kemudian lelaki itu keluar dari kamar. Masih menggunakan pakaian yang sama ketika dia lihat di rumah sakit sore tadi.
"Hei, baru pulang ya?"
"Papa...." Bukannya menjawab, Naleah malah berlari ke arah lelaki itu. Hans menangkapnya sambil tertawa karena perempuan itu melompat seperti kucing ke dalam pelukannya.
"Pinggang Papa bisa encok, Li." kata Hans di sela-sela tawanya.
Naleah memeluk leher Hans dan kakinya melingkari pinggang lelaki itu seperti Koala yang memeluk batang pohon.
"Jam berapa nyampe Pa?" Tanya Naleah sambil mencium pipi lelaki itu berkali-kali. Seperti anak anjing yang menjilati tuannya ketika di gendong.
"Baru aja. Papa pikir kamu udah pulang."
"Tante bilang Papa kayaknya lembur jadi aku pulang lama. Aku beli donat sama kue, Papa mau?"
"Papa baru aja makan. Lemburnya sampai jam sepuluh aja tadi terus kesini." Hans membawa mereka berdua ke dapur sebab lelaki itu haus.
"Kirain sampe subuh. Papa kan paling jago kalau lembur di kantor"
Hans mendudukkan Naleah di meja dapur yang terbuat dari marmer lalu membuka kulkas untuk mengambil minum. Dia meneguk air putih itu dan meletakkan gelasnya di meja. Sebelum kembali memeluk Naleah dan mengusap wajahnya dengan jemari.
"Kangen sama kamu makanya Papa kesini. Tapi kamunya belum pulang." Hans menyisir rambut panjang Naleah yang tergerai dengan jari lalu membawa sejumput rambutnya ke hidung.
"Sekarang kan Lili udah disini"
"Ngapain aja sama Bulan tadi?"
"Makan wagyu yang enak, terus belanja pakaian, belanja sepatu, beli krim tangan abis itu beli parfum deh. Semua di bayarin Tante."
"Banyak banget belanjaannya. Pantesan lama."
"Iya, belanja sama Tante Bulan itu musti keliling dari lantai satu ke lantai lima terus belanjaannya balik ke lantai satu. Capek banget"
"Hitung-hitung cardio ya..."
"Untuk Papa, Lili belikan donat sama kue. Kalo mau ada di dekat pintu."
" Dekat pintu? Ngapain kamu taruh disana?"