Sesampainya di kost yang sepi, Naleah meletakkan paper bag itu di samping kasur lalu duduk didepan meja rias, menatap wajahnya yang cantik namun lelah di cermin.
Malam ini dandanannya cantik sekali dan dia tidak ingin menghapusnya, namun karena dia harus tidur jadi terpaksa dia harus hapus. Toh besok-besok dia juga bisa pakai make up lagi kalau ada acara.
Dari pada tidur menggunakan make up dan besok paginya malah akan jerawatan parah. Mendingan hapus saja.
Setelah mengambil beberapa foto wajahnya seperti perempuan kecentilan, dia mengambil kapas dan susu pembersih dari laci. Memberikan pijatan lembut di wajah sehingga sedikit demi sedikit semua make upnya lumer lalu luntur. Di hapusnya make up yang tebal itu sembari menonton video dari utube.
Sudah subuh dan dia mengantuk sekali namun dia harus memaksakan diri mencuci muka dan pakai krim perawatan wajah.
Setelah selesai pakai skincare, mencuci kaki dan juga mematikan lampu kamar, Naleah masuk ke dalam selimut untuk tidur. Menutup hari yang melelahkan ini dengan istirahat.
Karena sudah muak di kost seminggu lebih tidak bekerja, Naleah memutuskan untuk bekerja kembali di La Petite. Masuk seakan tidak pernah terjadi hal yang kurang menyenangkan di gudang penyimpanan.
Semua orang yang ada di dapur nampak penasaran akan apa yang terjadi pada perempuan itu karena tidak masuk beberapa hari dan kini kembali bekerja tanpa penjelasan yang pasti.
Semua orang tau Naleah di pecat, namun entah kenapa seminggu kemudian nongol lagi.
"Udah datang?" Tanya Ben yang melihat nya sedang menyiapkan stok daging untuk makan siang nanti. Meskipun seminggu sudah tidak bekerja, untung saja dia masih bisa ingat pekerjaan yang harus dia kerjakan dan di bantu arahan oleh rekan kerjanya.
"Sudah Chef"
"Baguslah. Lanjut kerjanya"
"Baik, Chef"
Dapur sangat sibuk dengan bunyi api dan wajan yang beradu. Teriakan terdengar dimana-mana. Entah kenapa Naleah kangen dengan keadaan ini.
Mau di maki pun sampai besok, dia pasrah saja.
Dia janji akan menghargai pekerjaan ini karena seminggu mengirimkan surat lamaran namun tidak kunjung mendapatkan panggilan rasanya tidak enak.
Lebih baik dia di marahi tapi punya kerjaan dari pada tidak di marahi tapi menganggur.
Tanggal sembilan belas di pukul dua belas tengah malam, ingat sekali kalau saat itu Naleah sedang menemani Ben di dapur membuat menu baru dari olahan daging sapi, ponselnya berdering.
Ada telepon dari Tante Bulan yang mengabarkan kalau Jenaka akan melahirkan dan mereka mengharapkan kedatangan perempuan itu.
Ben menawarkan diri untuk mengantarkan Naleah ke rumah sakit swasta dimana Jenaka di rawat saat ini.
Ketika mereka sampai, Bulan, Joko dan Oma sudah berkumpul di depan ruangan bersalin.
Oma duduk di depan ruangan bersalin yang harus steril dari orang. Beberapa kali terdengar suara Jenaka di dalam yang menahan sakit merasakan pembukaan.
"Udah lahiran?" Tanya Naleah setelah memeluk Bulan yang nampak lelah.
"Belum. Masih nunggu Hans"
"Papa kemana?"
"Lagi operasi di atas. Kebetulan menangani tamu VVIP."
"Jadi Jenaka sendirian di dalam?"
"Iya, lagi nunggu bukaan."