Setelah hampir tiga jam sendirian merenungi nasib di sebuah restoran lokal yang buka dua puluh empat jam dekat tempat wisata, akhirnya Naleah memutuskan untuk pulang.
Di restoran itu dia makan mie rebus dan jagung bakar yang rasanya sangat luar biasa nikmat sampai mau bikin pingsan sehingga sejenak lupa akan masalahnya dengan Hans.
Lupa sesaat kalau hari ini dia mengatakan Hans bodoh dan tolol.
Aduh.... Kenapa bisa dia bilang bodoh dan tolol kepada dokter bedah terbaik serumah sakit yang sudah menggondol banyak penghargaan juga gelar doktor di perguruan tinggi?
Dirinyalah yang sudah tidak waras disini.
Haduh, kalau saja waktu bisa di ulang.
Dia ingin memukul dirinya sendiri sampai pingsan.
Karena sudah mengantuk dan kedinginan sampai badannya mau beku bagaikan ikan, dia memutuskan untuk pulang. Sudah tidak mampu menahan angin malam yang menusuk.
Mungkin saja Hans sudah tidur sekarang dan mengabaikan dirinya nanti, jadi dia juga mau pulang lalu tidur di kasurnya yang empuk. Menggulung badannya di selimut empuk lalu tidur seharian di kamar sampai sore.
Lagian untuk apa dia memikirkan lelaki itu?
Memangnya dia siapa?
Memangnya dia dapat gaji untuk memikirkan lelaki itu?
Capek sekali memikirkan lelaki sialan itu. Tidak ada gunanya. Hanya bikin stress saja dan buang-buang waktu.
Setelah membayar semua makanan dan minumannya, Naleah memutuskan untuk pulang.
Bodo amat Hans marah atau mengabaikan dirinya.
Siapa peduli.
Dengan hati-hati dia mengendarai mobil Hans kembali pulang ke villa, karena jalanan licin sebab hujan tadi siang dan juga gelap dengan lampu jalan yang minim.
Namanya di pedesaan, lampunya pasti hidup segan mati tidak mau.
Apalagi Villa Hans terletak agak jauh dari pemukiman warga dan tempat wisata ini.
Berkendara selama dua puluh tujuh menit hingga sampai di villa lalu memarkirkan mobil itu ke garasi sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah.
Semua pintu dan gerbang sudah dia pastikan terkunci rapat jadi dia dengan tenang masuk ke dalam.
Sepatunya yang terkena becek dia tinggalkan di luar sebelum melangkahkan kaki ke dapur untuk minum.
Dia haus sekali.
"Kamu dari mana jam segini baru pulang?"
Naleah tersentak kaget ketika menyalakan lampu dapur dan melihat Hans disana. Apalagi suara lelaki itu yang tiba-tiba terdengar saat semuanya sunyi sepi senyap.
Duduk di dalam kegelapan. Untung jantungnya tidak copot.
Ternyata Hans ada di dapur dan lelaki itu sepertinya ingin menginterogasi dirinya.
Dia tidak ada mood untuk kembali berantem dengan Om Tua bangka menyebalkan ini.
Naleah bisa lihat dengan jelas ada gelas berisi minuman di depan Hans. Tidak mungkin Hans minum teh manis sekarang berarti itu minuman keras.
Karena cuaca dingin akibat hujan semingguan disini membuat badan membeku. Menghangatkan badan di perapian tidak cukup.
Makanya Hans suka minum segelas dua gelas Bourbon supaya badannya hangat karena cuaca disini selalu dingin saat malam hari. Ditambah hujan makin beku bagaikan di kulkas.