—_—
"Lili, Hans sudah bercerai dan kasusnya menang. Jadi kita merayakan dengan makan malam di rumah Oma. Kamu datang ya, Sayang. Jangan telat loh."
-Bulan-
Akhirnya, setelah beberapa minggu keluar masuk ruang pengadilan, Hans resmi menyandang status duda untuk kedua kalinya.Entah habis berapa Rupiah Hans keluarkan untuk memenangkan kasus ini hingga bisa sepenuhnya menjadi duda untuk kedua kalinya.
Sekali karena istrinya meninggal dunia, dan kedua kali karena dia menceraikan istrinya sendiri.
Cucok sekali lelaki itu, sementara di luar sana ada banyak orang yang pacaran saja belum pernah, menikah saja belum dapat jodoh. Dia malah punya dua jodoh dan keduanya tidak berujung baik.
Kalau sampai tiga kali, mungkin lelaki itu akan mendapatkan hadiah undian berupa kulkas empat pintu dari pemerintah setempat.
ToT
Waktu perceraian lelaki itu tergolong cepat, tak sampai tiga bulan sudah kelar. Meskipun tidak mengikuti rangkaian pengadilannya dan tidak mau tau tentang hal itu, namun Bulan tetap memberikan kabar terbaru padanya karena mereka berdua sering makan dan jalan berdua sebagai alibi untuk Bulan bisa jalan dengan Joko, suaminya yang lagi di pingit. Jadi mau tidak mau dirinya menjadi tahu.
Biaya pengacara Hans pasti mahal sekali ya sampai lelaki itu menang di pengadilan. Hartanya masih utuh dibandingkan kasus serupa yang biasanya menguras gono gini. Apakah sekarang lelaki itu bahagia atau tidak? Entahlah.
Naleah merasa biasa saja. Tidak senang juga tidak sedih. Datar sekali. Toh semenjak perceraian itu mencuat, dia tidak pernah lagi berhubungan dengan Hans melalui media apapun, putus kontak karena sepertinya lelaki itu sengaja menjauhinya. Dirinya pun tidak mau mengejar lelaki itu segetol dulu, sehingga mereka tidak ada berbagi kabar lagi.
Selama beberapa minggu ini, dia banyak sendirian, merenung dan juga berkontemplasi berdua dengan dirinya sendiri. Bertanya terus, apakah dia benar-benar ingin Hans demi cinta atau hanya karena obsesi di masa mudanya?
Kesepian tanpa lelaki itu membuatnya merana. Dia tahu dirinya bisa hidup tanpa Hans, namun hidup itu tidak menyenangkan, dan dia tidak mau hidup yang seperti itu lebih lama.
Dia bisa jalan dengan teman-temannya, makan, nonton dan belanja sendirian ataupun sama yang lain, namun sering sekali berkhayal kalau Hans lah yang ikut dengannya.
Berandai-andai bagaimana rasanya menonton film bersama Hans, beli baju ke mall, beli parfum, makan enak di pinggir jalan dan melakukan hal-hal yang seperti pasangan lain lakukan di muka umum.
Ketidakhadiran lelaki itu selama beberapa minggu ini ternyata memberikan dia pemahaman total. Perasaan ini bukan hanya obsesi semata, keberadaan lelaki itu jauh lebih berharga dari yang dia butuhkan.
Dia menyayangi Hans. Dia mencintai Hans. Dan dia ingin hidup bersama lelaki itu seperti pasangan pada umumnya.
Karena rindu akan lelaki itu, Naleah memutuskan untuk datang.
Meskipun lelah karena bekerja dari pagi sampai sore, dia jalani saja ke rumah Oma dengan senang hati. Apalagi sudah lama sekali dia tidak bertandang kesana, jadi dia rindu. Rindu Hans, rindu Oma, rindu makanan rumahan dan ingin menuntaskan rindu itu disana.
Pukul tujuh malam, tiga jam selepas kerja, Naleah memutuskan untuk ke rumah Oma yang jaraknya satu jam dari apartemennya.
Dia mandi, keramas, luluran, maskeran dan menggosok kulitnya sampai bersih lalu memakai pakaian yang paling baik dan tidak terlalu mencolok karena ini hanya makan malam biasa.