"Selamat Pagi, Oma." Naleah membantu membukakan pintu ketika mobil Hans berhenti disamping mobil Joko. Memegangi tangan Oma supaya bisa turun dari mobil menginjakkan kaki di tanah dengan baik.
"Selamat pagi, Li. Sama siapa kesini?" Oma turun dan mereka pun berpelukan erat.
"Nebeng sama Om dan Tante. Sini, Lili bantu."
"Oma ini masih sehat, bisa jalan sendiri."
Hehe.. Meskipun dilarang, Naleah tetap menggandeng tangan Oma keluar dari mobil untuk memasuki gerbang.
Hans dan Oma terlambat sepuluh menit di panti asuhan yang pertama mereka kunjungi hari ini. Sementara Om Joko dan Tante Bulan sudah ada di dalam, di ruang makan dimana acara akan di adakan hari ini.
"Papa enggak di peluk, Li?" Tanya Hans ketika lelaki itu baru saja keluar dari mobil.
"Iya, lupa" Naleah berlari memutari kap mobil untuk memeluk Hans. Lelaki itu membalasnya cukup erat sampai Naleah bisa merasakan seperti di pepet.
"Li, Tas Oma tolong di ambil ya"
"Iya, Oma" lalu menoleh kepada Hans. "Tas Oma dimana, Pa?"
"Di belakang. Sekalian ambil paper bag juga ya, Li." jawab Hans cepat sementara lelaki itu menutup pintu depan mobil. Naleah membuka pintu belakang dan menunduk untuk mengambil paper bag pink milik oma di sudut mobil yang lain. Biar tak kerja dua kali.
Naleah kaget ketika bokongnya di tampar lelaki itu cukup keras saat lelaki itu melewatinya. Gila itu orang. Kan disini ada Oma, Tante Bulan dan Om Joko, atau orang lain dan bisa saja ada kamera pengawas yang merekam kegiatan mereka.
Hans mengedipkan mata ketika pandangan mereka bertemu dan Naleah melotot. Memperingati lelaki itu supaya tidak bertingkah aneh. Lelaki itu membuka bagasi mobil dan dari dalam membawa barang hadiah dari Oma untuk anak-anak. Sementara Naleah memberikan tas Oma pada pemiliknya yang sedari tadi menunggu di luar.
Meskipun sibuk kerja, lelaki itu masih sempat-sempatnya flirting begini. Untung tidak di lihat Oma. Kalau tidak bagaimana coba?\
"Yuk masuk, yang lain kayaknya sudah menunggu." Kata Oma sambil melangkah memasuki lorong yang sepi.
Panti asuhan itu besar, jadi banyak anak-anak yang berkumpul di dalam. Dengan sabar menanti acara dimulai. Dan semua pengurus Panti sudah menyambut Oma dengan ramah.
Naleah pikir hanya akan menyantuni anak yatim dan kasih amplop lalu lanjut karena ada lima panti yang akan di kunjungi. Namun ternyata di dalam sudah di hias begitu cantik, dengan banyak sekali kue-kue yang indah, makanan, minuman melimpah dan kado untuk anak-anak.
Seperti acara ulang tahun pada umumnya, acara itu diadakan cukup meriah. Namun kali ini acaranya cukup besar karena kuenya banyak dan pasti anak-anak akan puas makannya.
Anak-anak menyanyi, menari, bermain dan bersenang-senang sambil makan makanan yang sudah disediakan pihak katering.
Mendengar celotehan mereka saat antri mengambil makanan, Naleah seperti kembali ke masa lalu. Dulu, dia adalah salah satu anak seperti mereka. Kecil, kurus dan kurang kasih sayang.
Untung dia di adopsi Hans, kalau tidak entah bagaimana nasibnya kini. Mungkin sudah kerja sendiri, hidup sendiri dan tinggal sendiri di kost kecil bertarung melawan dunia.
Naleah yang sedang membagikan buah melirik Hans yang membagikan daging ke piring anak-anak. Memberikan porsi jumbo sampai piring anak kecil itu penuh.
Seperti ada koneksi tak kasat mata, Hans yang sibuk membagikan daging, mengangkat pandangan untuk menatap Naleah sampai tatapan mereka bertemu. Lelaki itu tersenyum padanya sebelum kembali melanjutkan pekerjaan.