Hari ini hari libur.
Hari dimana saatnya menghabiskan waktu dua puluh empat jam di apartemen hanya untuk makan, tidur, menonton dan makan.
Hari malas-malasan dengan pakaian tidur, semangkuk es krim, berbaring di sofa sambil maraton film.
Hans memiliki TV sebesar gajah di ruang tamunya dengan berlangganan aplikasi premium. Tentu saja banyak sekali pilihan film dan drama disana yang bisa dinikmati tanpa di ganggu iklan maupun jeda.
Jadi dia akan menikmati hidup dengan tidak melakukan apapun hari ini. Memasak pun tak akan dia lakukan, karena uang pemberian Hans belum terpakai sampai saat ini. Meskipun dia memesan banyak sekali makanan, uang itu tidak akan habis dalam sekejap mata seperti gajinya.
Setelah bekerja panas-panasan kemarin di depan kompor sekaligus di marahi Ben hampir sepuluh menit karena wajahnya, dia berhak mendapatkan hari tenang sekarang.
Lelaki itu kemarin syok melihat wajahnya yang tiba-tiba merah seperti pasien cacar. Takut ada pelanggan yang melihat wajahnya dengan banyak bintik-bintik merah dan takut Pelanggan akan berfikir kalau makanan yang disajikan akan terkontaminasi bakteri maupun virus makanya dia di suruh untuk tidak bekerja sampai wajahnya membaik.
Lelaki itu kalau marah memang lebai sekali jadi Naleah tidak kaget lagi.
Namun tetap saja, dimarahi selama sepuluh menit karena wajahnya itu menyebalkan. Makanya jadwal liburnya yang seharusnya dua hari lagi di percepat menjadi hari ini dan setelah wajahnya membaik barulah dia bisa kerja.
Lebai banget memang manusia silver itu.
Karena tau dirinya tidak akan bangun pagi besok, maka sengaja Naleah mematikan semua alarmnya supaya tidak terganggu tidurnya.
Orang lain kerja hari Rabu, dia malah tiduran di rumah.
Rasanya tidurnya begitu nyenyak sehingga tidak bermimpi sama sekali. Tidak ada suara alaram, tidak ada suara grasak grusuk karena buru-buru bersiap mau kerja, dan tidak perlu memesan ojek online.
Semuanya begitu sempurnya.
Ketika memeriksa ponsel keesokan harinya, dia melihat jam masih menunjukkan pukul enam pagi. Mungkin karena selama ini sudah kebiasaan bangun jam setengah enam, jadi tanpa alarm pun badannya bangun jam segini.
Kalau hari kerja badannya susah sekali bangun, kalau hari libur bangun sendiri tanpa butuh alarm.
Tapi meskipun begitu, lama juga dia tertidur. Karena semalam dia tidur sesampainya di kost sepulang dari tempat kerja. Setelah mencuci muka, memakai cream dokter lalu tidur bagaikan kena bius. Dari sore sampai pagi. Buset. Seperti Kungkang coy.
Dia mengosongkan kantung kemihnya ke toilet, mencuci muka lalu menyemprotkan toner yang banyak supaya wajahnya ternutrisi dan cepat sembuh.
Harusnya dia kembali ke kasur untuk tidur, malah keluar kamar untuk minum sebab dia haus sekali.
Dia pikir saat ini hanya ada dirinya sendiri namun Hans ada di dapur sedang sibuk memasak sepagi ini.
Lelaki itu mengenakan t-shirt berwarna krim, celana pendek putih serta telanjang kaki sedang asik menggoreng sesuatu di penggorengan.
"Papa kapan datang?" Naleah menguap lalu membuka pintu kulkas.
"Semalam jam sebelas. Kamu udah tidur jadi enggak dengar pas Papa datang"
"Pantesan." Naleah menuang air dingin ke gelas lalu meminum air putih itu sehingga menyegarkan tenggorokannya.
Hans mematikan kompor lalu menuang masakannya ke atas piring yang sudah dia siapkan di meja marmer.