48

1.5K 181 9
                                    

"Li, temanin Tante ke sidang Hans, yuk. Tante malas sendirian kesana sama Oma."

Malas?

Saya juga malas tau. 

Malas semalas malasnya. 

Ogah.

Naleah melempar ponselnya setelah di matikan lalu memilih untuk memeluk selimut. Hari libur seperti ini lebih enak menonton film, santai tidak memikirkan apapun.

Kemarin-kemarin pas dia butuh kenapa tidak ada satupun yang bisa di hubungi. Kenapa sekarang mereka menghubungi dirinya? Apakah mereka semua sudah sadar kalau dia masih hidup?

Lagian ini beneran cerai apa kagak sih?

Lah wong semalam itu keluarga cemara juga sedang asik makan malam bareng kayak orang lain ngontrak aja. 

Siapa sih yang benar? Bisa gila dia.

Setelah selesai menonton film yang menghabiskan tiga jam waktunya, Naleah merasa matanya pedas dan memilih untuk mematikan tv saja.

Ponselnya dia ambil lalu di nyalakan. Pesan yang masuk cukup banyak, apalagi dari grup kerjanya. Lagi panas seperti biasa. 

Dia hapus semua isi pesan itu termasuk semua pesan dari Bulan dan yang lain. Atensinya terambil ketika melihat pesan dari nomor baru yang entah siapa. 

"Li, ini aku Lena. Kamu sibuk enggak? Ketemuan yuk"

Keningnya mengerut tajam, temannya itu baru menikah beberapa hari kenapa ngajak ketemuan begini? Bukannya lagi bulan madu ya, membuat anak. 

Dari pada di rumah, membusuk tidak mandi dan hanya rebahan doang, dia pikir tak apalah kalau dia keluar sekarang. Hitung-itung menghirup asap kenalpot di jalan suapaya pikirannya tenang. 

Setelah saling kirim pesan dan membagikan tempat melalui peta online, juga waktunya, Naleah beranjak untuk siap-siap.

Namanya perempuan kalau mau keluar ya musti dandan heboh. Menghabiskan waktu satu jam untuk mandi dan dandan di depan cermin sebelum dia meninggalkan tempat itu. 

Kota ini besar, ada begitu banyak pilihan restoran dan juga cafe yang bermacam-macam, tergantung referensid juga isi kantong. 

Entah bagaimana temannya itu bisa menemukan tempat seperti ini. 

Sebuah restoran makanan cina, terletak di perumahan padat penduduk yang masuk ke dalam gang sempit sampai tidak bisa di lalui mobil. Untung jarak restoran itu dekat sekali ke jalan jadi kakinya tidak gempor jalan kesana. 

"Lili...."

"Lena..."

Mereka kebetulan sekali bertemu di depan restoran yang padat itu dan berpelukan seperti teletubis. 

Berbeda dengan dirinya yang dandan heboh sampai memakai rok kembang bunga-bunga, Helena hanya mengenakan celana jeans dengan kaus hitam juga sepatu kets. Seperti anak kuliahan yang sedang mengikuti kelas pagi dengan terburu-buru, tidak dandan sama sekali, hanya menggulung rambutnya tinggi di kepala. Untung kukunya masih cantik, bekas manicure pernikahannya kemarin.

Namun meskipun begitu, perempuan itu nampak cantik dan berkilau. Apa karena dia masih pengantin baru jadi auranya masih bagus dan mencolok mata begini?

"Apa kabar, pengantin baru?"

"Sehat. Masuk yok, aku lapar"

"Memangnya kau ga dikasih makan suami mu?"

Helena hanya mendengus sembari menarik tangannya untuk masuk ke dalam. Ada begitu banyak orang tengah makan di restoran itu dan penjualnya pun lagi sibuk kesana kemari melayani pelanggan. 

BELUM SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang