21

3K 123 1
                                    

Setelah jam kerja Naleah berakhir dan jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, dia memutuskan untuk ke rumah sakit.

Seharusnya dia pulang ke kost saja supaya bisa istirahat dan memulihkan tenaga untuk kerja keesokan harinya. Namun kakinya malah membawanya kesini,  masuk ke dalam ruang rawat Hans yang sepi.

Dengan hati-hati, berjalan mengendap-endap seperti pencuri di kamar yang temaram, dia meletakkan tasnya di atas sofa sepelan mungkin, lalu mencuci tangan di kamar mandi supaya tidak membawa kuman ke semua benda yang akan dia sentuh. Sebelum akhirnya duduk di pinggir ranjang Hans yang tidur dengan pulas.

Tangan kanan Hans dia genggam erat lalu mengusapnya lembut. Ingin sekali mendapatkan kehangatan dari tubuh lelaki itu seusai jam kerjanya yang padat berakhir.

Hari ini memang melelahkan seperti hari-hari sebelumnya namun entah kenapa, pikirannya malah jauh lebih padat. Badannya jauh lebih capek dari biasanya.

Entahlah. Mungkin karena memikirkan lelaki bodoh yang tertidur pulas ini.

Dan menegang tangan Hans adalah hal pertama  yang ingin dia lakukan setelah jam kerjanya selesai. Makanya dia bisa ada disini karena tubuhnya ingin lelaki ini selalu di sampingnya.

Seperti ada energi yang tak kasat mata  mengalir dari tangan Hans yang hangat lalu masuk ke dalam tubuhnya. Seperti ponsel mati yang di colok ke dalam charger, tubuhnya kembali hidup, berdetak dan bernafas lega.

"Kenapa jam segini masih kesini?"

Naleah yang tiduran di pinggir kasur meletakkan tangan Hans di pipinya langsung mengangkat kepalanya dan melihat Hans tengah menatapnya.

"Papa belum tidur?"

"Tadi siang kebanyakan tidur jadi belum mengantuk"

Hans mencoba untuk menarik tangannya dari dalam genggaman Naleah namun Naleah semakin mempererat nya. Belum puas mencuri energi lelaki itu.

"Aku pikir Papa udah tidur. Aku ganggu ya?" Naleah memegang tangan Hans dengan kedua tangannya lalu membawa ke bibir untuk di kecup.

"Ganggu."

Dasar laki-laki tua pemarah. Naleah mencebik dan tersenyum lebar.

"Gimana keadaan Papa? Udah baikan? Apa ada yang masih sakit?"

"Kamu kenapa kesini tengah malam begini?"

"Baru pulang kerja. Besok libur jadi sekalian aku jenguk Papa. Besok harusnya aku kencan tapi aku batalin karena mau nemenin Papa seharian."

"Kencan sama siapa?"

"Laki-laki yang di rumah Oma kemarin"

"Sandria?"

Naleah mengangguk. "Menurut Papa dia orangnya gimana? Baik ngakk?" Dia hanya iseng bertanya. Siapa tahu Hans merasa cemburu seperti yang dia harapkan.

"Kayaknya baik."

Senyum Naleah turun satu centi. Cemburu apaan?

"Serius?"

"Hm.. "

"Sayangnya dia merokok. Aku ngakk suka cowok perokok."

"Namanya laki-laki kan wajar merokok"

"Tapi Papa ngakk merokok. Papa juga ngakk minum. Papa cuma sering lembur aja menghasilkan duit yang banyak."

"Orang-orang kan beda, Li."

"Lagian aku enggak suka mencium bau rokok. Soalnya dadaku sakit meskipun cuma mencium sebentar"

BELUM SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang