Naleah berendam di dalam Jajucci di kamar mandi milik Hans seorang diri dengan sabun aroma lavender yang membuatnya terasa nyaman.
Busa lembut yang melimpah ruah membuat dirinya tenggelam seakan tengah berbaring di atas awan.
Senyuman tidak henti-hentinya lepas dari wajahnya karena melihat tubuhnya yang sudah di tandai oleh Hans semalaman suntuk.
Di depan pantulan cermin di kamar mandi Hans, Naelah bisa melihat dada, perut dan pahanya tampak biru-biru karena terlalu lama di hisap sehingga menimbulkan warna gelap yang mencolok dari warna kulit aslinya.
Tampangnya persis seperti perempuan sundal yang baru saja di puaskan budaknya.
Untuk ukuran orang yang terpaksa, Hans melakukannya dengan baik.
Percintaan pertama dengan Hans semalam begitu luar biasa.
Tak terhitung berapa kali mereka semalam saling memeluk sampai kelelahan lalu terbangun pukul sebelas siang.
Lelaki itu membatalkan jadwalnya pergi ke kota sebab mereka kesiangan dan Naleah tidak menyesal membuat lelaki itu kelimpungan.
Hans begitu luar biasa untuk menjadi yang pertama baginya.
Tidak ada kata penyesalan apapun setelah dia bangun karena tubuh lelaki itu membuatnya terasa melayang, memberikan ketenangan dan juga rasa penuh yang menyenangkan.
Apa yang dia dapatkan justru jauh lebih baik dari apa yang dia harapkan selama ini.
Mungkin sejak saat ini dia tak akan bisa melihat Hans dengan tatapaan yang sama lagi. Sebab Hans sudah mengubah dirinya luar dan dalam.
Rasa Hans masih ada di bibirnya, pelukan Hans masih terasa di dadanya dan cengkeraman Hans masih membekas di pinggangnya. Semua sangat luar biasa. Tidak bisa di gambarkan dengan kata-kata.
Ini adalah kado terindah yang dia dapatkan dari Hans. Dan hanya Hans yang bisa memberikannya.
Menunggu selama enam tahun akhirnya terbayar dengan hasil luar biasa. Tidak ada penyesalan. Sedikitpun tidak ada. Dan kedepannya tak akan pernah ada.
Dia sadar akan segala konsekuensi apa yang di perbuat dan tidak akan pernah menyesal untuk apapun.
Dulu baginya cinta adalah Hans dan kebutuhan dirinya hanyalah Hans. Dan setelah mereka menghabiskan malam bersama, kehadiran Hans menjadi semakin kuat di dalam dirinya.
Namun apakah Hans merasakan hal yang sama seperti yang dia rasakan?
Argh...
Kenapa sih dia selalu saja memikirkan hal-hal buruk disaat ada hal baik yang terjadi? Ada apa dengan dirinya ini?
Karena kesal dengan pikiran buruk yang tiba-tiba menyerang di waktu bahagianya, Naleah memilih untuk berendam dan memasukkan kepalanya ke dalam air.
Menutup mata, menahan nafas, dan merasakan air hangat melingkupinya. Lalu ketika dia tidak sanggup lagi menahan nafas di bawah air, dia pun keluar dengan nafas terengah-engah.
Dia memang kehabisan nafas namun rasanya kepalanya menjadi jauh lebih ringan.
Persetan.
Bodo amat dengan apa yang terjadi kedepan.
Untuk saat ini, Naleah memutuskan akan menghargai waktu yang ada hanya untuk fokus menjalani hari ini dengan sebaik-baiknya.
Apapun yang terjadi besok biarlah untuk besok dan bagaimana Hans dengan perasaannya biarlah Hans yang tahu.
Dia mau, selama mereka disini, Hans adalah miliknya. Itu adalah fakta yang dia percayai saat ini.
Kalau misalnya Hans ingin kembali kepada istrinya, mungkin dia takkan bisa rela. Tapi biarlah Hans yang memutuskan.