25

3.3K 133 2
                                    

Rasanya seperti di surga ketika membuka mata hal pertama yang kamu lihat adalah orang yang sangat, sangat, SANGAT kamu cintai.

Matipun tidak akan menyesal saking bahagianya.

Mimpi apa dia semalam?!

"Pagi... "

Hans tengah berbaring menatap ke arahnya dengan senyum kecil di wajah. Tampan sekali meskipun baru saja bangun tidur.

Naleah bergeser untuk mendekati Hans lalu mencium bibirnya.

"Pagi Papa"

Senyuman di bibir Naleah semakin lebar ketika Hans tidak menolak ciumannya. Lelaki itu memang masih pelit senyuman namun tidak apa, yang penting ciumannya tidak di tolak.

Dia memeluk Hans semakin erat, seakan ingin memeras tubuh lelaki itu, untungnya Hans tidak menolak dan balas memeluknya. 

Diluar sedang turun hujan dan jendela kaca yang gordennya terbuka menampilkan hujan yang turun begitu deras  sampai kaca itu berembun.

Bukannya langsung bangun dan sarapan mereka berdua asik berpelukan menikmati pagi yang terasa dingin namun damai. 

Seperti kutu loncat, Naleah menempel di tubuh Hans yang hangat dan wangi. Kapan sih lelaki ini nampak tidak tampan di matanya?

Baru kerja, masih tampan.

Baru bangun tidur juga tampan.

Apa benar dia gila?

Pasti tergila-gila karena cinta.

Rasanya sudah kuat sekali dia selama puluhan tahun ini mencintai sosok lelaki yang memiliki kerumitan hidup seperti ini.

Sampai kapan dia akan begini?

Entahlah. Dia tidak menyesal sedikit pun.

"Turun yuk... " mungkin karena sudah lapar atau karena gerah di tempeli seperti ini, Hans mengajak mereka untuk turun ke bawah.

"Dingin banget, Pa" tentu saja dia harus beralasan. Kalau tidak pelukan mereka akan terudai dan dia tidak rela.

"Papa mau ngopi."

Hans tidak bisa hidup tanpa kopi. Lelaki itu selalu memulai hari dengan kopi, menjalani siang dengan kopi dan bahkan sore pun pasti ngopi dengan cemilan. 

Dasar.

"Duluan aja deh. Nanti Lili nyusul"

"Kamu turun ya, sarapan bareng"

"Beres Bos"

Naleah memejamkan mata ketika Hans dengan suka rela mengecup keningnya cukup lama lalu beranjak bangkit dari atas tempat tidur.

Sepeninggal Hans, Naleah berteriak di dalam bantalnya lalu menendang selimutnya karena terlalu bahagia.

Ini bukan mimpi kan?

Ketika dia mencubit pipinya rasanya sakit.

Berarti ini memang kenyataan dong. 

Baru seminggu mereka tinggal disini dan rasanya seperti sepasang pengantin baru yang sedang bulan madu. 

Semua akan semakin sempurna kalau dia dan Hans menikah lalu membangun keluarga. Menjalani hidup dengan bekerja bersama, makan bersama dan jalan-jalan bersama.

Namun hal itu terlalu jauh dan muluk-muluk.

Padahal baru ciuman doang. 

Tak apa, kalau mereka memang di takdirkan untuk bersama, apapun yang terjadi semua akan indah pada waktunya.

BELUM SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang