HN-05

4.1K 117 0
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh...
Jangan lupa vote yah happy reading...
Tandai typo Oky?

🌻🌻


Sore harinya pukul 15.45 Nawa sedang menonton kartun kesukaannya dengan duduk lesehan di karpet bulu yang tersedia di sana Upin dan Ipin lah kartun Favorit Nawa ia menonton bersama Tari Nadia dan Zahra

"Dek kapan Upin Ipin gedenya?" Tanya Zahra ia berniat mengganggu adiknya itu sudah lama juga tidak menjahilinya

"Hah ih Nawa mah ngga tahu kapan gedenya nanya nya kok sama Nawa sama yang buat kartun nya lah kak" Balas Nawa dengan masih menatap televisinya itu tanpa berpaling sedikitpun.

"Iya in aja" Balas Zahra berniat menjahili adiknya tiba tiba pikirannya buntu begitu saja

Tak lama Nawa teringat sesuatu ia langsung menghentikan aktivitasnya itu dan langsung berbaik menatap Nadia sang Bunda

"Bundaa" Panggil Nawa

Nadia yang merasa terpanggil yang awalnya sedang mengobrol bersama Nek Tari beralih menatap putrinya itu."Kenapa sayang?" Ucap Nadia

Nawa termenung ia bingung harus berkata apa sekarang pikirannya sibuk menyusun kata kata yang harus ia lontarkan nanti.

"Bunda tahu kamu mau ngomong sesuatu, ngga perlu canggung ayo silahkan bicaralah nak" Ujar Nadia ia memang memiliki kepekaan yang kuat terhadap anak anak nya atau pun terhadap orang lain

"Bundaa Abang mana? Kok daritadi Nawa ngga ada lihat Abang" Tanya Nawa ia sebenarnya tahu hanya saja ia berpura pura tak tahu

Biasalah basa basi guysԅ⁠(⁠ ͒⁠ ⁠۝ ͒⁠ ⁠)⁠

Pertanyaan dari Nawa itu membuat Nadia mematung ia bingung harus menjawab apa dan bagaimana menjelaskan nya, matanya berkaca kaca semua yang terjadi beberapa tahun yang lalu yang sudah ia kubur dalam dalam kembali muncul begitu saja menguasai pikirannya

Zahra yang melihat Bunda nya seperti itu pun pergi menghampiri sang Bunda lalu memeluknya.

"Udah bundaa" Ucap Zahra menenangkan Sang Bunda

"Bunda kenapa nangis Nawa kan nanya Abang dimana kok bunda malah nangis Nawa cuman tanya loh bundaa.." Ujar Nawa jujur air matanya juga terasa akan keluar namun ia tahan

"Abang kuliah dek, Abang itu tinggal di asrama kampusnya bukan disini paling 2 Minggu sekali dia pulang makanya sekarang dia ngga ada disini" Bukan Nadia yang menjawab melainkan Zahra

Nawa tersenyum pilu mendengar itu air matanya sudah tak terbendung lagi yang akhirnya air matanya pun meluncur bebas tanpa halangan sedikitpun tentu ia tahu bahwa Kakak nya itu berbohong

"Udah yah kak, bunda, kalian ngga usah bohong Nawa udah tahu kok apa yang udah terjadi sama Abang dan keluarga kita" Ucap Nawa

Nadia dan Zahra menatap Nawa tak percaya, benarkah Nawa sudah mengetahui hal ini? Lalu mengapa ia tak terus terang...

"Maafin bundaa nak" Lirih Nadia ia menangis mendapati bahwa putrinya itu sudah mengetahui yang sebenarnya terjadi

"Nawa ngga marah ataupun benci kok sama kalian terutama sama Papah, Nawa tahu ini ujian dari Allah untuk keluarga kita. Nawa cuman mau minta sesuatu sama kalian.." Terang Nawa

Nadia dan Zahra terkejut mendengar penuturan Nawa benarkah seorang Nawa tidak marah ataupun benci terhadap mereka? Mengapa hatinya begitu lembut.

"Masyaa allah anak bundaa" Ucap Nadia ia langsung memeluk putrinya itu ia bangga dengan putrinya itu ia tak percaya putrinya setulus ini.

HANAZKAR [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang