HN-41

3.5K 107 13
                                    

Jika tidak bisa mengambil hatinya, ambil saja hikmahnya

Tangerang

⚠️Typo bertebaran⚠️

Nawa dibawa menuju Ndalem oleh Nyai Arum dan Kyai Rasyid setelah mereka mendengar kabar dari Erik semuanya berkumpul awalnya suasana hening namun sedikit mulai sedikit perbincangan mulai terdengar

Erik menatap sang adik yang hanya diam dengan tatapan kosong ia sangat bersyukur pada kedua gadis yang ikut bersama adiknya jika bukan karena kedua gadis itu Nawa sudah kembali pergi dari sini

"Saya sangat berterima kasih pada kalian berdua, terimakasih sudah mau membujuk Nawa pulang kemari" Ucap Erik dengan seulas senyuman bahagia

"Saya juga sangat berterima kasih kepada kalian sudah menjaga adik ipar saya" Sahut Hilya

"Kakak cantik emang kemana aja umi?" Tanya Zidan anak itu baru kembali dari rumah pamannya kemarin

"Kakak cantik disini aja kok sayang" Balas Hilya pada putranya itu

"Tapi kok kakak cantik kayak sedih gitu? Kenapa?" Tanya Zidan lagi

"Ngga papa sayang, kakak cantik mungkin kecapean mending kamu tidur siang yuk sama umi" Ajak Hilya karena aka tahu pasti jika Zidan disini ia akan rewel dan terus bertanya

"Yaudah aku juga ngantuk umi" Zidan mengulurkan kedua tangannya meminta di gendong Hilya pun menggendongnya dan membawanya pergi ke rumah

"Maafin Abang ya dek" Erik memeluk erat Nawa jika adik semata wayangnya itu pergi rasanya hidupnya tak lagi berarti

becanda kan masih ada Hilya

"Maafin Nawa juga bang, Nawa salah maaf" Ucap Nawa ia sangat merindukan Abangnya setelah lama tak berjumpa

"Jangan kaya gitu lagi ya, nanti Abang hukum kamu" Ujar Erik

"Hukum hukum sama adik sendiri bang jangan gitu" Canda Nawa agar sedikit tak terlalu formal pikirnya sedangkan Erik hanya tersenyum ia kemudian mencubit hidung adiknya itu merasa gemas juga kesal

"Jangan gitu bang" Ucap Nawa ia kemudian mengusap ngusap hidungnya yang terasa cukup sakit karena ulah Erik

"Siapa nama kalian" Tanya Kyai Rasyid pada kedua sahabat Nawa

"Gu-- s-saya Cinta dan ini Fathin" Ucap Cinta ia tidak biasa menggunakan bahasa formal lebih sering menggunakan bahasa lo-gue nya

"Sejak kapan kalian bertemu dengan Hana" Tanya Nyai Arum

"Hana? Hana itu siapa ya bu?" Tanya Fathin bingung

Nyai Arum juga Kyai Rasyid tersenyum. "Hana itu Nawa para warga pesantren selalu menyebutnya Hana" Ujar Kyai Rasyid Cinta dan Fathin pun mengangguk mengerti

"Baru kemarin pak Bu, rumah almarhumah nek Tari itu di titipin sama kita berdua kunci rumah ada di saya. nah, kebetulan udah 3 bulan kami ngga kesitu waktu kemarin kesitu eh tahunya ada Nawa" Jelas Cinta singkat namun Nyai Arum dan Kyai Rasyid paham

HANAZKAR [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang