"Usaha tanpa Doa itu sombong, dan Doa tanpa Usaha itu kosong"
-Hanawa Ameira Rexall
•
•
•
Tangerang
⚠️Tandai Typo⚠️
Gus Fauzan menahan dengan kuat tubuh Gus Azkar agar tak jatuh ke lantai suara tangisan dari para sahabat Nawa membuat semua Yanga da disana pun turut merasakan hal yang sama seperti mereka sampai akhirnya Kyai Rasyid memutuskan sesuatu
"Kembalilah! Tunaikan lah sholat berjamaah di majelis saja, dengan di pimpin oleh Ustadz Erik" Setelah mendengar aba aba dari Kyai Rasyid semua santri langsung pergi menuju majelis begitupun dengan yang lain namun tidak dengan Nara Raisa Kia Nyai Arum Kyai Rasyid dan Gus Azkar mereka masih tetap disana bersama Nawa
"Hana! Bangun!! Bangun!!!"
"Gue terima yah! Kalo lo pergi duluan kan udah janji perginya bareng" Suara Nara melirih ketika mengatakan itu Kia dan Raisa memeluk Nara yang sangat histeris itu mereka tahu jika Nara sangat sangat dekat dengan Nawa ketimbang mereka mungkin karena faktor usia yang sama diantara mereka
"Urusan kamu di dunia ini belum selesai Han, semaunya belum tercapai bangun"
Nara ia sudah mengetahui semuanya memegangi Nawa dan ia juga turut membantu Nawa jika ia dalam keadaan sulit atau apapun itu ia juga membantu Nawa untuk menyembunyikan identitas dirinya dari orang orang karena Nawa juga akh yang membuat dirinya masih bisa berada di pesantren ini awalnya memang ia akan bekerja setelah semester berakhir namun Nawa memberikan ibunya pekerjaan di kantor papahnya sampai akhirnya kebutuhannya pun terpenuhi dengan sempurna Alhamdulillah
Gus Azkar mendekat kepada Nawa ia menunduk ketika melihat Nawa yang sudah memejamkan mata dengan tenang wajahnya sama sekali tak menunjukkan suatu kegelisahan apapun. "Ana uhibbuki Fillah Hana, wa kafa billahi Syahida" dia kata dari Gus Azkar itu mampu membuat semuanya tertuju padanya namun Gus Azkar tak memperdulikan itu ia menangis dalam menunduknya itu
"Hana ketahuilah di dalam kebisuan yang mendalam dan dalam gemuruhnya rasa, ku titip engkau dalam perlindungan-nya untukmu nama yang tak berani ku sebutkan dalam bait bait Doa. memang banyak bahasa Cinta namun yang paling indah adalah Doa, namun siapa diriku ini? Yang mampu untuk menyebut namamu dalam doa?"
"Aku bukanlah siapa siapa bagimu, tapi kau seperti huruf د di Al-Ikhlas dalam hidupku. Ketahuilah jika pada akhirnya nama yang sembunyikan oleh langit adalah bukan namamu yang pernah ku langitkan semoga doa doa yang telah mengangkasa itu turun kembali bersama hujan. Lalu hanyut di hati orang yang memang berhak memilikinya, Dan aku yakin, mengenalimu bukanlah suatu kebetulan, bahkan kamu adalah anugerah yang Tuhan kirimkan kepadaku"
"Engkau adalah ketidak sengajaan yang lebih indah daripada seribu hal yang pernah aku rencanakan, sunrise dan senja mengajarkanku bahwa yang indah akan kembali pada tempatnya berasal, tanpa paksaan apapun" Gus Azkar memutuskan untuk mengeluarkan semuanya saya ini juga ia tak bisa menahannya lagi rasanya terlalu berkeping keping jika ia tak menyampaikannya
"Saat perdebatan logika menelisik keriuhan hati, Tuhan takdirkan mu sebagai penenang di langit langit munajatnya.
Lalu kau membawaku ke dalam wilayah retorika qalbu yang di hujan BISU sembari menyaksikan betapa banyak jiwa yang tenggelam dalam CINTA, Sedangkan menengok kepada Tuhan sang pencipta Cinta saja masih lengah.
Gundah yang mendera adalah kiat-kiat maha kasih meraih kembali genggaman seluruh hamba yang lalai dengan mengecewakan harapnya kepada MANUSIA, berapa banyak memanen dari persaksian atas nama CINTA, HANA mengenalmu bukan hal yang ku inginkan, mencintaimu itu bukan keinginan namun itu adalah yang kehendak ber-Asma Rahman, aku baru bisa mengatakannya sekarang ANA UHIBBKI FILLAH"
KAMU SEDANG MEMBACA
HANAZKAR [COMPLETED]
Teen Fiction⚠️follow sebelum baca⚠️ Muhammad Anas Azkar Al-Akbar putra sulung dari pemilik pesantren terbesar kedua di Indonesia yang bernama Rasyid dan sang Umi yang bernama Arum pria berusia 24 tahun itu kini menjadi seorang Qori internasional karena memenang...