“Sejatinya CINTA adalah DOA”
"Pakai saja tutupi aurat mu"
Nawa ia melingkarkan kain yang di berikan oleh seseorang itu yang ternyata kain itu adalah sebuah sorban berwarna hitam dengan perpaduan hijau army sangat indah
"G-Gus?' Cicit Nawa ia kembali menundukkan pandangannya tak berani menatap orang yang sudah memberinya sorban tersebut
"Pakai itu untuk sementara saya akan mengambilkan Khimar mu" orang tersebut adalah Gus Azkar ia langsung meraih Khimar milik santriwati nya itu dan mengembalikannya padanya
"Ini" ucap Gus Azkar
"Jazakallah Khairan Gus" Ucap Nawa
"Wa iyyaki" Balas Gus Azkar
"Siapa yang melakukan ini?" Tanya Gus Azkar
Nawa hanya diam mendengar pertanyaan Gus Azkar membaut Gus Azkar menunggu di buatnya
"Tidak apa jika anti tidak ingin menjawab nya saya permisi assalamu'alaikum" Gus Azkar langsung beranjak pergi meninggalkan Nawa
" Waalaikumsalam Gus sorban nya?" Ujar Nawa sembari menyodorkan Sorban tersebut
"Simpan" Gus Azkar langsung pergi dari sana dengan hanya mengatakan 5 kata itu
"Simpan?" Beo Nawa ia menatap sorban tersebut dengan seksama memikirkan apa yang di maksud oleh Gus nya tersebut
Jantung nya kembali berdebar seperti mendapat sengatan listrik tegangan tinggi dari penjuru arah bibirnya berkedut terlukiskan senyuman indah Nawa menghela nafas lagi dan lagi hal ini kembali terjadi
"Astaghfirullah haladzimm maa fii qalbi gairullah" beristigfar mengulang ulang kata kata itu cukup membuat hatinya tenang setelah itu ia kembali bangkit dari duduknya dan mulai berjalan kembali menuju dapur pesantren ia lupa jika ia harus menghantarkan ponsel milik Hilya
"Assalamu'alaikum" Nawa langsung menghampiri Hilya Yang sedang sibuk di depan kompor
"Waalaikumsalam" Jawab semuanya yang berada di sana
"Afwan Ustadzah jika lama ini ponsel nya" Nawa menyodorkan ponsel milik Hilya itu
"Tidak papa terima kasih sudah mengambilkan nya" Ujar Hilya
"Na'am wa iyyaki ustadzah" Nawa langsung Kemabli menghampiri Nara dan yang lain Yang sedang sibuk dengan aktivitasnya
"Maaf lama" Ujar Nawa
"Gapapa ga lama juga" Timpal Raisa
"Han kamu pakai parfum?" Tanya Nara ia mengendus ngendus karena ia mencium wangi parfum yang masuk ke rongga hidung nya
"Astaghfirullah haladzimm" batin Nawa
"lo pakai parfum?" Cicit Kia karena ia juga mencium wangi parfum yang cukup pekat
"Eumm, ngga aku ngga pake parfum" Balas Nawa
"Beneran? Terus ini bau parfum siapa?" Beo Nara dengan terus mengendus ngendus
"Kayak kenal sama wangi parfum nya" Ujar Kia
"Itu sorban siapa Han?" Ujar Raisa ia melihat adanya sebuah sorban di pangkuan Nawa
"Eh Iyah baru sadar itu sorban siapa Han?" Tanya Nara ia pun ikut melirik sebuah sorban yang berada di pangkuan Nawa
"mending lo jujur aja deh" Cicit Kia
"Apa yang kamu sembunyiin dari kita" Ucap Raisa
"Afwan bukan aku ngga mau cerita tapi aku ngga terlalu suka ngungkit ini semua kalian semua paham bukan? Bagaimana rasanya dan aku mohon sama kalian agar kalian tidak memaksa Hana untuk mengatakan semuanya jika hati ini sudah mengizinkan maka mulut ini akan mulai menceritakan" Ujar Nawa
KAMU SEDANG MEMBACA
HANAZKAR [COMPLETED]
Teen Fiction⚠️follow sebelum baca⚠️ Muhammad Anas Azkar Al-Akbar putra sulung dari pemilik pesantren terbesar kedua di Indonesia yang bernama Rasyid dan sang Umi yang bernama Arum pria berusia 24 tahun itu kini menjadi seorang Qori internasional karena memenang...