Jangan lupa vote, komennya bestie
Ramein kuy!
“Tidak perlu meminta maaf, kamu tidak jahat bahkan kamu juga tidak melukaiku, aku hanya terluka oleh harapanku sendiri yang terlalu berharap.”
_Zalfa Hafiza Nadila_
°
°
°
°•••🦋•••
Semua sedang berkumpul di kediaman milik Arga, mereka menatap kasiaan Hafiza yang sedari tadi hanya terdiam menatap lurus.
Di rumah tersebut sudah di hiasi beberapa bunga, di mana yang sebentar lagi pernikahan Arga dan Sisil akan segera di laksanakan.
“Zah, lo kok sabar banget sih. Gue rasanya pengen bunuh suami lo,”ucap Indah menatap Hafiza iba.
Dia duduk di samping Hafiza dan mengelus pelan bahunya, Agar lebih tabah dengan keputusan yang dia ambil.
“Ndah, ini semua udah kehendak Allah.”
“Tapi Zah, lo terlalu baik buat Arga yang brengsek!”
“Ndah, nggak boleh gitu.”
“Ndah, lo seriusan relain mereka berdua nikah?”Tanya Hani yang baru saja datang dengan bunga yang berada di tangannya.
Hafiza menoleh ke arah temannya yang satu itu, dia tersenyum dan mengangguk di balik cadarnya. Padahal di dalam hati masih terasa sesak dan tidak rela, namun dia juga harus belajar ikhlas dan sabar dari semuanya.
“Zah, jangan gitu dong. Kita berdua nggak mau liat lo sedih, apa perlu kita berdua aja yang nyakitin si Sisil?”
“Nggak papa kok, serius aku ikhlas.”
Hani dan Indah saling tatap, sejak kapan sahabat mereka jadi sesabar dan seikhlas ini. Setau mereka sewaktu dirinya masih sekolah Hafiza, tidak terima jika Arga di rebut orang lain.
Mereka menatap perut buncit Hafiza yang terlihat menggemaskan, mengelus calon keponakan yang sebentar lagi akan keluar.
“Sayang, kamu yang sabar ya nanti aunty Hani sama aunty Indah, bakal ajarin kamu buat hajar Abi kamu nantinya.”
“Tenang aja ya sayang.”
Mereka mengelus perut tersebut dan menciumnya, Hafiza terkekeh. Sungguh sekarang dirinya hanya bisa tersenyum, penguat dirinya sekarang hanya sang anak.
Ustadz Hasan melihat Hafiza yang merenung sendiri, dia mendekati perempuan tersebut.
“Assalamu'alaikum Neng,”ucap Hasan tersenyum.
“Wa'alaikumussalam.”Hafiza menoleh ke arah Hasan yang menatapnya tersenyum.
“Yang sabar ya neng,”ucap Hasan.
“Iya makasih ustadz.”
“Allah nggak pernah salah dalam memberikan ujiaan kepada hambanya.”
Dari kejauhan Arga melihat Hasan dan Hafiza sedang berbicara berdua, dia tidak suka dan cemburu. Dengan langkah cepat Arga berjalan mendekati mereka, namun belum sempat dirinya mendekati mereka. Tiba-tiba sang Bunda memanggil driinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush Hafiza
RomansaBagaimana jadinya jika seorang perempuan yang sangat bawel dan bar-bar mengagumi seorang laki-laki alim yang berada di sekolahnya. Berawal dari mengaku sebagai seorang tukang paket namun berakhir dengan sering berkomunikasi, entah ini kebetulan ata...