PART 51

2.4K 257 35
                                    

Jangan lupa vote, komennya bestie

Ramein kuy!

“ Bahkan bila tinta serupa samudra tak kan cukup menuliskan betapa panjang coretan ini mengisahkan tentang dirimu, wahai langit rinduku.”

_Zalfa Hafiza Nadila_

°
°
°
°

•••🦋•••

Sudah satu bulan Hafiza di tinggal oleh orang yang dia sayangi, rasa tidak rela selalu berada di hatinya. Sungguh ujiaan yang Allah berikan untuknya begitu berat, sampai-sampai orang yang dia sayangi di ambil olehnya.

Selama satu minggu ini pula, Hafiza mengurung diri di kamr, tidak ada pembicaraan dengan siapa pun. Dia tidak ingin bertemu dengan orang-orang di sekitarnya, jangankan bertemu makan pun dia enggan.

Badan Hafiza terlihat sangat kurus, mata panda melingar di bawah matanya akibat kurang tidur. Hafiza hampir depresi melihat semuanya, selebih di mana dia harus kehilangan mereka tepat di waktu yang bersamaan.

“Mas, aku kangen sama kamu....”Lirih Hafiza.

Hafiza menatap pemandangan di luar melalui jendelanya, tidak lupa dengan foto dirinya dan Arga saat menikah.

Mengelus lembut wajah suaminya dari balik foto tersebut.

“Mas, kamu udah ketemu sama anak kita belum. Dia cantik banget tau mas,”ucap Hafiza tersenyum.

“Wajahnya juga sama kaya kamu, masa nih ya mas nggak ada miripnya sama aku!”Hafiza kesal karena wajah anaknya yang tidak ada miripnya dengan dirinya.

“Kamu kapan pulang mas, kan kamu udah janji bakalan nemenin aku.”

“Terus nanti kalo ada orang yang nyakitin aku, hina aku. Siapa yang bakal jadi teman curhat aku siapa yang bakal jadi bahu bersandar dan penguat aku mas!”

“Hiks!”

Hafiza kembali menangis merasakan betapa pahitnya kehidupannya tersebut, sekarang sudah tidak ada lagi orang yang selalu membuatnya semangat.

“Masa kamu ingkar janji sih mas sama aku, kamu bilang cuman sebentar ini udah lebih dari yang kamu bilang tau!”

Tanpa Hafiza sadari, sedari tadi Fatimah menatap putrinya dengan kasihan. Dia tidak sanggup melihat ke adaan anaknya sekarang, yang sangat kurus akibat tidak mau makan.

Seketika air mata Fatimah mengalir karena tidak sanggup melihat semuanya, dia sangat bangga karena anaknya tersebut sangat kuat. Perlahan Fatimah berjalan mendekati putrinya dan mengelus pundak tersebut dengan lembut.

“Sayang.... ”panggil Fatimah dengan lirih.

Hafiza menoleh ke arah Fatimah, mata sembabnya terlihat begitu jelas. Fatimah yakin pasti anaknya tersebut baru saja menangis, mereka bingung harus bagaimana lagi agar Hafiza tidak merasa sedih.

“Kamu udah makan belum?” Hafiza menggeleng dengan lemah.

“Ayo makan sedikit aja, jangan terus-terusan kaya gini nak. Terima semuanya dengan ikhlas apa pun itu yang Allah berikan, kita sebagai hambanya pun akan kembali kepadanya. Karena di sanalah kita akan kekal selamanya,”ucap Fatimah memberi nasehat.

My Crush HafizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang