Aku tidak bisa tidur. Benakku memutar ulang semua penjelasan Pak Rudy. Aku tidak menyangka situasi yang ada sangat serius.
Ancaman penjara membuat perutku melilit. Selama ini aku percaya pada Om Danu. Aku tidak menduga Om Danu tega bermain di belakangku. Dia tega mengkhianati Papa.
Kalau Papa masih ada, aku tidak akan sendiri. Ada Papa yang melindungiku dari sifat rakus Mama, juga dari Om Candra. Dan yang pasti, Om Danu tidak akan mengacaukan perusahaan yang susah payah dibangun Papa.
Ketika matahari mencuri masuk dari balik vertical blind di kamar tamu Pak Rudy, aku memaksakan diri untuk bangun. Kantung mata terlihat jelas di bawah mataku. Wajahku begitu kuyu. Saat menatap pantulan bayanganku di cermin, aku berhadapan dengan sosok putus asa yang tidak punya semangat hidup.
Semua masalah ini begitu tumpang tindih. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Rasanya seperti tercekik.
Aku memaksakan diri untuk menjalani pagi ini, tapi aku tidak bisa berpikir jernih. Satu-satunya yang terpikirkan olehku adalah bertemu Om Danu. Aku tidak bsia menunggu lebih lama lagi.
Pak Rudy sudah dalam keadaan rapi sementara aku masih memakai pinjaman bajunya. Pak Rudy melirikku dari balik cangkir kopi yang diteguknya.
"Pak, aku tahu ini dadakan. Aku boleh cuti hari ini? Aku mau ketemu Om Danu."
Keheningan terasa begitu lama sementara aku menunggu persetujuan Pak Rudy. Aku sudah bersikap lancang dan tidak profesional, tapi aku berharap Pak Rudy mau mengerti alasan di balik permintaanku.
"Saya sudah menebak kamu akan meminta cuti. Saya akan batalkan semua janji hari ini, jadi kita bisa ketemu Danu."
Jawaban Pak Rudy berada di luar dugaanku. "Aku bisa sendiri."
Pak Rudy tersenyum tipis. "Kamu bisa sendiri, tapi tidak ada salahnya membawa bantuan. Kamu tidak bisa menduga apa yang akan dilakukan Danu kalau kebohongannya kamu bongkar."
"Dia pamanku."
"Lily, saya salut kamu masih bisa berpikir positif di saat seperti ini. Dia memang pamanmu, tapi dia tak lebih dari manusia egois yang rela melakukan apa saja untuk menyelamatkan dirinya. Dia tidak peduli kamu punya hubungan darah dengannya, kalau kamu menghalanginya, dia bisa dengan mudah menyingkirkanmu," timpal Pak Rudy.
Aku tahu, semalam pak Rudy berhati-hati memilih kata saat membahas Om Candra dan Om Danu. Aku tidak tahu pasti apa yang dilakukan Om Candra, tapi penjelasan samar yang diberikan Pak Rudy membuatku bisa merangkai puzzle demi puzzle yang selama ini berserakan terkait ayah tiriku itu.
Pagi ini, Pak Rudy tidak lagi berhati-hati. Dia berkata dengan begitu gamblang. Aku juga memikirkan hal yang sama. Katanya darah lebih pekat dibanding air. Namun di kasus ini, Om Danu tidak akan peduli apda hubungan darahnya denganku. Jangankan dia, ibuku saja tega mengumpankanku kepada suaminya sebagai sumber uang utnuk membayar utang judi.
"Saya antar ke kost, setelah itu kita ke Serang."
Aku bisa saja bersikeras untuk melakukannya sendiri. Selama ini, aku melakukan apa pun sendiri. Namun pagi ini, ada perasaan lega di hatiku saat Pak Rudy mengulurkan tangannya untuk membantuku.
**
Ini kali pertama aku mengunjungi lokasi proyek yang dijalankan Om Danu. Bangunan itu terbengkalai setelah kasus ini bergulir. Seharusnya, gedung itu akan menjadi bangunan baru yang membuka kesempatan dibangunnya gedung perkantoran di area tersebut. Sayang, niat itu tidak terlaksana karena kesalahan yang dilakukan Om Danu.
Setelahnya, Pak Rudy membawaku ke kantor Mahakarya. Aku melihat mobil Om Danu di parkiran. Dia tidak tahu aku akan datang, jadi dia tidak bisa menghindar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Simpanan Boss
RomanceLily bekerja sebagai sekretaris pengganti untuk Rudy Wiranegara, CEO Abdi Construction. Diam-diam, Lily menyukai Rudy. Masalahnya, Rudy yang berusia 42 tahun terlalu tua untuk Lily yang akan berulang tahun ke21. Dan juga posisinya sebagai atasan Lil...