Let Me Tell You About My Boss

176K 2.9K 21
                                    

Kuberi tahu empat hal tentang Pak Rudy. Pertama, dia atasan yang sangat baik. Semua orang menyukainya. Yup, dia memang tegas tapi ketegasan itu dibutuhkan dalam memimpin perusahaan sebesar ini. Tangan dinginnya berhasil membawa perusahaan yang tadinya hampir bangkrut jadi salah satu bisnis konstruksi paling sukses.

Kedua, dia ganteng setengah mati. Di seantero gedung dengan total 37 lantai ini, enggak ada yang bisa mengalahkan kegantengan Pak Rudy. Setengah Indonesia, setengah bule. Kalau lagi serius, Pak Rudy bisa terlihat menyeramkan. Wajahnya dingin, susah tersenyum. Kalau sedang meeting dan bad mood, suasanya mencekam banget. Tapi kalau mood lagi bagus, Pak Rudy bakalan terus-terusan tersenyum. Believe me. Nothing can hold a candle with his smile.

Ketiga, dia punya tubuh yang bisa bikin jiper laki-laki mana pun. Tinggi dan tegap, dengan dada bidang, pundak lebar, lengan kokoh dan otot yang menggiurkan. Aku pernah bertemu dia di gym. Pak Rudy cuma pakai celana olahraga pendek. He has a freakin eight abs. Aku sampai bengong waktu melihat perutnya yang rata dan berotot. Masalahnya, dia enggak lagi muda. Pak Rudy berumur 42 tahun. Tapi dia masih fit bahkan jauh melebihi rekan kerjaku yang dua puluh tahun lebih muda.

Keempat, kayaknya aku jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya. Aku memang lemah sama laki-laki ganteng, pintar, dan berwibawa. Pak Rudy punya semuanya.

Masalahnya, dia jauh lebih tua. Aku baru 21 tahun dan Pak Rudy sudah 42 tahun. Dan, dia atasanku.

Aku baru bekerja satu bulan dengannya, sebagai sekretaris pengganti karena sekretaris lamanya cuti melahirkan. Aku cuma punya kontrak selama tiga bulan bekerja di sini. Tapi rasanya enggak rela kalau harus resign. Memang sih pekerjaannya banyak tapi aku suka bekerja dengan Pak Rudy.

Bukannya geer tapi aku merasa Pak Rudy juga punya perasaan khusus kepadaku. Dia sering melirikku. Dia baik banget kepadaku. Kalau cuma berdua, aku sering melihat tatapannya kepadaku berbeda. Seperti kemarin, aku sadar kalau Pak Rudy curi-curi lihat kepadaku dengan tatapan bernafsu. Aku harus menahan diri di mejaku untuk tidak menghambur ke pelukannya.

Kalau saja Pak Rudy meminta, aku akan dengan senang hati menyerahkan tubuhku kepadanya.

Mungkin perbedaan usia yang menghalanginya. Juga statusnya sebagai atasanku.

Satu lagi, dia duda. Kata teman kerjaku, Sabrina, Pak Rudy sudah lama bercerai dari istrinya yang mata duitan. Orang seperti Pak Rudy, apalagi dia sudah menikah, pasti punya dorongan seksual tinggi. Pemikiran itu cuma membuatku ikut merasakan dorongan seksual.

Itulah yang kurasakan sekarang. Sendiri di kamar kost, aku enggak bisa melupakan bayangan Pak Rudy tadi sore.

Seharian ini dia punya banyak meeting di luar kantor. Sebagai sekretaris, aku harus menemaninya. Karena capek, aku enggak sengaja ketiduran di mobil.

Dan bersandar ke pundak Pak Rudy.

Aku enggak tahu sudah tertidur berapa lama. Aku terbangun ketika merasakan ada yang mengusap lenganku. Tanpa bergerak aku membuka mata dan melihat Pak Rudy yang mengusap lenganku.

Napasku nyaris berhenti. Jadi aku tetap pura-pura tidur meski sebenarnya jantungku nyaris copot.

Enggak sampai di situ, usapan Pak Rudy terus naik ke lengan atasku. Entah dia sengaja atau enggak, tapi jari-jarinya menyentuh payudaraku.

Pura-pura tidur membuatku frustrasi.

Pak Rudy mendesah panjang sebelum menaril tangannya.

Aku ingin protes. Aku enggak mau dia berhenti. Aku mau dia terus mengusap lenganku. Aku ingin menarik tangannya dan meletakkannya di payudaraku.

Tapi aku enggak bisa melakukannya.

Sampai malam ini, usapan Pak Rudy masih terasa dan itu hanya membuatku kesal. Aku mengusap ulang lenganku yang tadi diusapnya, lanjut ke lengan atas dan menyentuh payudaraku. Aku membayangkan bagaimana kalau Pak Rudy benar-benar menyentuh payudaraku? Meremasnya? Atau bahkan mengisapnya?

Shit.

Bayangan itu membuat putingku mengeras. Saat menutup mata, bayangan Pak Rudy berlutut di depanku, dengan mulutnya berada di payudaraku, mengisap putingku dengan keras dan aku cuma bisa mendesah.

Aku mendesah saat jariku menarik putingku hingga menimbulkan rasa perih.

Aku membayangkan Pak Rudy yang melakukannya.

Aku bisa membayangkan dia memperlakukanku dengan lembut, juga kasar, dan aku enggak peduli.

Karena keinginan untuk merasakan tubuh Pak Rudy semakin bercokol di benakku.

Istri Simpanan BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang