54. The Real Marriage Life

33.5K 1.6K 20
                                    

Hidupku tidak akan pernah bisa kembali normal seperti sediakala. Sehingga, aku membuat normal versi terbaru. Dan, aku lebih menyukai kehidupanku yang sekarang karena aku tidak sendiri.

Ada Pak Rudy bersamaku.

Hidup memang lucu. Namun, aku tidak keberatan jika hidup menertawakanku saat ini. Karena sekarang, aku bisa merasakan cinta yang sepenuhnya.

Statusku sebagai istri Pak Rudy diketahui oleh seluruh karyawan. Begitu juga soal statusku sebagai pemilik Mahakarya. Ada banyak tatapan penuh tanda tanya, juga tudingan, ditujukan kepadaku.

Aku tidak peduli.

Di mata orang banyak, mungkin hubunganku dan Pak Rudy terlarang. Tidak masuk akal. Aku tidak menampik jika banyak omongan miring ditujukan kepadaku, mengingat aku menikahinya di saat aku masih menjadi sekretarisnya.

Aku pernah hampir kehilangan Pak Rudy, dan aku tidak mengizinkan siapa pun mempengaruhi keputusanku. Aku bahagia bersama Pak Rudy. Aku mencintainya, dan dia juga mencintaiku. Hubungan ini sah di mata hukum. Tidak ada yang salah dalam hubungan ini, jadi kenapa aku harus memikirkan omongan orang lain yang tidak ada hubungannya denganku?

Setelah menyelesaikan semua kesalahpahaman, Pak Rudy membawaku pulang ke apartemen. Begitu menginjakkan kaki di sana, rasanya seperti memasuki kehidupan baru.

This is my new life.

Pak Rudy juga tidak menutupi hubungan ini di kantor. Untung saja belakangan aku lebih sering berada di Mahakarya. Namun, tidak akan lama lagi. Pak Rudy merasa butuh mengawasi proses rebranding Mahakarya, dan aku setuju ketika dia ingin memindahkan kantor untuk bergabung bersama Abdi Construction. Gedung lama milik Mahakarya dijual, dan hasil penjualan digunakan untuk membayar kompensasi kepada keluarga korban yang meninggal akibat ulah Om Danu.

Sekarang aku semakin yakin dengan Mahakarya. Aku percaya bisa membalikkan keadaan, mengembalikan perusahaan itu ke masa jayanya seperti di saat masih dipegang Papa. Semua orang yang tidak memberikan performa baik dipecat oleh Pak Rudy. Dia memberikan kompensasi yang adil, sehingga tidak bisa protes. Mereka yang dirasa masih kompeten, harus melewati assesment test untuk menilai apakah mereka layak menempati posisi tersebut.

Aku tidak lagi menjadi sekretaris Pak Rudy karena sepenuhnya menjadi Business Strategist di Mahakarya. Pak Rudy tidak memberikan posisi itu secara cuma-cuma. Aku tetap harus menjalankan assesment test yang disiapkan untukku.

"Kamu istriku, tapi status itu tidak berlaku selama menyangkut pekerjaan. Kamu tetap karyawanku dan kamu harus membuktikan kepadaku apakah kamu layak menempati posisi ini?" Itu perkataannya bulan lalu, ketika aku protes kenapa harus menjalani tes.

Ini hari terakhirku di kantor Mahakarya. Besok, semua kegiatan perusahaan akan dijalankan dari kantor pusat Abdi. Aku menatap sekeliling, ke ruangan yang dulu ditempati Papa. Serbuan nostalgia menghantamku. Aku sempat ragu, karena ini artinya aku harus mengucapkan selamat tinggal kepada masa lalu.

Aku harus melakukannya. Bukan berarti aku melupakan Papa. Papa akan selamanya ada di hatiku. Kepindahan ini juga menjadi bukti bahwa aku siap melanjutkan perjuangan Papa.

"Kamu di sini." Pak Rudy memasuki ruangan itu dan menutup pintu di belakangnya. "Masih ada barang yang mau dibawa?"

Hanya tersisa satu kotak berisi barang peninggalan Papa yang akan kubawa pulang. Selebihnya sudah dipindahkan ke kantor Abdi, bersama barang-barang lain.

Pak Rudy mengambil bingkai foto dari dalam kotak itu. Di foto itu ada aku dan Papa. "He will be proud of you," ujarnya.

Aku mendekatinya dan merebahkan kepala di pundaknya. "Semoga. Ketakutanku adalah mengecewakan Papa."

Istri Simpanan BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang