Rudy
Tidak ada siapa-siapa di rumah kontrakan itu. Rumah itu tidak layak ditempati. Pengap dan gelap. Puntung rokok di mana-mana. Botol bekas bir murahan dibuang begitu saja. Meski tak layak, aku bisa membayangkan Danu bersembunyi di sini, mengingat letaknya yang jauh dari keramaian.
Mungkin dia sengaja menyewa rumah ini sebagai tempat melakukan aksi kejahatan karena tidak akan ada yang curiga.
Mataku menatap sekeliling. Seakan ada yang menghantamku saat membayangkan Lily ada di sini. Dia pasti sangat ketakutan.
Aku menyisiri seisi ruangan, mencari bukti keberadaan Lily. Di satu sisi aku berharap mereka tidak membawa Lily ke sini. Aku bahkan berharap lebih jauh, bahwa ini semua tidak pernah terjadi dan Lily tengah menungguku di rumah, menertawakan kebodohanku.
Namun, ini nyata.
Kalau Lily tidak ada di sini, ke mana lagi aku harus mencarinya?
"Ini cincin Lily bukan?"
Aku mendapati Ibel merangkak keluar dari bawah dipan kayu yang sudah reot. Dia menyalakan senter untuk melihat lebih jelas. Di tangannya, ada sebuah cincin yang membuat jantungku langsung berhenti berdetak detik itu juga.
Hatiku mencelus saat menyadari Ibel benar. Itu cincin Lily. Aku yang memberikan cincin tersebut saat menikahi Lily.
"Mungkin dia sengaja melepasnya, buat tanda dia pernah di sini," gumam Ibel.
Atau mungkin saja cincin itu dilepas dengan paksa dari jarinya. Entah oleh Danu atau Chandra.
Beragam pikiran buruk berkecamuk di benakku. Bagaimana kalau mereka tidak hanya menyekap Lily? Mereka begitu membenci Lily. Benci bisa membuat siapa saja gelap mata, apalagi orang seperti Danu dan Chandra. Bagaimana kalau mereka memperkosa Lily lalu membunuhnya?
Aku meninju dinding berkali-kali, tidak peduli jika buku tanganku berdarah.
Aku tidak akan membiarkan mereka hidup. Aku yang akan memastikan mereka mati di tanganku jika berani menyakiti Lily, bahkan seujung rambutnya.
Dering telepon membuatku berhenti merencanakan pembunuhan Danu dan Chandra. Ada harapan tumbuh di hatiku saat melihat nama Dimas di layar handphone.
Aku memberitahunya soal keberadaan rumah kontrakan ini. Dimas berjanji akan mengerahkan anggota tim untuk menyisiri daerah sekitar.
"Ya," sapaku.
"Salah satu tim gue berhasil menemukan Lily..."
"Di mana?" Jeritku, tidak memberi kesempatan kepada Dimas untuk menyelesaikan ucapannya.
Mereka berhasil menemukan Lily. Bagiku, itu perkembangan yang berarti.
"Dia sedang dibawa ke rumah sakit. Kondisinya..."
"Dia baik-baik saja?" Potongku lagi.
Please tell me she's alive.
Di seberang sana, Dimas menarik napas panjang. "No. Kondisinya kritis dan butuh perawatan intensif."
Lututku langsung lemas, membuatku terduduk di lantai kotor penuh debu itu.
Namun, ada bagian hatiku yang merasa lega setelah mendengar penjelasan Dimas. Setidaknya, Lily masih hidup.
Aku tidak pernah berharap pada keajaiban, tapi ternyata keajaiban itu masih ada. Lily masih memiliki kesempatan diselamatkan. Meski tipis, harapan itu masih ada.
Dimas memberitahu lokasi rumah sakit tempat Lily dirawat. Tanpa membuang waktu, aku menuju mobil dan menyetir seperti orang kesetanan. Kali ini, Ibel tidak memprotes caraku menyetir karena dia pun ingin bertemu Lily.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Simpanan Boss
RomanceLily bekerja sebagai sekretaris pengganti untuk Rudy Wiranegara, CEO Abdi Construction. Diam-diam, Lily menyukai Rudy. Masalahnya, Rudy yang berusia 42 tahun terlalu tua untuk Lily yang akan berulang tahun ke21. Dan juga posisinya sebagai atasan Lil...