49. Welcome Home 2

24.3K 1.9K 40
                                    

"Dimas menyuruhku ke kantornya. Ibel sebentar lagi sampai di sini."

Aku meletakkan sendok di atas makananku. "Ada apa?"

Apakah Om Danu sudah ditemukan? Selama ini aku menunggu-nunggu dengan cemas, berharap mendapat kabar lebih lanjut dari polisi.

"Itu yang mau aku cari tahu. Aku berangkat begitu Ibel sampai."

Aku mengerutkan kening. "Kamu menyuruh Ibel ke sini?"

Tanpa merasa bersalah, Pak Rudy menyesap kopinya. "Biar ada yang jagain kamu."

Aku mengerang frustrasi. "Aku bisa jaga diri."

Protesku tidak didengar. Pak Rudy menatapku dari balik cangkir kopi yang diteguknya. "Terakhir kali kamu sendirian, aku hampir kehilanganmu."

Aku sudah membuka mulut, tapi mendadak bungkam saat Pak Rudy mengangkat tangannya. "I won't leave you alone."

Aku mendengkus. Sebuah ironi. Dia tidak ingin meninggalkanku tapi yang kurasakan justru dia perlahan menjauh, dan siap meninggalkanku sendiri.

Kedatangan Ibel memecah keheningan yang tidak nyaman. Ibel langsung memelukku begitu memasuki rumah.

"Gue enggak lama, tolong jaga Lily selama gue pergi."

Aku dan Ibel saling berpandangan lalu sama-sama memutar bola mata. Pak Rudy bergeming di tempat, menatapku dan Ibel berganti-gantian dengan ekspresi keras di wajahnya. Baru ketika Ibel meneriakkan persetujuan, Pak Rudy akhirnya beranjak.

"Gue lupa kalau laki lo posesif banget." Ibel menggerutu. Namun, sedetik setelahnya, wajahnya kembali girang. "Gue baru tahu soal rumah ini. Gila, kayak staycation. Yuk, berenang. Eh, lo udah boleh berenang kan?"

Aku mengangguk. Sesi fisioterapi sudah berakhir. Lagi pula, aku merasakan fisikku sudah kembali kuat meski masih ada perawatan yang harus kujalani.

Setelah mengganti pakaian dengan bikini, aku menyusul Ibel yang lebih dulu berenang. Aku tidak berminat berenang sehingga hanya duduk di pinggir kolam, menunggu Ibel.

"Gimana keadaan lo?" tanya Ibel. Dia masih berada di dalam kolam, berdiri di sampingku dan menumpukan kedua lengan di pinggir kolam.

"Good." Aku mengangguk.

"I can see that." Ibel mengangkat tubuhnya dan duduk di sampingku. "You scared me to death."

"Sorry," balasku.

Ibel menghela napas panjang. "Rudy menelepon gue dengan panik. Dia enggak menemukan lo di apartemen. Gue bareng dia waktu kita ke parkiran dan gue ketemu handphone lo. Dia kayak orang kesetanan sewaktu melihat rekaman CCTV."

Ini salah satu pertanyaan yang menggantung di ujung lidahku, tapi belum mendapat kesempatan untuk mencari tahu kebenarannya.

Aku menatap Ibel tanpa suara, menunggu Ibel melanjutkan ceritanya.

"Gue takut melihat dia menghajar Putratama. Hey, do you know that he shag your Mom?"

Mataku terbeliak. "Who?"

"Putratama."

Aku mengernyitkan hidung, begitu juga dengan Ibel.

"We caught them. Waktu sampai di kantornya, dia lagi ngewe sama nyokap lo. Laki lo enggak peduli, tetap aja dia gebukin Putratama. By the way, Putra ganteng juga ya."

Aku menyenggol rusuk Ibel yang terkekeh. Ibel memang bisa melenceng ke mana-mana kalau tidak ada yang mengeremnya.

"Anyway, kalau bukan karena nyokap lo, kita enggak tahu soal kontrakannya Om Danu." Ibel melanjutkan.

Istri Simpanan BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang