12. Dig My Own Grave

69.6K 1.9K 9
                                    

What’s really is going on right now?

Di satu momen, aku berada di bawah kuasa Pak Rudy. Nafsu membuatku gelap mata, sehingga melemparkan diri ke tengah situasi ini. Aku yang menghampirinya. Aku yang menciumnya. Aku juga yang memintanya untuk menyentuhku.

Aku yang menyerahkan diri, dengan sepenuh hati, tanpa paksaan, ke tangan Pak Rudy.

Detik setelahnya, aku ingin menggali kuburanku sendiri dan membenamkan diri di sana agar tidak perlu menghadap Pak Rudy lagi. Rasa malu menguasaiku, membuatku bahkan tidak berani mengangkat wajah ketika Pak Rudy muncul kembali di kamar hotel. Dia pergi tidak lama, mungkin hanya setengah jam, dan setengah jam itu tidak cukup untuk membuatku berhenti mengutuk diri sendiri.

Dan, kenapa aku masih ada di kamarnya?

Right, karena aku yang tidak bisa berpikir jernih membuatku lupa membawa kunci kamar. Akibatnya, aku tidak bisa ke mana-mana, selain menunggu Pak Rudy kembali tanpa sedikit pun keberanian untuk menghadapinya.

Aku menyambar kantong plastik yang disodorkannya. Tanpa mengecek isinya, aku berlari ke kamar mandi, sembari menggumamkan ucapan terima kasih singkat. Begitu aku berada sendiri di dalam kamar mandi, aku terang-terangan mengutuk diriku sendiri.

Mengapa aku sampai sebodoh ini?

Pengalamanku dengan lawan jenis tidak banyak. Ketika aku menatap bayanganku di cermin, aku dihadapkan pada kenyataan bahwa aku selalu bertingkah tolol di hadapan laki-laki yang aku suka. Pacar pertamaku, hanya bertahan dua bulan, karena menurutnya aku begitu clingy. Pacar keduaku bertahan hingga enam bulan sampai dia memutuskanku karena tidak kuat lagi membohongi dirinya. Dia lebih menyukai laki-laki, dan menjadikanku kamuflase karena belum siap untuk coming out.

Aku menghabiskan waktu sampai lulus kuliah tanpa terlibat hubungan dengan siapa pun. Sampai Pak Rudy datang, dan tanpa kusadari, kehadirannya menggelitik sisi wanita di dalam diriku yang sudah lama tertidur.

Apa aku menyukai Pak Rudy? Masih terlalu dini untuk mengambil keputusan. Namun yang pasti, aku tertarik kepadanya. Setidaknya, tubuhku tertarik kepadanya. Secara fisik. Terbukti dari tingkah bodoh yang terus kulakukan setiap kali berada di dekatnya.

Mungkin aku tidak akan mempermalukan diri kalau saja Pak Rudy tidak memberikan tanggapan yang membuatku tidak bisa berpikir jernih. Dia seolah sengaja memancingku. Berada sangat dekat denganku. Memberikan sentuhan yang sebenarnya tidak perlu, tapi nyatanya malah membuatku lapar ingin merasakannya lagi dan lagi.

Seharusnya Pak Rudy menolakku, bukannya membalas ciumanku. Namun, dia tidak menyuruhku pergi. Malah sebaliknya, dia mendominasiku. Aku yang memulai, tapi Pak Rudy yang menguasaiku.

Bukan hanya aku saja yang menginginkannya. Ketika dia menindihku, aku bisa merasakan kejantanannya yang mengeras menusuk perutku. Aku hanya bisa mengira-ngira di dalam benakku sendiri, betapa besarnya penis itu. Bayangan yang lantas membuatku semakin tidak sabar untuk segera menikmatinya.

Aku satu langkah lebih dekat menuju seks luar biasa dengan Pak Rudy, lalu kenyataan menamparku dengan begitu keras.

My red zone.

Aku menangkupkan wajah ke telapak tangan untuk menahan teriak. Seharusnya aku menyadari perubahan hormonku. Apa yang membuatku gelisah sepanjang malam bukanlah bayangan bercinta dengan Pak Rudy, melainkan pergolakan hormon dari dalam tubuhku sendiri yang membuatku gila. Pak Rudy hanya collateral damage. Kebetulan saja dia ada di dekatku.

Mungkin kalau orang lain yang ada di dekatku, aku akan bersikap sama.

Aku meringis. Pemikiran bodoh. Aku tidak akan menuju kamar Joshua dan menciumnya seperti aku mencium Pak Rudy. Aku tidak akan meminta Mr. Lawrence menyentuhku hanya karena aku tidak bisa menguasai nafsuku sendiri.

Istri Simpanan BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang