28. Crazy People

38.3K 1.9K 34
                                    

Aku enggak suka Pak Sukamto. Dia memberikan vibe yang sama dengan Om Candra. Dia bersikap kelewat ramah kepadaku saat Pak Rudy memperkenalkanku, membuatku jadi takut kalau harus ditinggal berdua saja dengannya. Dia sesumbar paling mengenal Papa, tapi aku tidak merasakan adanya ketulusan di balik ucapannya.

Namun, yang membuatku risih adalah matanya yang terus-terusan melirikku. Mata keranjang seperti dia membuatku selalu menyalahkan diri sendiri. Mengapa aku harus dianugrahi tubuh seperti ini, seolah-olah aku menyajikan tubuhku untuk dinikmati oleh pria mana pun. Aku tidak meminta dilahirkan seperti ini. Tubuh yang bagi sebagian orang adalah anugrah, bisa berubah jadi bencana setiap kali aku berhadapan dengan laki-laki kurang ajar.

Dia bahkan tidak peduli sekalipun Pak Rudy memperkenalkanku sebagai istrinya. Dengan enteng dia melemparkan candaan seksis yang membuatku semakin membencinya. Beruntung Pak Rudy tidak terpancing. Dia terang-terangan menantang Sukamto, membuat suasana menjadi makin canggung.

"Saya bisa membuat Mahakarya jadi berjaya lagi. Anda bukan orang baru di dunia bisnis, tentunya sudah bisa menilai mana yang lebih baik. Saya atau Putratama," tegas Pak Rudy.

"Kalau saya memilih untuk berpihak pada kalian, keuntungan apa yang akan saya dapatkan?" Dia melirikku dengan senyum menjijikkan.

Pak Rudy mencondongkan tubuhnya hingga aku setengah tersembunyi di belakangnya. "Mahakarya akan tetap berdiri."

Sukamto tertawa meledek. "Seberapa yakin Anda bisa menyelamatkan perusahaan itu? Posisinya sudah di ujung tanduk. Kasus hukum ini akan terus berjalan."

Meski aku membencinya, aku tidak bisa mengelak dari kebenaran yang diucapkannya. Kondisi perusahaanku semakin memprihatinkan. Apalagi saat ini Om Danu tidak lagi mengurusnya. Dia sibuk mencari cara untuk menyelamatkan diri sendiri.

"Anda lihat sendiri apa yang saya lakukan terhadap Abdi Construction."

Jawaban Pak Rudy terdengar tegas, membuat Sukamto mau tak mau ikut memikirkan perkataannya. Pak Rudy benar. Sebelum dia bergabung, Abdi berada di titik terendah. Tinggal menunggu waktu sampai perusahaan itu gulung tikar. Bukan hal mudah untuk menyelamatkan perusahaan yang hampir bangkrut, tapi Pak Rudy berhasil melakukannya.

Posisinya memang berbeda. Abdi hanya menghadapi kesalahan manajemen yang membuat perusahaan itu tumbang. Tidak ada kasus hukum yang mengorbankan nyawa dua orang di sana.

Meski begitu, aku yakin tangan dingin Pak Rudy akan menyelamatkan perusahaan itu.

"Yang pasti, saya akan memberikan kompensasi yang fair. Tidak seperti Putratama."

Mendengar nama Putratama membuat Sukamto terlihat goyah. Aku tidak pernah bertemu Putratama, tapi Pak Rudy dan Om Cokro cukup memberikan gambaran seperti apa dia. Aku tidak tahu masalah apa yang dihadapi Sukamto, apa pun itu, permasalahan di antara mereka bisa menjadi celah yang dimanfaatkan Pak Rudy.

Sukamto berpamitan dengan janji akan mempertimbangkan penawaran Pak Rudy.

"Kalau saya berhasil mendapatkan perusahaanmu, hal pertama yang saya lakukan adalah membersihkan tikus pengganggu. Salah satunya Sukamto." Pak Rudy berkata tegas dan dingin. "Saya benci caranya memperlakukanmu."

Aku tergelak. "Sukamto menjadi gambaran umum bagaimana laki-laki melihat saya."

Pak Rudy menatapku tajam. "Ada nama spesifik yang harus saya ketahui? Yang pernah melecehkanmu?"

"Om Candra?" Mendengar nama itu, Pak Rudy langsung menegang. "Aku benci caranya menatapku. Dia pernah terang-terangan menyentuhku, tapi Mama malah memarahiku. Menurut Mama, aku yang menggoda Om Candra."

"Apa lagi yang dilakukannya?"

Mengingat Om Candra selalu memunculkan rasa pedih di hatiku. "Dia berkali-kali mengancam akan memperkosaku kalau aku enggak mau menandatangani surat kuasa pengalihan warisan Papa."

Istri Simpanan BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang