37. Permainan Cinta

35.1K 1.5K 7
                                    

"Masuk..."

Aku melirik Pak Rudy sekilas sebelum memasuki apartemen Ibel. Aroma masakan langsung memenuhi penciumanku, membuatku mendadak merasa lapar.

Jujur, aku masih ragu dengan ide Ibel. Bagaimana mungkin dia bisa mencari tahu perasaan Pak Rudy yang sebenarnya hanya lewat gestur? Ibel bersikeras. Dia bahkan membujukku dengan masakan Tristan. Ibel tahu kelemahanku. Aku tidak mungkin menolak masakan Tristan. Semua orang yang punya nafsu makan tidak akan menolak masakan chef terkenal seperti Tristan. Jadi aku pun mengikuti permainan Ibel. Meski dia mengada-ada, setidaknya perutku kenyang.

"Babe, he's into you," bisik Ibel.

Aku mengernyitkan hidung. "Jangan mulai, deh."

Ibel mendecakkan lidah. Kalau saja tidak ada Pak Rudy dan Tristan, dia pasti sudah mencekikku karena gemas.

"Dia bisa nolak ajakan lo, Boobsie. Kalau emang cuma pura-pura, ngapain dia iyain ajakan lo makan malam di sini?" Ibel menaikkan alisnya, menantangku.

"Karena dia baik."

"Pret," timpal Ibel. "Tunggu analisa lengkap gue begitu makan malam ini selesai."

Sejujurnya, pertanyaan Ibel juga menggayuti pikiranku. Pak Rudy bisa menolak. Toh dia tidak punya kewajiban untuk menerima ajakan ini. Makan malam ini hanya di apartemen Ibel. Tidak ada mata lain yang menyaksikan. Dia tidak perlu menjalani peran berpura-pura sebagai suamiku. Tidak ada Mama, Om Chandra, Om Danu, Putratama, siapa pun.

Namun, dia ada di sini. Bersamaku.

"Boobsie, kangen deh sama lo." Ibel sengaja mengeraskan suaranya. "Lo tinggal di tower yang sama dengan gue, tapi susah banget ketemu lo."

Benar juga. Ketika aku masih di kos, aku bisa bertemu Ibel sekali seminggu.

"Kangen susu lo buat bantal gue."

Ibel hendak menyentuhku, tapi Pak Rudy mendahului. Dia merangkul tubuhku, menarikku hingga berada dalam kuasanya. Seolah dia ingin menegaskan pada Ibel bahwa aku miliknya. Baik Ibel atau siapa pun tidak boleh menyentuhku sedikit pun.

Darahku berdesir saat merasakan sikap posesif Pak Rudy.

Ibel menatapku dengan senyum tertahan. "Told you," bisiknya tanpa suara.

Belum sampai lima menit aku di sini, Ibel sudah menancapkan pengaruhnya. Ini berbahaya. Jangan sampai aku keluar dari apartemen Ibel dengan harapan palsu bahwa Pak Rudy mencintaiku.

It's impossible.

Aku tidak punya kelebihan apa-apa yang bisa membuatnya jatuh cinta kepadaku. Terlebih jarak usia yang begitu jauh. Pak Rudy memang mengaku bahwa dia menikmati seks denganku, tapi aku bukan satu-satunya perempuan yang bisa memberikannya kenikmatan.

Tidak ada satu pun hal yang membuatku spesial di hidupnya.

Beruntung Tristan segera memanggil dari arah meja makan. Aku membawa Pak Rudy ke sana, perutku semakin keroncongan karena aroma masakan Tristan.

Tristan bisa memasak apa saja, tapi spesialisasinya adalah chinese food. Masakannya punya rasa otentik. Menurut Tristan, itu karena dia sering menemani neneknya di dapur waktu kecil. Neneknya menurunkan resep rahasia keluarga yang sudah ada sejak turun temurun, bahkan saat leluhurnya masih berada di China. Entah itu benar atau Tristan hanya sesumbar, yang pasti restoran keluarga Tristan melegenda dan sekarang dia membuka restoran baru.

Aku menitikkan liur saat melihat gurame goreng sayur asin yang jadi favoritku. Sontak, aku memeluk Tristan.

“Lo tahu aja gue udah lama enggak makan ini,” seruku.

Istri Simpanan BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang