54. The Real Marriage Life (part 2)

40.2K 1.7K 18
                                    

Aku menghabiskan tiga bulan pertama dalam karier profesionalku dengan bekerja di Abdi Construction. Sedikit pun aku tidak menyangka akan bertemu dengan cintaku di sini. Ketika kembali ke kantor ini, rasanya seperti tidak pernah pergi.

Menjalani dua kehidupan tidaklah mudah. Di rumah, aku istri Pak Rudy. Di kantor, dia atasanku yang kuhormati. Aku harus mati-matian menahan diri, karena suamiku itu terlihat begitu seksi dan menggairahkan saat dalam mode serius. Aku jadi bertanya-tanya, sepertinya inilah yang membuatku jatuh cinta kepadanya.

Keadaan kali ini berbeda. Aku tidak berada di lantai yang sama dengannya. Tidak mungkin juga sering curi-curi alasan untuk mengunjunginya. Aku harus profesional di sini. Bukan hanya untukku, tapi juga untuk Pak Rudy, dan semua orang di kantor ini yang meragukanku.

Begitu jam kerja selesai, aku bisa memilikinya seutuhnya.

Hanya satu yang membuatku protes, kesibukannya yang tak pernah habis. Meski sekarang Pak Rudy mulai mengurangi kesibukannya, tapi tetap saja menyita waktunya.

Aku menuduhnya clingy, padahal aku juga sama. Aku tidak tahan harus berpisah lama dengannya, meski hanya berpisah lantai. Begitu jam kerja selesai, aku langsung memelesat ke ruangannya.

Seringkali aku dilanda kecewa, karena Pak Rudy masih sibuk ketika aku siap mengajaknya pulang. Pak Rudy sering merasa bersalah dan dia membayarnya dengan percintaan liar begitu kami pulang.

Sore ini, aku sedang diberkahi dewi keberuntungan. Pak Rudy tengah bersiap-siap ketika aku muncul di ruangannya.

“Aku baru aja mau menemuimu di bawah.” Pak Rudy menatap jam tangannya. “Pukul lima tepat. Kamu enggak mau buang-buang waktu, ya?”

Aku hanya menyeringai. “Nope. I miss you.”

“Kalau kamu memang kangen…” Pak Rudy menatap sekeliling sebelum menarikku masuk ke dalam toilet VIP yang ada di lantai tempat ruangannya berada. “Aku bisa memuaskanmu di sini.”

Aku tersenyum lebar saat menatapnya.

“Di sini semuanya bermula.”

Butuh waktu untuk mencerna maksud ucapannya. Pak Rudy mendecakkan lidah tidak sabar dan memutus jarak denganku. Dia membuka kancing kemejaku dan menyibaknya, begitu juga dengan bra yang kupakai, hingga payudaraku terpapar di hadapannya. Sebaris senyum usil menghiasi wajahnya ketika dia menyalakan kamera handphone. Dia mengarahkan kamera itu ke payudaraku.

“Selfie yang salah sasaran.”

Aku sontak tertawa saat mengingatnya. “Kalau malam itu aku enggak salah kirim, mungkin kita enggak di sini sekarang.”

Pak Rudy menghapus jarak denganku. “Kita pasti akan berakhir seperti ini, karena aku akan mencari cara lain untuk mendekatimu.”

Aku menatapnya dengan mata terpicing. “Kamu sudah lama menyukaiku.”

Pak Rudy tidak menjawab. Namun, air mukanya mengonfirmasi tebakanku.

“Kamu lebih dulu menyukaiku,” tukasku lagi.

“Mungkin. Yang pasti, kamu sudah lama membuatku gila.”

“Saking gilanya, kamu sering masturbasi sambil membayangkanku.”

Pak Rudy terkekeh. “Sekarang enggak perlu lagi, karena kamu ada di sini.”

Aku terkesiap saat Pak Rudy menunduk dan menciumi payudaraku. Lidahnya menjilati putingku yang bengkak dan mendamba kehadirannya.

“Eyes on the mirror,” ujarnya tegas.

Aku menatap cermin dan mendapati Pak Rudy melumat payudaraku dengan lahap. Satu tangannya menyusup ke balik rok yang kupakai dan menyapa liang senggamaku dengan jari-jarinya.

Istri Simpanan BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang