03-Cerita Remaja

1.8K 162 4
                                    

Gemini memandangi punggung sang papi yang asyik memotong dedaunan yang menurutnya merusak keindahan. Di hari pertama libur sekolah ini, alpha muda itu tak tahu harus melakukan apa. Berakhir sekarang di teras rumah bersama kucing tetangga yang tiba-tiba masuk ke perkarangan rumahnya.

Namanya Momon, kucing milik Fourth itu sudah akrab dengan keluarga Gemini. Jika Momon tidak ada di rumah Fourth, maka sudah bisa di pastikan kamar Gemini tujuan akhir Momon menjelajah.

Buntalan bulu abu-abu yang tebal itu menggeliat nyaman di pangkuan Gemini yang sejak keluar kamar pagi ini tersenyum tanpa sebab. Phuwin juga sempat memeriksa kening adiknya, tetapi suhunya benar-benar normal.

Krist yang sejak tadi sudah menyadari keberadaan putra bungsunya itu memandang aneh putranya karena belum berhenti tersenyum, "Gem? Kamu nggak kemasukan setan sekolah, kan?"

Putranya terkesiap karena Krist sedikit menyiramkan air selang padanya, "Ih! Papi! Aku gapapa, kok!"

"Terus kenapa senyum-senyum begitu?!" Ketus sang papi panik.

Gemini mengendikkan bahunya asal, "Gatau, mood aku lagi bagus aja,"

Kucing gembul itu ia pindahkan dari pangkuannya, "Mon, sana pulang ya! Fotfot nyariin, tuh!" Seolah mengerti, Momon segera beranjak kembai ke rumah tuannya sendiri melewati pagar pembatas setinggi perut orang dewasa. Kemudian Gemini menghampiri papinya yang sekarang beralih menyiram tanamannya dengan selang tadi.

Bunga matahari yang sudah tumbuh sejak Gemini masuk menengah pertama itu dipandangnya lamat-lamat, mengundang kekhawatiran omega yang melahirkannya, "Dek? Kamu beneran gapapa, kan? Papi takut liatnya kamu senyam-senyum aja gak jelas,"

Selang dengan air mengalir itu diambil alih oleh sang anak, Krist memandang takut bungsunya yang menyirami tanamannya, "Pi, bunganya cantik, ya?"

Krist mengangguk kecil, "Iya, lah! Kamu sama papi yang rawat, kenangan dari nenekmu itu," jawab Krist mulai mengabaikan sikap aneh putranya, "Kamu kenapa sih? Kaya remaja kasmaran aja,"

"Kan ema-"

"Pagi papi!"

Sepasang anak ayah itu mendongak, Fourth menyapa Krist dengan senyum lima jari khasnya. Dibalas senyum ramah khas papi tiga anak tersebut, "Pagi juga anak perawan papi! Cakep banget pagi-pagi, mau kemana tuh?" Tanya Krist usil.

Fourth mendekat pada Krist dan Gemini, menumpukan sikunya pada pembatas tembok, "Mau sarapan di depan, sekalian main aja sih,"

"Lho? Papamu nggak masak?"

"Boro-boro masak, dari kemarin nggak keluar kamar sama ayah, Fot cuma dibekelin duit buat makan sama jajan aja, nih!" Keluh Fourth mengadu pada Krist, omega lain yang sudah ia anggap seperti orang tuanya sendiri, karena ingatannya sejak kecil, ia sudah suka bermain dengan kak Gemini nya itu, bahkan Krist dipanggilnya papi, sama dengan Gemini dan kakak-kakaknya.

Krist mengerutkan keningnya, "Lagi heat?"

Fourth menggeleng, "Ayah rut,"

Omega yang paling tua mengiba, anak tunggal sahabatnya itu sering kesepian ketika orang tuanya sedang berada di masa heat dan rut. Terkadang Gemini yang menemani Fourth di rumahnya. Entah bermain atau mengerjakan tugas, atau sekedar menumpang tidur di sofa ruang tengah sampai pagi, berjaga jika terjadi sesuatu pada Fourth.

"Kenapa nggak makan di sini aja? Kan sama aja,"

"Ya udah, kalo gak mau makan di sini, gue temenin deh ke depan!" Celetuk Gemini, "Tunggu gue keluarin motor dulu!"

Krist memandang punggung putranya yang melesat masuk ke dalam rumah, menggelengkan kepalanya maklum dengan bungsu 'Tengil'-nya itu, "Kamu kuat sahabatan sama Gemi?" Tanya Krist pada Fourth.

Yang lebih muda mengangguk polos, "Kenapa engga? Kak Gemi udah kaya kakak aku, kalo aku nggak nyaman sama kak Gemi, mana mungkin aku mau ditempelin mulu tiap hari sama dia,"

Krist mengiba dalam hati, sejak menengah pertama, Gemini sudah mengatakan jika ia menyukai Fourth. Hampir lima tahun terakhir, isi curahan hati Gemini pada sang papi adalah tentang Fourth yang masih melihatnya sebagai kakak, tunggal Vihokratana itu salah menarik kesimpulan tentang Gemini.

"Enggak capek, tah? Nanti kalo misalkan kamu dilamar alpha lain, atau Gemini ngelamar omega lain, gimana?"

Selesai sudah, mulut penasaran Krist sudah tidak bisa di kontrol lagi, omega kecil itu tersenyum polos, "Ya... gapapa? Yang suka sama kak Gem kan banyak, aku juga lagi-"

"Pi, aku ke depan sama Fou, ya!" Motor matic kesayangan Gemini itu keluar dari garasi dengan apik bersama tuannya, "Fourth, ayo!"

"Papi, kita jalan dulu, ya!"

***

Kawasan perumahan Cemara Permai, tempat Gemini menghabiskan masa anak-anak hingga remajanya dengan sosok pendek yang sedang diboncengnya. Perumahan yang juga memiliki pertokoan serta taman untuk rekreasi itu menciptakan banyak kenangan bagi alpha bungsu Ruangroj tersebut.

Tujuan Gemini pagi ini adalah Pujasera yang selalu ramai di minggu pagi. Keramaian itu tak membuat Fourth protes karena perut yang meronta minta diisi. Sejak Gemini memarkirkan motornya, arah mata Fourth sudah tertuju pada kios penjual nasi ayam asam manis kesukaannya. Segera Fourth menyeret tangan Gemini untuk mencari meja lalu menyuruh alpha yang lebih tua untuk menjaga mejanya,  membiarkan Fourth memesan, membelikan juga satu porsi panekuk dengan susu murni dingin sebagai bayaran sudah mengantar Fourth mencari sarapan.

"Ga enak nungguin gue makan, nih biar lo ada kerjaan," Satu nampan berisikan pesanan Fourth pagi ini tersaji di depan Gemini yang asyik memainkan ponselnya.

Alpha itu tersenyum, "Gue ditraktir, nih? Thanks, ya!" Gemini mengambil satu porsi panekuk yang hangat. Tidak aneh lagi untuk mereka berdua makan bersama dengan salah satu yang membayar. Terkadang Gemini, terkadang Fourth, bersahabat sejak taman kanak-kanak meskipun berbeda kelas hingga beranjak remaja sudah membuat kedua muda itu tidak ribut lagi soal siapa yang membayar, meskipun Gemini alpha. Toh uang yang dipakai uang orang tua mereka.

Citarasa rempah dalam bumbu ayam yang masuk kedalam mulut Fourth membuat omega itu tersenyum mengunyah makanannya dengan hikmad. Gemini terkekeh melihat tetangganya yang terpejam dan tersenyum bungah hanya karena nasi ayam pagi ini.

Fourth selalu bersyukur untuk setiap hal kecil, meskipun orang tuanya merupakan orang berada, namun omega manis itu tetap rendah hati dan tidak sombong. Alpha mana yang tak akan terpana dengan kepribadian Fourth yang manis ini? Gemini sudah jatuh dalam untuk omega di depannya itu.

"Fou, gue semalem mimpi," Celetuk Gemini setelah menelan kunyahannya yang ke sekian, menatap lurus omega di depannya yang pasang telinga sambil melahap sarapannya.

Gemini tersenyum, "Gue nembak orang pake bunga matahari, tapi gue ga tau muka orang yang gue tembak kaya apa, mungkin gak kalo dia calon teman hidup gue selamanya?"

Yang lebih muda tertawa, "Gaya lo kak teman hidup, Try Out noh kerjain!" Ledek Fourth remeh, "Lagian nih orang, sekolah aja belum lulus, udah mikir nikah aja lo,"

Alpha itu mendengus, "Ck! Lo mah!" Bibirnya mengerucut lucu, namun sedetik kemudian ia tersenyum cerah, "Fourth, temenin gue pul-kam, yuk! Naik kereta, bosen nih libur ga kemana-mana," Gemini membuat wajah lucu, "Ayooo, lo juga ga ada kegiatan apa-apa, kan? Di kampung nenek gue seru, tau!"

Fourth mengendikkan bahunya, "Kalo ayah ngijinin, ya!"

















Bersambung

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang