Malam seperti biasanya di kediaman Ruangroj, Phuwin si anak tengah itu duduk di samping sang papi sedang asyik menyantap makan malamnya dengan syahdu, sampai sebuah pertanyaan dari Daddy menginterupsinya.
"Besok siang Daddy ada janjian sama mahasiswa di rumah buat bimbingan, abang sama papi gapapa?" Izin Singto, "Daddy lagi males keluar soalnya,"
Jarang sekali sang kepala keluarga itu meminta mahasiswanya datang ke rumahnya, karena jarak dari uni yang lumayan jauh, Singto tidak ingin merepotkan omeganya yang selalu bersemangat ketika ada tamu yang hendak berkunjung, apalagi mahasiswa alphanya.
"Boleh! Besok papi buatin makanan, ya!" Seru Krist sesuai ekspetasi Singto, lalu omega yang paling tua itu menepuk bahu Phuwin, "Besok bangun pagi-pagi, ikut papi belanja di pasar pagi!" Perintah Krist tidak bisa di tolak begitu saja oleh siapapun di rumah itu.
Maka Phuwin hanya bisa menghela nafas, "Iya papi, ajak Fourth juga sekalian ya? Papi kalo begini biasanya satu pasar dibeli,"
Krist tersenyum riang mendengar penuturan putranya, "Siap! Laksanakan!" Responnya.
Saat-saat seperti ini bukanlah saat yang menyenangkan bagi Phuwin. Ia tahu bagaimana populernya sang Daddy di kalangan mahasiswa di fakultasnya. Karena program studi yang ia ambil masih berada di fakultas yang sama dengan program studi yang daddy-nya tekuni, ruang lingkup mereka sangat dekat, bahkan semua teman yang berada di era Phuwin berkuliah, mengetahui hubungan Singto dengan Phuwin.
Meskipun hal ini telah menjadi fakta dan obrolan di setiap mahasiswa baru, rumor mengenai Pond yang mendekatinya itu tidak menjadikan para penghalang bagi para pemuja pak Pond merundung Phuwin. Apalagi saat Singto tidak mengetahui perundungan terhadap putranya sendiri, Phuwin semakin menjadi santapan nikmat para perundung.
Namun lupakan, Phuwin sudah lulus dan tidak ada yang akan mengganggunya lagi.
Tapi yang masih menjadi masalah adalah Singto dengan para mahasiswa bimbingannya itu, yang membuat Phuwin sering naik pitam.
***
Hal yang paling menyebalkan adalah ketika Phuwin harus pergi ke pasar pagi. Ia harus bangun lebih pagi dan berdesakan dengan para omega dan ibu-ibu beta demi mendapatkan satu ikat sayur hijau nan segar dengan harga miring dan kualitas baik. Atau mungkin ia belum terbiasa dengan kehidupan seorang omega yang hendak memasuki usia matang. Untuk hal ini mungkin ia serahkan pada calon adik iparnya saja, tubuh kecilnya lebih memadai untuk menyelinap diantara banyak orang. Biarlah Phuwin menunggu di belakang kerumunan.
"Nah, buncis sama wortelnya dapet!" Seru Fourth tiba-tiba yang telah berhasil keluar dari kerumunan riuh.
Phuwin tersenyum mengusak surai yang lebih muda, "Great! Abis ini apa?" Tanyanya.
Lalu Fourth memeriksa tas belanja yang Krist bawakan sebagai pengganti plastik yang merusak lingkungan, wajahnya nampak serius saat memeriksa sayur mayur tersebut. Namun di mata Phuwin, pemuda ini sungguh menggemaskan.
"Pantes Gemini demen ngajarin lo belajar, ekspresi lo yang bikin dia jatuh cinta, ya?" Gumam Phuwin yang tak terdengar Fourth.
"Papi nyuruh kita beli bahan buat bikin Dim Sum sama Sushi, yang kurang tinggal daging-dagingan aja sih," Papar Fourth, lalu menunjuk satu jalan dengan mudah seakan ia telah bersahabat dengan rute di dalam pasar semi modern ini, "Ayo ke sana, bang!" Ajak omega yang lebih muda.
Phuwin hanya tersenyum dan menuruti langkah Fourth.
Beberapa blok terlewati, seketika bau amis menyapa penciuman kedua omega tersebut. Bau amis ini terasa sangat kompleks bagi Phuwin yang indra penciumannya sangat sensitif. Amis ikan, feromon, dan keringat manusia entah milik siapa itu bercampur aduk membuat Phuwin seketika mual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Cemara
RandomOmegaverse! Kerusuhan tiada akhir dari tiga bersaudara Dunk-Phuwin-Gemini yang hampir bikin papi Krist naik pitam, tapi selalu ada Daddy Singto yang jadi pereda emosi papi. Gimana gak emosi? Phuwin sama Gemini akurnya cuma pas Alphanya kak Dunk date...