21-Katanya sepupu

1.2K 127 6
                                    

Hari ini Dunk kembali menyempatkan dirinya pergi ke rumah orang tua Joong dengan membawa kabar baik. Ia rela bangun pagi-pagi untuk memasak makanan kesukaan keluarga alphanya meskipun rasanya masih belum seenak mama Joong si pemilik resep.

Tapi usaha Dunk patut diperhitungkan karena sudah membuat Krist pening, dapurnya diacak-acak oleh sulungnya jam empat pagi.

"Kak, nggak biasanya kamu masak se-effort gini? Kamu kenapa, sih?" Protes Krist seraya mengobati jemari Dunk yang tidak sengaja tergores pisau karena teledor.

Dunk menjawabnya dengan cengiran kuda, "Pengen pi, buat bawain mama Som, sekalian ngasih tau kalo Gemini udah izinin kakaknya nikah,"

Krist membereskan kotak medisnya, "Kan bisa minta bantuan papi, kamu masak kaya mau ngasih makan orang banyak, sehat kamu?" Omega dengan kulit seputih susu seperti Krist itu tersenyum canggung, bingung menanggapi.

***

Tanpa mengabari sang pemilik rumah yang sudah pasti tidak akan pergi kemana-mana itu, Dunk melakukan kesalahan besar untuk kewarasan hatinya. Dunk mendapati sebuah motor asing yang terparkir rapi di dalam perkarangan rumah mama Joong. Da juga sepasang alas kaki wanita diletakan rapi di luar teras.

"Kak, kenapa bengong?" Gemini menyenggol lengan sang kakak. Alpha tersebut di seret Dunk tadi pagi supaya ikut serta pergi ke rumah Joong untuk meminta maaf pada orang tua Joong.

Dunk menggelengkan kepalanya, "Nggak! Yaudah ah yuk!"

Omega sulung itu lalu mengetuk pintu rumah minimalis itu beberapa kali. Dari dalam sempat teedengar suara tawa renyah yang kemudian nampak terinterupsi oleh kehadiran Dunk. Raut terkejut dan panik mama Joong tidak bisa di samarkan lagi, seperti tertangkap basah tengah mencuri.

Namun diantara kecanggungan siang ini, Dunk mencoba tersenyum ramah seperti biasanya, "Ma... hehe, maaf ya Dunk nggak ngabarin dulu mau main,"

Mama Joong akhirnya menyambut Dunk dan juga Gemini yang juga ikut, "Eh? Phuwin, ya?"

"Gemini, tante," Alpha tersebut sedikit jengkel pada orang yang mengira dirinya Phuwin. Bukan benci, hanya kesal, Phuwin juga terkadang begitu jika ada yang salah mengiranya sebagai Gemini.

Dunk tertawa pelan karena kecanggungan ini telah mencair, "Ma, Dunk ajak Gemini ke sini soalnya dia mau ngomong serius sama mama,"

Akhirnya, mama Joong duduk berdua dengan Gemini di ruang tamu, sedangkan Dunk kembali duduk canggung di dapur rumah Joong bersama seorang gadis yang duduk di seberang kursinya.

"Dunk, ya? Salam kenal, aku Neen, sepupunya Joong sama Sea,"

Oh, sepupu.

Mengetahui status gadis tersebut dengan alphanya, kini Dunk terlihat lebih ramah karena tidak merasa terancam. Lagipula, mama Joong sudah mengatakan jika tidak akan melepas Dunk bagaimanapun caranya. Dunk terbakar emosi sesaat.

Dunk menyambut ramah uluran tangan cantik di depannya, "Aku Dunk, mbak,"

Paras cantik, kulit putih langsat yang cantik, feromon yang wangi, postur tubuh tinggi ramping, senyum ramah yang tegas, kecantikan dari dalam yang menguar kuat, omega mana yang tidak iri? Dunk menjadi ciut, selama berbincang dengan Neen membuat Dunk rendah diri karena omega cantik di depannya mengatakan jika ia baru kembali dari luar negeri setelah menyelesaikan pendidikan pascasarjana.

"Oh, pantesan aku nggak pernah ngeliat mbak, baru pulang dari Amerika, ya?" Komentar Dunk dengan informasi dari Neen.

Omega cantik itu mengangguk seraya merapihkan rambut lembutnya, "Iya Dunk, itu juga karena ada alpha yang ngelamar ke ayah, nah hari ini aku ke rumah tante Som mau ngasih undangan juga. Katanya kan Joong udah tunangan, niatnya aku mau ngundang tunangannya juga," Neen mengulurkan secarik kertas tebal berbungkus karton yang diterima Dunk baik-baik, "Tolong dateng, ya? Aku nikah di deket tempatnya Joong, kok!"

Dunk menerima dan membuka undangan yang mengatasnamakan Joong serta dirinya, membaca lamat-lamat informasi yang tertera di sana, "Loh! Kamu nikah sama sahabat aku? Pepper Phanuroj itu sahabat aku!"

Mata Neen membelalak, ia lalu menunjukan sebuah foto dari ponselnya, "Ini, kan?" Dunk memandang sekilas, lalu mengangguk antusias, "Iya! Dia temen aku di kantor, wah! Kok bisa nggak kabar-kabar, ya?"

Kemudian sorot Neen berubah sendu dengan cepat, ia menunduk, "Mungkin karena ini perjodohan, Dunk. Aku sama Pepper aja belum pernah ngobrol berdua aja sama dia, kontak juga belum nyimpen,"

"Perjodohan?"

"Iya," Neen menyahut lesu, "Aku anak pertama, umurku udah dua lima dan aku punya adek seumuran Joong yang udah siap nikah, tradisi di keluarga kita, adek nggak boleh nikah duluan sebelum kakaknya nikah,"

Dunk mengerti sampai sini, jika melihat Neen sekilas, omega cantik itu tidak nampak tertarik menjalin hubungan asmara seperti Phuwin. Mendengar gelar pendidikan Neen juga membuktikan bahwa wanita cantik di depannya itu memilih dijodohkan karena tidak memikirkan masalah percintaan.

Neen mengingatkannya pada Phuwin. Dalam hati ia berdoa agar Pepper memperlakukan Neen dengan baik kedepannya.

***

"Apa gue bilang, mama Som nggak galak, kan?" Tanya Dunk pada adiknya ketika mereka sudah di perjalanan pulang.

Gemini berdeham kecil, kepalang malu dengan ibu mertua kakaknya, "Iya, maaf deh, lo tau sendiri kan alesannya, kak," Jawab Gemini sekenanya.

Yang lebih tua terkekeh pelan, mengacak surai bungsunya gemas, "Gue tau, udah ah! Drama mulu, dikira sinetron kali,"

Jalanan sore ini cukup padat, apalagi jalur yang Dunk lalui adalah jalur yang menghubungkan semua tempat, semua orang melewati jalanan ini. Hingga akhirnya Gemini jatuh terlelap di bangku penumpang, karena ban mobil mereka tidak bisa melaju lebih dari kecepatan empat puluh kilometer per jam.












Bersambung, pendekan lagi...

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang