20-Si Tangguh

1.2K 147 14
                                    

Phuwin tak bisa terlelap dengan nyenyak sejak semalam, sinar matahari yang menembus kamar juga dengan mudah mengganggu alam bawah sadarnya yang tidak tenang.

Hari minggu pagi, Dunk dan Fourth masih terlelap nyaman setelah membuat pesta kecil-kecilan untuk Phuwin. Omega itu tersenyum tipis mengamati kakaknya yang terlelap di sebelahnya. Dalam hati ia berterima kasih pada Moon Goddess yang masih menyayanginya dengan memberikan keluarga utuh di kehidupannya kali ini.

Phuwin sangat mencintai kakak dan adik tirinya, dan juga papi Krist. Pria tabah yang dengan kebesaran hatinya mau menampung bocah malang yang kehilangan arah. Tangan lembutnya mau menuntun langkah yang sempat terhenti karena tersesat, bahu lelah itu dengan senang hati menjadi tempat bersandar, serta kasih sayang yang tidak sama sekali Phuwin dapatkan dari ibu yang melahirkannya.

"Papi..."

Krist berdeham, ia tidak menoleh karena tengah sibuk mengiris bahan makanan, "Kenapa, Phu? Mau sarapan?"

Suara lembut Krist begitu mengiris hati Phuwin, terenyuh dengan sikap Krist yang tidak pernah berubah sejak pertama kali bertemu empat belas tahun yang lalu. Tidak pernah melampiaskan kemarahannya atas apa yang ibu Phuwin perbuat terhadap keluarga hangat Krist.

Grep!

"Aku sayang papi," Gumam Phuwin memeluk erat papinya dari belakang.

Gerakan tangan Krist memotong sayuran terhenti begitu saja ketika kedua tangan Phuwin melingkar di perutnya. Omega yang lebih tua itu tersenyum simpul menikmati pelukan putra tengah kesayangannya, "Papi juga sayang kamu. Selamat ulang tahun anak papi! Semoga bahagia selalu,"

Pelukan Phuwin mengerat, ia tiba-tiba menangis, menyembunyikan wajahnya di bahu Krist, "Papi... aku sayang papi, sayang... banget!"

Krist mengerti sekarang mengapa putra tengahnya menjadi sedikit rewel pagi-pagi seperti ini. Hari ulang tahunnya menjadi hari yang paling menyakitkan sepanjang hidupnya. Krist tahu, Phuwin belum bisa berdamai dengan dirinya sendiri meski sudah menerima kenyataan bahwa dirinya bukan anak kandung Krist.

Usapan lembut dari Krist selalu menenangkan Phuwin yang sedang sedih, perlakuan yang tidak pernah Phuwin terima dari ibu kandungnya sendiri. Phuwin yang kurang ajar ini sungguh berani menangis kepada Krist yang tersakiti oleh ibunya. Tetapi Krist selalu menjadi tempat aman bagi Phuwin, di saat dulu Dunk dan Singto tidak mau menerima kehadirannya di awal, tapi Krist datang dengan tangan terbuka, membiarkan Phuwin berada dalam rengkuhannya menumpahkan segala keresahan hatinya.

"Anak papi... udahan nangisnya, ya? Mending bantuin papi bikin sarapan," Bujuk Krist lembut, Phuwin akhirnya melepaskan pelukannya dan mulai membantu papinya memasak.

Sementara itu Singto mengamati kedekatan Phuwin dan Krist dari ambang pintu dapur, sepasang ayah dan anak tiri yang tangguh. Lalu Krist, omega yang sungguh luas hatinya. Singto merasa amat bersalah, pada dua sejoli di dalam dapur sana.

"Maaf Phuwin, harusnya kamu nggak punya orang tua kaya saya. Dan maaf juga Krist, harusnya kamu emang nikah sama mas Earth aja dan jadi luna, daripada sama alpha brengsek kaya saya,"

***

Di jam sepuluh pagi, Fourth belum beranjak dari tempatnya duduk di rumah Gemini. Duduk bersama Dunk serta Phuwin meleseh di ruang tengah sambil menonton film, semangkuk lasagna menemani keseruan adegan tembak-menembak yang menegangkan.

Tok tok tok

"Permisi! Paket!"

Ketiga omega di ruang tengah tersebut langsung bertukar pandang, "Ada yang pesen paket?" Tanya Fourth.

Phuwin kemudian beranjak, "Gue aja yang ngeliat,"

Omega itu beranjak, membuka pintu yang tadi di ketuk beberapa kali. Nampak seorang kurir pengiriman, "Rumahnya mas Phuwin, ya?" Tanya pria tersebut seraya memeriksa kartu alamat yang datang bersama paket yang ia bawa.

"Ada dua paket mas, yang ini atas nama Pond Naravit buat mas Phuwin," Ujar si kurir seraya menyerahkan satu buket mawar dan paket kedua, sebuah tas kertas berisi Macaroon kesukaan omega manis tersebut, juga atas nama Pond Naravit.

Phuwin menerima dua paket tersebut dengan canggung karena sang kurir tersebut sempat mendoakan agar langgeng dengan Pond karena sikap alpha yang amat romantis mengirimkan sebuket bunga.

Omega galak tersebut sempat membaca pesan yang tertera di kartu ucapan.

'Selamat ulang tahun, cantik! Nanti malem kita dinner, ya? Saya udah izin sama pak Singto'

Brak!

"KAK DUNK! GEMINI! NGAKU KALIAN SIAPA YANG NGASIH TAU PAK POND?!"

Seruan marah dari si putra tengah itu membuat seluruh penghuni kediaman Kenari no.8 itu berlari menghampiri Phuwin yang memerah padam dengan hadiah yang diterimanya.

Tersangka paling dekat adalah Gemini dan kak Dunk, atau Daddy yang usil karena pak Pond sempat meminta izin padanya, atau bisa jadi papi kesayangannya itu. Entahlah Phuwin tidak bisa mempercayai anggota keluarganya untuk sekarang ini.

Seluruh anggota keluarga akhirnya terduduk berkumpul di ruang tengah dengan televisi yang sudah dimatikan. Dan juga Fourth yang iseng menghitung jumlah mawar dalam buket milik Phuwin sambil menunggu Gemini mengaku. Fourth tahu ini adalah ulah Gemini yang memberitahu pak Pond jika hari ini adalah hari ulang tahun Phuwin, lelaki kesukaannya.

"Empat sembilan, lima puluh, lima satu..." Fourth lalu meraih ponselnya mengutak-atik sesuatu, sedetik kemudian menutup mulutnya dan menunjukan ponselnya pada Dunk yang duduk paling dekat dengannya.

51 Tangkai bunga mawar, artinya aku hanya memikirkanmu

Dua omega di pojok nampak heboh sendiri, tidak sadar lirikan maut dari Phuwin yang bisa menghunus kapan saja.

"Kak, pak Pond romantis banget, gila!" Fourth memekik heboh, "Kak Gem aja gak pernah begini," Lanjut Fourth menyindir.

Gemini menghela nafas seraya mengusap surai Fourth, tatapannya melembut membuat omega termuda di sana sedikit merasa seperti jelly, "Lo mau gue romantisin gimana lagi, sih? Diseriusin aja gak mau," Ujar Gemini gemas dengan omega kesayangannya itu, mengacak surai Fourth sampai memporak-porandakan isi hati si omega.

"Bucin, najis!" Cibir Dunk pelan.

"Gemini diem! Ini ngaku dulu siapa yang ngasih tau pak Pond?!" Sela Phuwin mengembalikan topik pembicaraan.

Singto dan Krist saling pandang mencari tau, tidak merasa menghubungi Pond untuk memberitahu tentang hari ulang tahun Phuwin. Dari reaksi kedua orang tuanya, omega tersebut memutuskan kecurigaannya, dan beralih memberikan tatapan maut pada Gemini yang nampak tersenyum aneh.

Phuwin hampir meledak, "Gemini! Ngaku nggak, lo!? Pasti lo kan yang ngasih tau pak Pond!"

Hanya cengiran khas Gemini sebagai jawaban.

"NORAWIT! SINI LO!








Bersambung, maapin yah Phuwin masih sensian sama Pak Pond hehe

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang