63-Last Birthday

433 45 5
                                    

Dering alarm Gemini berbunyi tepat pukul lima sore, alpha itu terpaksa membuka matanya karena hari ini ia harus pergi ke rumah sakit menjaga papa New bersama Fourth. Padahal ia belum memiliki tidur yang cukup karena tugasnya di poli pagi tadi.

Kemudian alarm kedua berdering lagi, kali ini pengingat dari kalender yang Gemini tandai menuju hari ulang tahun Fourth, omeganya. Esok hari kekasihnya akan berulang tahun, ia berencana merayakannya kecil-kecilan di rumah sakit malam nanti, agar Fourth bisa merayakan ulang tahunnya yang terakhir kali dengan sang papa.

Gemini menghela nafas, jujur saja rasanya berat untuk menghadapi esok hari, dengan Fourth yang tidak berhenti menangis karena alat penunjang kehidupan New akan dilepas tepat esok hari, setelah seluruh keluarga berkumpul di ruangan New.

Tok tok!

"Dek? Bangun! Ud—eh kenapa dek?"

Krist yang berniat membangunkan bungsunya itu panik ketika melihat wajah putranya yang murung. Buru-buru Krist duduk di sebelah putranya, mengusap kepalanya menenangkan, "Kenapa murung begitu?"

Lantas Gemini mengangkat wajahnya pada Krist, menatap sang papi sejenak sebelum memeluknya erat, "Besok alat bantu papa New dilepas, dan langsung dimakamkan, Fourth pasti rapuh banget, apa aku bisa nguatin dia?" Tanya Gemini ragu.

Sangat tidak mudah bagi anak yang kehilangan orang tuanya, apalagi anak seperti Fourth yang sangat dekat dengan kedua orang tuanya. Krist paham betul, ia telah menyaksikan sendiri bagaimana orang tuanya dikebumikan, apalagi dalam keretakan hubungan diantara mereka saat itu. Krist mengerti bagaimana rasanya kehilangan orang yang ia sangat cintai dan butuhkan di dalam hidupnya.

"Gemini harus kuat, pasti bisa ngerangkul omeganya!" Tutur Krist penuh keyakinan, "Fourth bakalan hancur banget, jadi pastiin adek nggak ikut nangis besok, soalnya kalo bukan adek, siapa lagi? Adek alphanya Fourth loh!"

Gemini mengangguk, seraya mengeratkan pelukannya kepada omega yang telah melahirkannya.

***

Berkali-kali ia menghela nafas, mengatur emosinya agar tidak mempengaruhi emosi Fourth nanti, berusaha tersenyum agar omeganya percaya, bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Dengan sepotong kue yang telah ia titipkan kepada salah satu kantin di rumah sakit, Gemini juga menyalakan lilin kecil sebelum menghampiri omeganya.

"Selamat ulang tahun, bocil gue!" Bisik Gemini agar tidak mengganggu ketenangan di tengah malam yang sunyi ini.

Sedangkan Fourth tersenyum lembut, ia dengan lamunannya itu dikejutkan oleh sang alpha yang ingat hari kelahirannya, bahkan di masa sulit seperti ini. Bahkan Fourth tidak ingin mengingatnya.

Omega itu berujar, "Makasih banyak, kak! Lo masih mau merayakan gue."

"Berdoa dulu, abis itu tiup lilin," Titah Gemini.

Fourth menoleh pada ranjang rumah sakit yang ditempati New, omega itu kembali meneteskan air matanya, "Kalau mau minta kesembuhan papa, kayaknya udah telat ya?" Fourth terkekeh pelan, "Fourth cuma mau, hidup lebih lama sama orang-orang yang Fourth sayang, dan Fourth ditabahkan buat hari besok," Ujarnya dengan suara bergetar, lalu menatap alphanya, "Ini jadi ulang tahun terakhir gue yang dirayain bareng sama papa, kak! Bahkan tanggal kematian papa aja sama kaya hari kelahiran gue," Kata Fourth, kemudian meniup lilin kecilnya.

Gemini meletakkan kuenya di atas nakas, kemudian merentangkan tangannya, "Gue yakin lo lebih butuh ini daripada gue beliin barang," Ujar Gemini sambil mengisyaratkan Fourth agar masuk ke dalam dekapannya. Rasanya begitu hangat, Gemini selalu tahu apa yang dirinya inginkan, pelukan Gemini malam ini sedikit membuatnya tenang, dan meyakinkan bahwa Gemini akan selalu ada di sampingnya.

"Gue ada di sini selalu, di saat terburuk lo, jangan ragu buat minta peluk sama gue," Ujar Gemini tulus.

Tiba-tiba dadanya terasa basah, bahu Fourth mulai bergetar, "Sebenernya sampe kapanpun gue nggak akan siap ngelepas papa," Kata Fourth sambil terisak, suaranya teredam oleh dekapan keduanya.

Gemini tahu, sangat tahu, bagaimana Fourth menyayangi sang papa walaupun keduanya sering berbentur pemikiran. Fourth yang tidak bisa berada jauh dari sang papa, dan papa New yang selalu mengkhawatirkan putranya. Bagaimanapun, ikatan Fourth dan papa New sangatlah kuat, karena papa New adalah orang yang melahirkan Fourth.

"Gimana hidup gue besok tanpa papa, kak? Bahkan air mata gue udah ga bisa keluar lagi saking seringnya gue nangisin papa."

Omega Fourth berseru sedih, mengadu kepada tempat paling aman, pada sosok yang akan selalu setia mendengarkan keluh kesahnya. Dan kini, Gemini pula yang menyaksikan bagaimana hancurnya Fourth ketika memikirkan akan kehilangan sang papa.

"Cil, gimana kalo kita ngelakuin sesuatu?"

***

Fourth dan Gemini tidak tidur semalaman, keduanya berada di samping papa New yang masih bertahan karena alat penunjang kehidupan yang terpasang pada tubuhnya. Fourth bercerita, bernyanyi kecil, mengadu, berceloteh apa saja, bahkan juga mengajak papa New berinteraksi. Sisa waktu itu dihabiskan Fourth bersenang-senang dengan sang papa, agar Fourth tidak menyesal di kemudian hari.

Sedangkan Gemini, alpha itu sibuk merekam dan mengambil foto Fourth dengan sang papa yang memejamkan mata. Tanpa Fourth ketahui, Gemini sungguh sesak, melihat kekasihnya merayakan ulang tahun terakhir dengan sang papa.

"Pa, Fourth nanti kalau udah nikah sama kak Gemini, nanti mau punya anak cewek, biar Jaydee ada temen main! Nanti papa dari sana lihat anaknya Fourth ya! Pasti cucu papa nanti cantik, iya lah! Kan Fourth juga cantik! Kak Gemini cakep! Masa cucu papa jelek? Nanti dikira anak tetangga dong!" Celoteh Fourth ketika fajar telah terbit, lalu Fourth yang menyadari hal itu langsung merubah mimik wajahnya.

Digenggamnya jemari dingin sang papa, Fourth mengecupnya lembut, "Udah pagi, waktu kita udah mulai sedikit, sebentar lagi ayah sama nenek Davi dateng buat pamitan sama papa. Fourth juga, harus pamitan sama papa," Suaranya mulai bergetar, "Ada om sama tante juga tau, pa! Papi Krist, Daddy Singto, kakak-kakaknya kak Gemini, banyak orang pa!" Fourth mengusap air matanya, "Kita mau nganterin papa, supaya nggak sakit lagi kaya gini. Nanti papa di sana baik-baik ya! Harus seneng, karena udah diangkat penyakitnya sama Dewi. Nanti Fourth juga janji bakal bahagia di sini!"

Fourth menatap alphanya, "Papa jangan khawatir, ada alphanya Fourth, pasti Fourth bahagia!"

Omega itu tak sanggup lagi, ia menangis lagi entah untuk keberapa kali, kini menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan. Dan Gemini langsung merengkuh omeganya, "Gapapa, gapapa.."

***

Hampir pukul sebelas siang, keluarga New telah berkumpul dan menghabiskan waktu beberapa jam sejak pagi dengan New, membuat momen baik sebagai kenangan terakhir mereka bersama sang menantu Vihokratana. Adik New juga hadir, jauh dari Klan seberang, datang menemui New untuk terakhir kalinya.

Kemudian sang dokter tiba, menjadi saat yang menyedihkan bagi seluruh keluarga pasien, apalagi dengan Fourth yang tidak melepaskan pelukannya pada sang ayah.

"Permisi, sesuai dengan kesepakatan beberapa hari yang lalu, kami mohon izin untuk melepas segala alat penunjang kehidupan yang terpasang pada Tuan New," Kata dokter meminta izin.

Dan Tay sebagai alpha dari New terdiam lama untuk memberikan persetujuan. Tay menatap New lama, wajah pucat itu kini tinggal beberapa saat lagi bisa ia pandang lekat-lekat, sebelum akhirnya Tay mengangguk dengan berat hati.

"Silahkan."

Para dokter dan perawat mulai bekerja, melepaskan semua alat yang menempel pada tubuh New, hingga membuat monitor kehidupan itu berbunyi panjang, kehilangan detak jantung, mengantarkan New agar tidak merasakan sakit lagi.

Fourth pingsan saat itu juga, di dekapan sang ayah, tak kuasa menahan kesedihan kehilangan orang yang di sayang.

"New Thithipoom Vihokratana, waktu kematian pukul 11.00"














Bersambung, Vee nangis duluan, kalian kalo ga nangis nanti Vee bikin putus hubungan Fourth sama Gemini, heheu.

Ngomong-ngomong, selamat ulang tahun Fourth! Dan Krist! Semoga kalian dilindungi dan diberkati Tuhan selalu, aamiin!

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang