31-Misi Pak Pond

1.1K 105 9
                                    

Sebuah tiket dan paspor sudah digenggam, Pond berulang kali menarik nafas dalam-dalam demi meyakinkan dirinya. Belanda bukan tempat sempit, tidak sesempit Jakarta, apalagi Pond belum pernah berkunjung sebelumnya ke negara tersebut.

Namun apapun akan ia lakukan, perjalanan jauh ia jalani, demi menemukan pujaan hatinya yang menghilang setelah hari terakhir masa perkuliahannya. Tanpa petunjuk tanpa restu, berbekal sebuah tantangan dari calon adik ipar, Pond nekat mengambil cuti mengajar selama satu bulan untuk pergi ke Belanda. Omega kecil itu memporak-porandakan kehidupan seorang Pond Naravit.

"Demi Phuwin, gue harus nekat!" Monolognya menyemangati diri sendiri.

Perjalanan udara cukup menguras energi, Pond tiba di Belanda saat malam hari. Beruntung, salah satu sahabat orang tuanya tinggal di negara tersebut sehingga untuk dua malam ini, Pond akan menginap di rumah sahabat orang tuanya.

Papan nama bertuliskan nama Pond Naravit terbaca jelas, hingga Pond tahu jika orang yang menjemputnya telah tiba. Pond tersenyum menghampiri lelaki tersebut, "Mr Bright, right?" Tanya Pond menebak.

"Pak Pond, ya? Ayo ikut saya,"

Rupanya, lelaki yang berusia sepuluh tahun lebih tua dari Pond ini adalah putra dari sahabat orang tua Pond, ia bersama keluarganya tinggal di Belanda semenjak menikah, hingga memiliki seorang putri Alpha yang cantik.

Mobil Bright memasuki kawasan perumahan dengan perlahan, salju cukup membuat jalanan licin sehingga kendaraan tidak bisa melaju cepat. Obrolan mengalir deras diantara kedua alpha tersebut, menceritakan tentang berbagai macam topik yang tak ada habisnya.

"Oh iya pak Pond, nanti di rumah saya juga ada keponakan saya, omega, apa pak Pond nggak keberatan?" Tanya Bright yang membuat Pond sedikit menimbang. Berada di bawah atap yang sama dengan omega lajang? Apakah pantas?

Namun pemikiran Pond ditepis oleh kekehan ringan Bright, "Tenang, kalian bakal ada di lantai yang beda, kok! Omega saya udah nyiapin kamar buat pak Pond,"

"Hm... oke deh!"

Garasi di kediaman nomor B19 itu menjadi tempat Bright memarkirkan mobilnya, kemudian membantu Pond mengeluarkan koper untuk dibawa masuk ke dalam rumah sederhana tersebut.

Pond berdiri tepat di belakang Bright yang membuka pintu, "Aku pulang! Ini tamunya," seru Bright memperkenalkan Pond.

"Pak Pond..."

"Phuwin..."

***

Segelas teh jahe masing-masing digenggam erat, cuaca sangat dingin sehingga penghangat ruangan dinyalakan sampai batas panasnya, namun suasana canggung ini tak bisa menghangatkan kedua pria yang saling berdiam diri sejak beberapa saat yang lalu setelah makan malam selesai.

"Jadi kamu ponakannya mas Bright?" Tanya Pond membuka obrolan.

"Iya,"

"Terus kamu sengaja pergi ke sini?" Tuduh Pond dengan suara rendah, mencoba untuk menenangkan dirinya.

"Iya,"

Yang lebih tua menghela nafas lelah, menyesap sedikit teh yang ia genggam itu sambil menimang kalimat yang akan ia lontarkan selanjutnya, "Kenapa?"

Phuwin termenung, ia sungguh tak bisa mengutarakan isi hatinya saat ini, omega tersebut semakin menunduk, menyembunyikan raut sedihnya teringat masa-masa berat yang ia lalui sendirian.

Jengah, Pond meletakkan gelasnya sebelum meraih bahu omega di sebelahnya, "Phuwin, salah apa saya sama kamu? Sampe kamu jauh-jauh pergi ke sini buat ngehindarin saya, apa fatal banget kesalahan saya?" Tanya Pond frustasi, kebungkaman Phuwin menjadi jalan buntu baginya.

"Apa karena Gemini?"

"Jangan seret adek saya ke masalah kita, pak!" Desis Phuwin tidak terima, "Dia cuma ngelindungin saya!"

"Terus apa?!"

Lama-lama Pond juga jengah sendiri, kesabarannya telah habis, menghadapi omega keras kepala seperti Phuwin rasanya menghabiskan terlalu banyak waktu.

Melihat sikap Pond yang langsung tersulut emosi, Phuwin tersenyum simpul, "Bapak cuma obsesi sama saya, bapak nggak cinta sama saya, segitu aja udah marah, gimana nanti? Apa bakal lebih parah?" Tantang Phuwin penuh keberanian menatap nyalang pria di depannya.

"Phuwin..."

Omega manis itu menggeleng, "Maaf, saya terlalu jelek buat bersanding sama bapak," Ujar Phuwin lalu menghabiskan teh di gelasnya, "Bapak mending cari orang lain, yang setara sama bapak, nggak terlalu banyak ngulur waktu dan nyusahin bapak," Finalnya sebelum beranjak, meninggalkan Pond seorang diri di dekat penghangat ruangan.

Sebelum Phuwin memijak anak tangga, ia menoleh ke belakang, "Bapak besok pulang aja, saya anterin ke bandara,"

Grep!

Tubuhnya membeku, padahal telah terbalut jaket wol yang tebal, serta penghangat ruangan yang berfungsi sebagaimana mestinya. Pond memeluk omega manis itu daru belakang erat-erat, "Phuwin, apapun masalah kamu ke saya, tolong selesaikan, obrolin sama saya, biar saya berusaha jadi versi yang lebih baik buat kita," ujarnya memohon.

"Phuwin, kasih tau semua masalah kamu tentang saya, biar saya bisa berbenah diri, tolong..."

Entahlah, Phuwin juga berada di ambang kebingungan, penilaiannya terhadap dosen tampan itu berubah-ubah sepanjang waktu. Pertimbangan teramat panjang ia lakukan, sampai ia frustasi sendiri.

Yang lebih muda melepaskan rengkuhan orang di belakangnya, "Pak, masalahnya ada di saya, saya masih terjebak sama masa lalu dan masalah yang ada di sekitar saya. Jadi, saya minta maaf, kaya yang saya selalu bilang, kalau sekarang saya belum berani melangkah lebih jauh sama siapapun,"












Bersambung, haiiii! Kangen Vee gaaa??

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang