42-Badai Kecil

734 60 8
                                    

"Bagusnya cepet-cepet dibawa ke rumah sakit, mas nya cuma cidera ringan," Ujar sang perawat menjelaskan dan tersenyum pada Krist dan Joong, "Udah nggak apa-apa, selama dia banyak istirahat dan nggak mikirin hal berat-berat dulu," lanjutnya.

Krist dan Joong mengangguk paham, "Apa anak saya harus cuti kerja ya, sus?" Tanya Krist khawatir, mengingat kurang dari waktu satu bulan, Dunk juga akan menikah, Krist berpikir jika sulungnya itu harus lebih banyak beristirahat.

Tawaran omega yang paling tua nampak disetujui, "Cuti dua sampe tiga hari sih udah aman banget, soalnya ini nggak sampe bikin pembuluh darah pecah," Ujar sang perawat, namun ia memeriksa hasil laboratorium milik Dunk, "Tapi kayaknya pak Dunk ini lagi agak stress, ya? Itu bisa pengaruh ke pemulihannya juga,"

Joong kini menanggapi, "Bulan depan kita mau nikah, mungkin itu yang bikin tunangan saya stress," Ujarnya.

Sang perawat mengangguk lagi, "Saya ngerti, bisa mungkin istirahat dari sekarang, ambil cuti juga nggak apa-apa, nanti kita buatkan surat dokternya,"

Joong menurut apa kata perawat yang bertugas di depannya, lebih baik omeganya beristirahat sampai mereka menikah nanti.

Seperginya sang perawat, Joong mengendurkan bahunya, menunduk penuh sesal, merutuki dirinya sendiri, "Aku emang alpha nggak guna," Umpatnya untuk dirinya sendiri.

"Heh! Ngomongnya!" Tegur Krist spontan, omega yang lebih tua itu tak suka jika Joong merutuk dirinya sendiri atas kejadian buruk yang menimpa Dunk.

Krist meraih bahu calon menantunya, "Nggak ada yang sempurna. Baik papi, Dunk, kamu, dan semua orang," Ujar Krist menasehati.

"Tapi Dunk..."

"Kalian udah berapa hari nggak ketemu? Dunk itu sakit karena dia skip makan, bukan karena kamu skip nemuin dia!" Sela Krist kesal, "Udah deh! Stop nyalahin diri sendiri, nggak ada yang salah, ini teguran dari Tuhan karena omega kamu batu banget, nggak mau istirahat dari kemaren!"

Penuturan sang papi mertua itu sedikit banyak menampar Joong, karena sibuk menyiapkan pernikahan dan mencari uang, Joong dan Dunk sendiri sampai lupa, untuk apa mereka menikah.

Mengingat hal ini rasanya membuat Joong semakin ingin membenturkan kepalanya ke tembok, namun ia masih waras untuk menjaga dirinya tetap sehat dan tampan sampai di acara mereka bulan depan.

***

Satu minggu sepertinya cukup untuk membuat Dunk kembali cerewet dan aktif menyiapkan pernikahannya yang kurang dari dua minggu itu. Rapat dengan pihak jasa, memeriksa peralatan untuk dekorasi, dan masih banyak lagi. Bahkan menyebar undangan juga, Joong belum bisa memulai cutinya karena pekerjaan yang belum usai, sehingga omega itu meminta Phuwin yang telah kembali ke tanah air itu untuk menemaninya.

"Kemana lagi sekarang?" Phuwin melirik sang kakak sambil menyetir, "Itu yang terakhir, kan?" Tanya sang adik ketika melihat lembar undangan yang terakhir.

Tak ada respin dari si sulung, Phuwin yang khawatir itu melirik kakaknya sesekali yang tampak murung, Phuwin menghela nafas, memutuskan untuk berbelok ke arah lain, memutar rute lebih jauh demi berbicara lebih panjang, "Ada ya orang mau nikah, mukanya malah murung begitu," Celetuk Phuwin membuka obrolan.

Sementara yang lebih tua menghela nafas pelan, memandang kertas undangannya murung, "Phu, dia chat gue,"

"Siapa?" Tanya Phuwin memastikan pendengarannya sendiri.

Dunk terdiam sejenak, "Klein," cicitnya pelan.

Kini berganti Phuwin yang menghela nafas lelah, ia memutar kemudinya untuk mampir membeli makanan cepat saji, "Gue nggak mau denger omongan lo galau dan respon dia lagi," Ujarnya memperingati lalu memesan beberapa menu.

Klein, mantan kekasihnya di universitas, alpha yang memperlakukannya dengan baik seperti seorang pangeran. Namun sikap manipulatifnya berhasil membuat Dunk trauma selama beberapa tahun.

"...ini kembaliannya silahkan ditunggu pesanannya, terima kasih!"

Selesai dengan pesanannya, Phuwin lalu menjalankan kembali mobilnya ke bagian pengambilan makanan, "Kalo lo lupa, Klein bangsat itu yang udah bikin mas Joong berusaha lebih keras buat menangin hati lo, dan juga sampe ke tahap ini," Ujar Phuwin serius seraya menangani makanannya yang datang.

"Klein bangsat itu, alpha playing victim yang paling bangsat! Selain lo rugi duit rugi waktu, mental lo juga kena, lo lupa?!"

"Tapi Phu..." Dunk menyela.

Dan Phuwin kembali memotong, "Minum dulu, barangkali teh herbal bisa bikin otak lo bener dikit," Sarkasnya.

Dunk menerima teh itu dan meminumnya sedikit, sebelum kembali berbicara pada Phuwin yang sibuk mencari tempat parkir.

"Phu, dia udah berubah, apa perlu gue undang dia?"

Lagi-lagi Phuwin menghela nafas, "Dan bikin Gemini muntab ngehajar alpha bangsat itu di acara sakral lo?" Tanya Phuwin lagi, "Jangan gila!"

Dimanfaatkan secara tidak langsung, berselingkuh berkali-kali dengan orang yang berbeda, tidak menghormati orang yang berada di sekitar Dunk bahkan Phuwin sendiri. Itu sudah lebih dari cukup untuk Dunk seharusnya menendang Klein keluar dari hidupnya, namun cinta itu buta, lelaki itu tetap dibela Dunk. Sampai Phuwin berharap jika bungsu mereka cepat besar agar dapat menghajar mantan kekasih Dunk itu.

"Phu, dia minta jatah mantan,"

Phuwin tersedak hebat, salad sayur yang ia telan itu menyembur keluar mengotori kemudi mobil Dunk dan pakaiannya sendiri, "Apa?! Kenapa lo respon dia sih anjir?! Tolol apa gimana lo?!"

Ingatkan Phuwin jika mengumpati kakak sendiri adalah perbuatan tercela, namun sang kakak sendiri lah yang membuat Phuwin berlaku demikian.

"Gak! Gak ada jatah mantan, apalah itu! Taik! Gausah di respon! Blokir nomer sama sosmednya!" Sembur Phuwin pada sang kakak tanpa mau mendengar penjelasan sang kakak.

Tetapi Dunk mulai menangis, seketika membuat Phuwin kelabakan.

"Phu... kalo gue ga ngasih jatah mantan itu, dia bakalan dateng ke rumah... dia nekat, Phu..."

Amarah Phuwin memuncak, mendengar alasan kakaknya menangis itu membuat ia semakin marah.

Jatah mantan, adalah trend baru dimana seseorang yang akan menikah dimintai satu malam untuk tidur bersama sang mantan, kalau ia memiliki kekasih sebelumnya. Trend sampah penghancur hubungan itu kini terjadi pada Dunk, membuat ia ketakutan setengah mati.

"Phu... gue harus gimana?"













Bersambung

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang