04-Possessif

2.9K 227 1
                                        

"Dad, ayolah... anaknya dipepetin alpha lho, ini?! Masa gak marah? Minimal ngelarang? Atau... ah! Daddy!"

Phuwin menghentakan kakinya kesal, pagi-pagi saat dimana keluarga Kenari no.8 itu tengah menyantap sarapan bersama, anak tengah Singto tersebut merengek agar Singto melarang Pond datang ke rumahnya. Keributan seperti pagi ini sudah biasa Krist hadapi, dan omega itu sudah lelah, ia tak mau ikut campur, biar mereka menyelesaikannya.

"Phuwin, anak Daddy yang paling cantik sekecamatan-"

"Phu cowok! Mana ada cantik!" Sentak Phuwin menyela tidak suka.

Singto berdeham, anak tengahnya ini sangat mirip dengan Krist jika sedang marah, "Oke, Phuwin anak Daddy yang paling cakep sekecamatan, pak Pond kan cuma mau ngobrol sama Daddy habis ngoreksi tugas kamu, nggak mau nodong kita,"

Omega tengah itu memajukan bibirnya seinci, "Tapi kan Dad..."

"Udahlah Phu, terima aja dulu, ada Gemini ini," Dunk menyahut, lengannya menyikut si bungsu yang tengah asyik mengoles selai, "Hm? Iya bang, hari ini kan gue ga kemana-mana, ajak Fourth biar rame,"

Phuwin mendengus, "Itu mah maunya lo aja nempelin Fou mulu!" Cibirnya, Gemini hanya tertawa.

Dunk mengangguk seusai memukul tengkuk adik bungsunya pelan, "Bener, tuh! Ntar kalo pak Pond macem-macem, tendang aja Knott* sebiji-bijinya,"

*Knott : Pangkal penis

"Huuu...ngilu," Seketika Singto dan Gemini mengusap kemaluannya sendiri dengan perasaan ngilu jika ucapan Dunk benar terjadi.

Tak kunjung menemukan jalan keluar, Phuwin menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi, "Ya udah, iya di temenin Gemini," pasrahnya, namun dengan nada ketus.

Semua kepala di kediaman Ruangroj itu tak perlu bertanya lagi perihal mengapa Phuwin menolak kehadiran Pond sang dosen. Semua keluh kesah si tengah itu telah didengarkan ribuan kali oleh kedua orang tua serta kakak adiknya. Bahkan Fourth si tetangga yang sering mengadakan sesi les dengan Gemini dan Phuwin itu juga mengerti bagaimana perangai si anak tengah Ruangroj tersebut.

Kepala Phuwin ditepuk halus oleh sang papi, "Anak papi yang baik,"

***

Tepat jam sepuluh pagi, mobil listrik keluaran tiga tahun yang lalu itu telah terparkir rapi di luar perkarangan rumput rumah Ruangroj. Seseorang keluar dari mobil tersebut. Berbekal tas laptop yang dibugkus tas selempang di bahu kirinya, sosok tersebut menekan bel rumah sederhana itu.

"Cari siapa?" Gemini membuka pintu dengan Fourth dibelakang punggungnya ikut mengintip, tamunya tersenyum lembut menyapa, "Saya Pond, dosen pembimbingnya Phuwin," Jelas Pond memperkenalkan diri dengan sopan, "Phuwinnya ada?"

Senyum ramah Gemini luntur, berganti dengan raut ketus seperti saat ia berhadapan dengan Joong pertama kali, kedua tangannya bersedekap tanda mengintimidasi, "Ada perlu apa ya, pak? Setahu saya, nggak ada dosen yang sengaja dan repot-repot mau nemuin mahasiswanya,"

Fourth memukul bahu sahabatnya cukup keras, "Yang sopan sama yang lebih tua! Beliau dateng baik-baik, lho!" Tegurnya, namun Gemini mengendikkan bahunya, "Whatever," Ujarnya lalu melenggang masuk. Entah mengapa suasana hati Gemini memburuk ketika menghadapi alpha yang datang untuk kedua kakaknya. Seperti ada perasaan takut ketika suatu hari nanti Gemini akan ditinggal sendirian jika kedua orang tuanya tiada, dan kedua kakaknu terlalu sibuk dengan alpha dan keluarga mereka masing-masing.

Sedangkan Fourth tersenyum canggung, "Err... maaf ya pak Pond, itu Gemini adeknya bang Phuwin, agak galak emang, maaf ya pak, silahkan masuk dulu,"

Dosen muda itu agak terkejut dengan perlakuan si tuan rumah, namun tetap melempar senyumnya dan mengikuti langkah Fourth masuk ke dalam. Benar dugaan Fourth, Gemini akan menatap ketus Pond dan memperlakukannya kurang baik. Inisiatif Fourth untuk mengekor Gemini membuka pintu adalah benar.

Phuwin menuruni tangga dengan memeluk laptop dan beberapa barang keperluannya setelah Gemini memanggil. Fourth sudah mempersilahkan Pond untuk menunggu di kursi ruang tamu yang bersebrangan dengan tempat Fourth tengah menemani Gemini belajar.

Hari rabu yang cerah ini, Gemini dengan kertas-kertas latihan soalnya dan Phuwin yang sedang fokus dengan tugas akhir(sialan)nya. Sesekali Gemini mengawasi sang kakak dengan galak, tepatnya gerak-gerik Pond yang sebenarnya tidak nampak mencurigakan sama sekali, hanya terkadang kata-kata gombalan receh yang membuat Gemini merasa harus menegurnya.

Blam!

Meja kecil Gemini di pukul keras, Fourth pelakunya, "Kak! Fokus! Kalo nggak fokus mendingan ga usah latihan soal, deh!"

"Maaf, iya ini gue fokus," bibir Gemini mengerucut lucu, kertas soalnya didekap di atas meja lalu mengerjakan bagian yang belum sempat ia pelajari. Sesekali mendengus dan menggerutu karena Pond yang menatap memuja pada Phuwin.

"Kak Gem!"

Si empunya nama tersentak, menegakkan tubuhnya yang tadi membungkuk, "Iya maaf, gue gak fokus, abisnya..."

"Apa?!"

Di atas langit masih ada langit, jika Gemini galak, maka masih ada Fourth yang lebih galak. Katakanlah Fourth adalah 'pawang'-nya Gemini, alpha bungsu itu langsung menciut karena satu sentakan omega di depannya. Hanya Fourth dan Krist yang bisa membuat Gemini menjadi kucing penurut.

"Gak, gak jadi, gue ga jadi deh ngerjain latihan, capek!" Keluh Gemini yang sudah kepalang kesal dengan sekitarnya. Apha itu membereskan kertas-kertas dan alat tulisnya, lalu merebah di lantai dengan paha Fourth sebagai bantalan.

Alpha itu kemudian terpejam menikmati elusan Fourth di keningnya, mengabaikan Pond yang menatap heran sepasang remaja tersebut,  "Phuwin, Fourth itu pacarnya Gemini?"

Phuwin menggeleng kecil, ia memandang kedua adiknya yang tengah terpejam di seberangnya, "Bukan, tapi bro-zone,"

"Kalo kita?" Pond tersenyum menggoda, dan sedikit berharap.

Omega Ruangroj itu mendengus, "Gak ada, pak. Kan udah saya bilang, saya gak suka bapak," Papar Phuwin dengan jujur, sejujur-jujurnya dari hati terdalam benar tidak mempunyai perasaan apapun terhadap dosen pembimbingnya itu, "Udah, kan? Besok lagi, ya? Bahan saya udah abis,"

Alpha yang lebih tua menghela napas mengamati pemuda yang masih membereskan barang-barangnya, "Beneran gak ada kesempatan buat saya?"

"Saya panggilin Daddy dulu,"













Bersambung, pendek banget😭

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang