62-Harapan Papa

377 47 4
                                    

Fourth terbangun di bawah pohon yang rindang, udaranya begitu sejuk dengan hembusan angin yang lembut menerpa wajahnya. Omega itu tersenyum, merasakan nuansa sejuk yang memenangkan.

Pun dengan usapan lembut yang membuatnya nyaman dan ingin tertidur lagi. Fourth tersenyum damai.

"Anak papa yang manis, cantik, baik. Papa harap, papa bisa mendampingi kamu waktu kamu dinikahi Gemini,"

Srettt!

"Papa!"

Gemini tersentak bangun ketika mendengar Fourth berteriak dari ranjang rumah sakit, tersengal seperti telah berlari berkilo-kilo. Lalu Gemini segera mendekati Fourth, memeriksa keadaan omeganya.

"Ada yang sakit? Apa pusing? Atau..."

Namun Fourth menyela, "Kak! Papa, papa belum pergi, kan?" Tanya omega itu dengan panik, "Gue mau ketemu papa! Kak!"

Omega itu menangis, berseru panik menggenggam tangan alphanya kuat-kuat, berusaha menyalurkan ketakutan dan kepanikannya pada sang alpha.

"Fourth, cil, sayang, tenang dulu ya? Papa belum pergi, papa masih sama kita, kamu kenapa sayang?" Gemini memeluk omeganya yang ketakutan, mengusap belakang rambut Fourth yang berada di perutnya. Sangat terasa tubuh Fourth bergetar karena ketakutan.

Dokter muda itu terdiam, memberikan afeksi aman kepada omeganya yang ketakutan entah karena apa, mengelola feromonnya agar menjadi penenang, "Lo tenang dulu, papa masih sama kita, setelah lo tenang dan infus lo abis, baru kita ke papa, ya?" Bujuknya lembut.

"Kak, gue mimpi," Fourth melepas pelukannya, menatap wajah sang alpha serius, "Gue ketemu papa di mimpi, papa bilang ke gue, kalo papa mau lihat kita nikah," Adu Fourth, "Apa itu artinya papa bisa bangun lagi?"

Gemini lagi-lagi terdiam, mendengar pertanyaan Fourth yang hampir mustahil di jawab, karena Gemini sendiri tak tahu apa jawabannya.

Melihat alphanya yang terdiam, Fourth lantas menunduk, "Kalo papa pergi sebelum kita nikah, terus gimana kak? Gue nggak mau ngecewain papa. Selama ini gue sering berantem sama papa dan nggak nurut apa kata papa," Lirih Fourth, "Kali ini aja gue pengen nurutin apa kata papa, sebelum dokter bantu papa pergi."

Gemini menimbang, permintaan papa New melalui mimpi Fourth mungkin adalah salah satu cara agar New bisa berkomunikasi dengan sang putra, permintaan papa New tidak bisa diabaikan. Tapi dengan kondisi seperti ini, Gemini tidak bisa membuat papa New menunggu lebih lama dengan kesakitannya. Namun du sisi lain, kemampuan Gemini untuk menghidupi Fourth juga belum cukup, ia masih baru di rumah sakit, penghasilannya belum seberapa, gelarnya masih rendah. Ia takut jika menikahi Fourth sekarang, omega itu akan kesusahan.

"Kak, apa kita harus nikah secepatnya?"

***

Singto menemukan bungsunya duduk terdiam di taman rumah sakit sendirian, memegang segelas kopi yang menjaganya agar tidak mengantuk. Singto lalu menghampiri sang putra, bergabung di sana menikmati dinginnya angin malam.

"Daddy udah denger mimpi Fourth," Ujar Singto membuka pembicaraan, "Kamu mau gimana? Mau diskusi sama Daddy?"

Gemini menyandarkan punggungnya yang lelah pada samdaran kursi, ia menghela nafas panjang sebelum membuka suaranya, "Gemini udah nabung untuk beli dua cincin, nanti cincin itu mau aku pake buat lamar dia, dan juga buat pernikahan kita," Ujar alpha itu lemah, "Tapi uangnya baru kekumpul buat cincin lamaran aja."

Si bungsu terdiam sejenak, "Gemini belum mampu kalau harus nikahin Fourth sekarang."

"Dek, kamu nggak harus nikahin Fourth sekarang. Daddy tau itu nggak gampang, karena Daddy menikahi papi kamu juga bukan di kondisi yang baik. Dan daddy nggak mau kalian hidup susah kaya kami," Singto bertutur lembut dan hati-hati.

"Tapi dad, papa New?"

Baju Gemini diremat sang daddy, "Papa New gapapa kalau anaknya menikah nanti, daripada lihat anak kesayangannya susah karena menikah sekarang," Nasehatnya lagi.

Yang lebih tua lalu ikut bersandar di sandaran kursi, menatap langit jingga yang sebentar lagi akan berubah gelap, "Semua keputusan ada di kamu, dek. Daddy harap kamu nggak akan ambil keputusan yang bikin hidup kalian sengsara nanti," Ujarnya lalu tersenyum lembut, "Kalau butuh apa-apa, Daddy selalu di belakang kamu."

Obrolannya dengan sang daddy membuat Gemini berpikir berulang kali, menimbang banyak hal untuk waktu kedepannya. Menikah bukanlah satu hal yang mudah, telah banyak cerita yang telah Gemini dengarkan dari para seniornya di rumah sakit. Hanya dua dari delapan orang yang mengatakan menikah itu indah. Namun sisanya mengatakan jika berumah tangga hanya menambah beban hidup saja.

Apalagi dengan gaji yang tidak seberapa itu, kalau ia tidak tinggal bersama dengan orang tuanya, mungkin Gemini akan kekurangan gizi sekarang. Lantas, bagaimana caranya ia akan menghidupi Fourth juga kelak? Lalu, bagaimana dengan anak-anak mereka nanti?

"Kak Gem."

Panggilan itu membuat Gemini mengangkat kedua sudut bibirnya, alpha itu tersenyum lembut menatap Fourth, "Iya Cil? Kenapa?"

"Daddy tinggal dulu, kalian ngobrol di sini aja," Pamit Singto yang menyadari raut wajah calon menantunya yang nampak serius, alpha yang lebih tua memutuskan untuk pergi.

Kini hanya tinggal Fourth dan alphanya, Fourth duduk di tempat dimana Singto tadi mendudukkan dirinya, omega itu terdiam beberapa saat sampai akhirnya ia menarik nafas dalam-dalam.

"Gue belum siap nikah, kak. Kayaknya gapapa ya kalau kita nikah tanpa papa?" Tanya Fourth retoris, ia kini menyandarkan kepalanya di bahu Gemini, "Gue mau habisin waktu sama ayah, berdua aja, biar ayah nggak sedih setelah ditinggal papa nanti."

Bahu Fourth bergetar hebat detik itu juga, ketika Gemini menarik sang omega ke dalam pelukan, berusaha menguatkan, dan memberitahu, bahwa Gemini akan selalu bersama Fourth dalam masa apapun. Akan selalu menghapus air mata yang keluar dari mata indah Fourth, seperti apa yang ia lakukan saat ini.

Gemini berkata lembut, "Gapapa, kalo lo mau hidup sama ayah dulu, gue bisa nanti belakangan," Ujarnya lembut, "Papa pasti ngerti, kalau anaknya cuma mau hidup bahagia tanpa perasaan bersalah."
















Bersambung. FYI, Vee ngetik bab ini hampir dua mingguan heheu

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang