Bagi Joong, sebuah hubungan diibaratkan sebagai kapal yang tengah berlayar, yang harus hati-hati dalam setiap jengkal langkahnya, siap terombang-ambing di tengah laut sana, tak ada jalan kembali meskipun badai di depan mata. Makadari itu, perbekalan sebelum berlayar harus dipersiapkan dengan cermat dan lengkap.
Begitupun hubungannya dengan Natta yang telah berada di tahap hampir berlayar, persiapan makin dimatangkan, agar tidak terjadi satu masalah yang fatal. Baik disaat pernikahan, maupun di kehidupan setelahnya.
"Mas, aku bingung buat warna venue-nya, kalo kita pake warna biru, di kamera masih aman nggak, ya?" Tanya Dunk meminta pendapat sang alpha yang tengah mendesain undangan yang akan disebar.
"Hmm... biru, ya?" Joong bergumam, "Kalo kita ambil soft blue sih masih aman harusnya, apa kita besok konsultasiin sama tim media aja waktu rapat sama mereka?" Saran Joong seraya mengusap surai Dunk.
Dunk pun mengangguk setuju, "Boleh,"
Tanggal pernikahan telah ditetapkan, semua orang sibuk dengan persiapan. Apalagi kakek Joong, mendengar satu-satunya cucu alpha di keturunannya itu akhirnya akan menikah, pria tua itu sibuk menyiapkan pembangunan rumah di kawasan yang masih dekat dengan rumah Ruangroj. Sang kakek tak ingin hadiah yang remeh untuk cucu alphanya.
Kini rumah tersebut hampir selesai dibangun setelah beberapa bulan pembangunan, hal ini juga yang menjadi patokan Joong dan omeganya untuk segera melakukan persiapan secara mendetail.
Sanak saudara terdekat dari para pengantin pun ikut berpartisipasi, menyarankan Krist dan juga ibunda Joong agar membolehkan mereka memiliki seragam keluarga di pernikahan nanti. Sejujurnya si sulung Ruangroj ini tak ingin pernikahan yang meriah, namun ia sadar, jika Joong adalah cucu alpha dari lima orang sepupunya. Menilik dari kisah Neen yang juga merupakan satu-satunya cucu omega, pernikahan tidak bisa dilangsungkan secara sederhana.
"Mas, tiba-tiba aku kepikiran sesuatu, deh," Celetuk Dunk tiba-tiba.
Mendengar nada bicara sang omega, Joong akhirnya mengabaikan laptopnya untuk mendengarkan si manis berbicara.
Dunk menatap daftar tamu undangan yang telah ia buat, "Keluarga kamu bahagia banget, kamu punya kakek dan nenek yang sayang banget sama kamu, sampe kita dibuatin rumah, om sama tante kamu juga, pada baik semua ke aku, walau agak julid, sih..." Ujar Dunk seraya meringis pelan.
Omega itu mengusap-usap kertas yang ia lipat menjadi dua itu, "Sedangkan aku, cuma ada keluargaku berlima ini, ditambah keluarga Om Tay, nenek dari Daddy cuma mau nerima Gemini, karena aku anak diluar pernikahan. Kakek nenek dari papi? Aku beneran nggak tau kabarnya sama sekali, rupa mereka pun aku nggak tau," Dunk murung, namun tak sampai menangis. Dunk menatap alphanya, "Kita bisa nggak ya buat keluarga yang harmonis kaya keluarga kamu?"
Alpha di depan Dunk tersenyum simpul, "Kamu udah tanyain ini berkali-kali, dan jawaban aku selalu sama," Ujar Joong menenangkan, "Kita pasti bisa, kamu omega yang keren! Kita pasti bisa," Joong selalu tahu, omeganya adalah anak pertama yang selalu pemikir. Hal ini telah Joong ketahui ketika mereka sepakat untuk bertunangan. Joong tidak keberatan untuk selalu memberikan afeksi penenang untuk pikiran Dunk yang berisik.
"Jangan khawatir, ya? Kita ini kapal bajak laut! Kapal yang kuat, pasti bisa sampe tujuan walaupun rintangannya banyak!"
***
Meskipun persiapan pernikahan tengah berjalan, Dunk yang masih memiliki waktu satu bulan sebelum cutinya itu masih harus menyelesaikan target pekerjaan yang ia buat di kantornya. Ia dan Joong semakin sedikit memiliki waktu, karena Dunk telah berpindah tugas di bagian presenter berita agar setelah menikah nanti pekerjaannya hanya di dalam studio sesuai kesepakatan berdua.
Mas Joong, ini aku bawain sarapan, jangan lupa dihabisin, ada vitaminnya juga di situ! DI MINUM!
Secarik kertas berisi catatan kecil di atas kotak makan yang dititipkan pada resepsionis itu menarik segaris senyum pada bibir alpha itu, Dunk yang harus berangkat lebih pagi daripada dirinya itu masih sempat membuatkan dirinya sarapan sederhana. Hanya roti isi dengan sebotol air putih dan vitamin di dalam sana, tetapi hal ini membuat Joong berbunga-bunga.
"Cie calon penganten, makin mesra aja nih sampe dibikinin sarapan terus," Goda sang penjaga resepsionis pada Joong yang tersenyum salah tingkah.
Joong terkikik, "Biasanya sih gue sarapan bareng keluarganya Dunk, sekalian jemput dia, tapi sekarang kita udah beda tim, beda jam kerja pula, akhirnya gini deh," Curhat Joong sedikit, "Yaudah deh kak, gue naik dulu!"
Gedung stasiun televisi berlantai dua puluh itu menaungi banyak jenis penyiaran. Salah satu dan duanya adalah divisi penyiaran berita lokal dan mancanegara yang menjadi tempat Joong dan Dunk mencari uang untuk menyambung hidup. Awalnya Dunk bertugas di lapangan mencari hal menarik untuk diberitakan, omega yang memiliki kemampuan berbicara yang baik itu akhirnya ditugaskan menjadi pembawa berita dengan Joong yang menjadi juru kamera.
Kisahnya dimulai dari sana, ketika Joong yang terpana melihat sosok Dunk di dalam kamera setiap hari, alpha itu semakin jatuh cinta pada omega itu. Entah apa alasan yang pasti, namun Joong semakin yakin jika Dunk adalah pujaan hatinya sampai ia tua nanti. Dramatis, namun itulah Joong.
Lalu kini, setelah keduanya hampir menikah, Joong merasa tidak percaya, ia telah berjuang sampai di titik ini. Karena Dunk adalah omega yang sulit ditaklukkan. Jika melihat ke masa lalu, wajar saja ketika Dunk tidak terpikir untuk memiliki alpha. Karena kasih sayang yang orang tuanya berikan sudah lebih dari cukup, Joong tidak akan pernah bisa menggantikan posisi mereka.
"Woi! Senyam-senyum aja!" Bahu Joong di tepuk perlahan, "Awas kesambet!"
Joong makin tersenyum lebar, "Pagi bang John! Udah lama ga keliatan, makin panjang aja tuh rambut!" Sapa Joong penuh ceria.
Bang John yang disinggung tentang rambutnya itu sedikit tersipu, "Ah elu bisa aja!" Balas John sekenanya, lalu ia tiba-tiba teringat sesuatu, "Eh Joong, gara-gara elu kan gue lupa! Omega lo tuh pingsan! Gue ini suruh manggil lo biar bawa Dunk balik,"
Mengabaikan sarapan yang sisa seperempatnya, Joong langsung berlari sekuat tenaga menuju ruang siaran berita. Dengan hati yang berdebar kencang alpha itu memilih berlari dengan tangga darurat.
"Joong!"
Sang empunya nama menoleh, mendapati Omeganya tengah diberikan pertolongan pertama oleh dua orang omega juga. Dunk kabarnya pingsan setelah acara siaran langsung itu selesai.
Alpha itu berlari menghampiri Dunk yang masih tergeletak di belakang meja siaran, ia telah sadar, namun kesadarannya belum penuh.
"Kita mulai siaran jam lima tadi, kayaknya dia belum sarapan, soalnya dia bawa bekel tapi masih utuh di meja dia," Lapor salah seorang di sana pada Joong.
Mendengar hal tersebut, Joong tidak bisa untuk tidak lemas, omeganya ini memiliki riwayat asam lambung yang lumayan parah. Jika sedikit saja melewatkan sarapannya, maka hal ini akan terjadi.
"Tadi Dunk jatuhnya gimana? Ada ngebentur sesuatu nggak kepalanya?" Tanya Joong khawatir.
Kedua teman Dunk itu mengangguk, "Dia langsung jatuh dari kursi, abis ini coba lo bawa ke rumah sakit, periksa kepala bagian kanannya, kayaknya itu lebih parah daripada asam lambung dia, soalnya kenceng banget tadi suaranya,"
"Ya Tuhan..."
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Cemara
De TodoOmegaverse! Kerusuhan tiada akhir dari tiga bersaudara Dunk-Phuwin-Gemini yang hampir bikin papi Krist naik pitam, tapi selalu ada Daddy Singto yang jadi pereda emosi papi. Gimana gak emosi? Phuwin sama Gemini akurnya cuma pas Alphanya kak Dunk date...