65-Sebuah Janji

314 39 10
                                    

"Ayah, dari semua orang, ayah paling tau cerita Gemini dan Fourth. Setiap kita berantem, setiap kita akur, bahkan setiap kita berdua nangis, ayah selalu ada sama kita berdua," Gemini tersenyum melihat orang tua yang telah membesarkan omeganya. Tay, alpha tua itu bahkan tak ingat lagi siapa saja yang ada di hidupnya.

Namun Gemini tetap sabar juga telaten, mengurus calon mertua yang ia anggap seperti orang tuanya sendiri. Meskipun Tay tak mau merespon apa saja yang Gemini ungkapkan.

"Ayah, izinin Gemini nikahin Fourth, ya? Gemini akan jagain Fourth, apapun kondisi Gemini."

Tiba-tiba Tay membuka mulutnya, "Fourth... Anak ayah.... belum pulang sekolah, tunggu ya... sambil nunggu, ayo dimakan kuenya, itu bikinan papanya Fourth," Ujarnya lemah, menatap Gemini, "Biasanya Fourth diantar Gemini, sabar ya.... Nama kamu siapa? Kamu mirip Gemini," Tanya Tay kemudian.

Ingatannya terhenti saat Fourth masih berada di menengah pertama, saat New masih sehat dan suka sekali membuat dan mengkonsumsi makanan manis. Masa itu adalah masa dimana semuanya masih baik-baik saja, New belum divonis penyakit mengerikan yang merenggut nyawanya dan juga ingatan Tay.

Alpha yang lebih muda mengusap air matanya, "Ini Gemini, ayah... Sekarang Gemini sudah dewasa, sudah jadi dokter," Suaranya parau, tak jauh berbeda dengan Fourth yang berdiri di depan pintu kamar yang terbuka, menggenggam erat nampan makan siang sang ayah, ikut menangis melihat interaksi ayahnya dengan Gemini.

Keadaan Tay memburuk setiap hari, Fourth terkadang tidak kuat jika harus berkata bahwa ia masih sekolah, ia tak tahan ketika harus bercerita tentang sekolahnya kepada sang ayah. Fourth ingin menyerah, namun di dunia ini, ayahnya hanya memiliki dirinya.

"Gemini sudah jadi dokter?" Tanya Tay antusias, "Kalau begitu, sudah bisa nikahin Fourth ya!"

Gemini mengangguk pelan seraya tersenyum, "Besok ayah, besok... Gemini akan nikahin Fourth besok," Ujarnya gemetar.

Yang lebih tua tersenyum senang, "Gapapa kalau mau nikahin Fourth besok, nanti ayah izinkan ke gurunya ya! Asalkan kalau waktunya sekolah, Fourth harus sekolah! Ngerti?"

"Iya ayah.. Iya.."

***

Fourth berjalan menuju pelaminan dengan mendorong sang ayah di kursi roda. Keduanya senada memakai jas dengan model yang berbeda. Fourth nampak anggun dan tampan dengan setelan tersebut, apalagi senyumnya yang mengembang, aura pengantin Fourth semakin menguar pagi ini.

Di ujung sana, Gemini telah menunggu dengan degup jantung yang tidak karuan, melihat pengantinnya begitu indah menghampirinya, dokter muda itu bisa saja pingsan jikalau tidak ingat ini adalah pernikahannya. Gemini harus mengikat Fourth hari ini.

Saat sudah di pertengahan jalan, Fourth beralih ke hadapan Tay, omega itu berlutut, "Ayah, terima kasih sudah antar Fourth sampai sini, Fourth sayang ayah!" Lalu Fourth memeluk ayahnya. Krist dan Singto yang menunggu Tay itu tersenyum, Krist lalu mengusap surai Fourth lembut, "Daddy Singto sama Joong yang bakalan wakilin ayah kamu. Ayo, samperin alphamu," Titah Krist.

Joong dan Singto lalu menggandeng Fourth yang tinggal setengah jalan lagi menuju pelaminan, menghampiri Gemini yang telah memasang wajah sumringah menyambut omeganya. Ketika Joong dan Singto selesai mengantarkan Fourth, Gemini langsung menggenggam erat tangan Fourth, keduanya lalu berikrar.

Janji mereka, akan saling mengasihi, melindungi, dan menyayangi satu sama lain. Hingga mereka tua, sampai dewa dan dewi memisahkan mereka dengan kematian.

Akhirnya, selesai sudah tugas Singto, dan juga Tay, untuk mengantarkan anak-anak mereka menuju kehidupan pernikahan yang akan mereka jalani seumur hidup. Tay tersenyum lembut, "Singto, akhirnya Fourth menikah, aku bisa pergi dengan tenang kalau begini. Malu aku hidup menumpang sama anakku," Ujar Tay lemah, ia meneteskan air mata, "Jagain anakku ya, kalau dia nakal, laporin aja ke gurunya biar dapat hukuman," Ucap Tay melantur, namun Singto dapat menangkap apa yang besannya katakan.

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang