12-Overdosis

1.7K 179 7
                                    

Mas Ajung
Dek
Lo beneran gapapa?
Mau gue anterin ke dokter, ngga?

Boleh, tapi nanti mungkin mas, gue masih banyak kegiatan
Tolong jangan bilang kakak atau siapa-siapa ya
Tolong

Gemini menyimpan ponselnya di ujung meja, di atas buku harian yang tertutup, menyembunyikan noda merah yang mengganggunya satu minggu terakhir. Ia sadar jika ia harus memeriksakan dirinya ke dokter karena sudah lima kali dirinya mimisan seperti tadi pagi.

"Rajin banget pagi-pagi udah ngerjain lat-sol, Gem?" Seorang gadis yang duduk di depannya itu menyapa.

Alpha itu mendongak dengan senyum tipis, kemudian kembali fokus dengan pengalihan rasa sedihnya. Milk, nama gadis tadi, ia mengamati Gemini yang diam-diam ia sukai, namun Milk tahu jika hati Gemini untuk Fourth, "Seniat itu lo mau kuliah kedokteran? Muka lo sampe pucet gitu, istirahat gih sana di uks!"

Milk mengamati, bibir merah muda dari teman dekatnya itu berubah pucat pagi ini. Gadis itu sedikit banyak khawatir pada remaja di depannya.

"Gue gapapa, udah deh sana enyah lo!" Usir Gemini bercanda. Milk mengendikkan bahunya lalu fokus dengan ponselnya sambil menunggu panggilan upacara pertama di semester baru.

Tes!

Kali ini rasanya sakit, kepala Gemini sakit bukan main ketika darah itu kembali menetes mengotori kertas lain di bawah wajahnya. Dengan segera sebelum ada orang yang menyadari, Gemini membersihkan darah dengan sapu tangan yang tadi juga di gunakannya menahan darah yang keluar.

"Milk, temenin gue ke uks, yok! Ambilin surat izin gue buat nanti,"

Si empunya nama mendongak panik melihat temannya menahan sesuatu di hidungnya, sementara kain itu telah penuh darah, "Gem! Lo-"

Gemini membuat gestur diam untuk Milk agar tidak panik, ia dengan tenang menggandeng Milk melangkah menuju ruang kesehatan yang berada di ujung koridor kelasnya.

***

Joong yang sedang mengedit berita dari bawahannya itu panik setelah menerima panggilan dari guru tempat Gemini sekolah. Iparnya kembali mimisan dan sempat tak sadarkan diri. Guru Gemini meminta izin wali siswanya itu agar membawa Gemini ke rumah sakit.

Kepanikan Joong mengundang rasa penasaran Dunk yang duduk di seberang mejanya, "Mas, kenapa?"

"Dunk, ikut mas sekarang," Titah Joong buru-buru, ia tak sempat berpikiran jernih tentang Gemini yang tidak ingin kakaknya tahu tentang apa yang dia alami.

Tak lama setelah perizinan dan lain-lain, Joong menerima pesan dari gurunya berisikan alamat rumah sakit tempat Gemini akan dilarikan, ia segera memasang rute navigasi di dalam mobilnya. Dunk masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi sampai alphanya panik bukan main, apalagi rumah sakit menjadi tujuan akhir navigasi mereka.

Dalam perjalanan, Joong menggenggam tangan omeganya, "Tadi pagi Gemini mimisan, terus barusan mimisan lagi sebelum pingsan, sama gurunya udah di bawa ke rumah sakit,"

Tidak, Dunk tidak bisa untuk tidak panik. Adiknya dilarikan ke rumah sakit dan ia mengetahuinya dari Joong.

"Kamu jangan marah, ya? Tolong... Gemini tadi udah minta aku buat nemenin pergi ke dokter pas pulang sekolah, tapi kayaknya dia udah nggak kuat," Ujar Joong menenangkan omeganya agar tidak marah, "Coba liat sisi positifnya, Gemini bilang sama aku, itu artinya dia udah percaya sama aku,"

Benar juga, Gemini bukanlah orang yang bisa mengeluh atau mengatakan sesuatu yang serius bahkan kepada kedua kakaknya sendiri. Alpha itu memilih untuk memendam semuanya sendirian, menahan sendiri rasa sakit dan tak ingin dibaginya dengan siapapun.

Gemini membiarkan Joong tahu, itu artinya Joong sudah mendapatkan kepercayaan Gemini, lebih dari kedua kakak dan orang tuanya. Meskipun Dunk sedikit sedih, namun ia tak bisa memaksa adiknya untuk terbuka.

***

Di instalasi gawat darurat yang penuh aroma disinfektan dan feromon beecampur, seorang guru pria berpakaian serba putih dengan pin yang sama seperti yang Gemini kenakan khas sekolah mereka itu berdiri di sisi kiri brankar Gemini yang tengah menunggu walinya datang. Melihat Dunk yang berlarian panik itu segera memberi tanda jika Gemini ada bersama gurunya.

"Pagi, pak! Adek saya gimana?" Joong bertanya, sedangkan Dunk memilih memperhatikan adiknya dengan selang infus, mengeluarkan feromon penyembuh untuk adiknya yang terbaring lemas meskipun sudah siuman.

"Pagi, kalian orang tuanya Gemini?"

"Kita kakaknya, tapi bapak bisa bicara sama saya," Ujar Joong mewakilkan, lalu guru Gemini mengantarkan Joong kepada petugas yang menunggu keularga dari Gemini.

Sedangkan Dunk menangis sambil mengeluarkan feromon penenangnya kepada Gemini yang sedang panik dan gelisah entah karena apa. Namun kini Dunk terus menangis karena adiknya yang sakit.

"Gem, lo nggak asik! Masa sakit ga bilang gue! Harus sampe masuk igd kayak gini, gue sedih, tau!" Protes Dunk dengan isakan sesekali, "Giliran Fourth aja lo cerita mulu ke kita, giliran sakit lo bilangnya ke mas Joong, gue kakak lo, anjir!"

Gemini tersenyum lembut, "Kak, gue cuma kecapean, gak sekarat! Lo nangisnya totalitas banget!"

Ingatkan Dunk kali ini jika adiknya sedang sakit sehingga harus mengurungkan niat untuk memukul kepalanya, "Masih bisa bercanda, lo!"

"Dunk, Gemini harus di rawat, ternyata Gemini overdosis, dokter harus bikin dia rut minggu ini," Ujar Joong menjelaskan, lalu mendelik kepada iparnya, "Lo kalo galau, rut jangan sampe di tahan! Supressan emang di jual bebas, tapi tujuannya bukan bikin lo overdosis!"

Dunk menautkan kedua alisnya, "Gem? Lo... demi Moon Goddess! Lo ngapain nahan rut, hah?!" Omega tertua itu menghembuskan napas lelah, ia menggenggam tangan adiknya, "Jangan pikir gue nggak tau, lo rajin ngerjain soal bukan karena emang rajin, tapi buat pengalihan rasa sedih lo. Iya, kan?"

Gemini mengangguk jujur, ia merasa bersalah dengan rasa frustasi kakaknya, juga Joong yang kebingungan dengan emosi tunangannya, "Maaf..."

"Gue ada di sini, Gemini. Ada Phu, Papi, Daddy! Lo bisa luapin rasa sedih lo, emang Daddy ngajarin kalo alpha gak boleh sedih? Enggak, kan? Kita semua sayang sama lo! Lo bisa nangis, marah, atau apapun itu di depan kita! Kalo gini caranya, kita ngerasa gagal jadi rumah buat lo, Gem,"

Joong merangkul Dunk yang sudah menangis tidak karuan, menenangkan omega yang tengah frustasi menyalahkan dirinya sendiri, tidak peduli dengan Gemini yang masih terbaring lemah.

"Kak, maaf... lain kali gue gak akan pendem sedih gue sendirian lagi,"

Dunk mengangguk di pelukan alphanya, "Lo adek gue, Gem, Phu juga. Paling nggak bisa gue liat kalian begini, gue sayang banget sama kalian!"









Bersambung

Rumah CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang